TEMPO.CO, Jakarta - Tak mudah menurunkan berat badan dan mencapai bobot ideal bagi sebagian orang, apalagi orang dengan obesitas. Lantas, apa yang bisa dilakukan jika berat badan tak juga kunjung turun hingga mencapai normal?
Tubuh manusia adalah mesin yang sangat efisien. Tubuh mengerahkan berbagai mekanisme saat merasa terancam. Karena itu, saat orang mengurangi asupan kalori, tubuh merasakan penurunan berat badan dan menganggapnya sebagai ancaman.
Akibatnya, tubuh mengurangi laju metabolisme dan membakar lebih sedikit energi atau dengan kata lain memperlambat laju penurunan berat badan. Begitu menurut ScienceAlert. Menurut penelitian, stagnansi penurunan berat badan terjadi antara 3-6 bulan dan biasanya berakhir dengan penambahan berat badan. Namun, ini tidak berarti orang boleh menyerah begitu saja.
Sebenarnya, ada beberapa cara untuk mengelola masalah stagnansi penurunan berat badan selama diet, menurut Ketua Program Pusat Riset Charles Perkins di Universitas Sydney, Nick Fuller, seperti disiarkan Medical Daily. Pertama, pikirkan kembali tujuan penurunan berat badan. Fuller mengatakan aspek terpenting dari penurunan berat badan adalah mengetahui definisi berat badan yang sehat.
Menurutnya, banyak orang menggunakan indeks massa tubuh (IMT) untuk menetapkan tujuan penurunan berat badan tetapi angka pada timbangan dan skor yang dihasilkan saat memasukkan berat dan tinggi badan ke dalam kalkulator IMT, tidak masuk akal.
"Itu tidak menceritakan keseluruhan kisah tentang apa artinya berat badan yang sehat," tuturnya.
Ini karena IMT tidak memperhitungkan persentase dan distribusi lemak tubuh. Olahraga teratur menyebabkan penambahan otot. Rasio otot-ke-lemak yang dihasilkan akan berdampak pada pengukuran berat badan karena otot lebih berat daripada lemak tubuh. Distribusi lemak juga dapat berubah karena rencana penurunan berat badan. Olahraga dapat mentransfer jumlah lemak tidak sehat yang tersimpan di sekitar pinggang lebih dekat ke organ, yang bagus untuk mengurangi risiko penyakit.
"Berusahalah punya lingkar pinggang sekitar 80 cm untuk wanita dan sekitar 90-94 cm untuk pria," saran Fuller.
Jangan lewatkan sarapan
Cara lain, jangan melewatkan waktu makan. Puasa intermitten atau melewatkan sarapan dikatakan sebagai kebodohan besar. Jumlah makanan dan waktu makan berperan penting.
“Studi penelitian terkontrol menunjukkan waktu sarapan yakni ketika tubuh paling baik menggunakan kalori yang masuk, sebenarnya ini membakar kalori dari makanan dua setengah kali lebih efisien di pagi hari dibandingkan malam,” jelas Fuller.
Selanjutnya, tinjau asupan makanan, yakni harus sepadan dengan berat badan karena berat badan yang lebih sedikit berarti tubuh membutuhkan lebih sedikit bahan bakar untuk menjalani hari. Secara umum, orang perlu mengonsumsi lebih sedikit kalori saat menurunkan berat badan hingga 10 persen, hanya untuk mempertahankan berat badan baru.
"Tapi ini tidak berarti kekurangan atau kelaparan. Sebaliknya, Anda harus berfokus pada makanan padat nutrisi dan menjaga camilan," saran Fuller.
Baca juga: 3 Manfaat Diet Mediterania: Kebaikan Buat Jantung hingga Melindungi Fungsi Otak