TEMPO.CO, Jakarta - Di sejumlah negara seperti Australia dan Jepang, vaksinasi campak diberikan sebanyak dua kali pada para wanita sebelum masuk perguruan tinggi sehingga saat hamil perlindungan mencapai 97 persen terhadap campak. Campak pada wanita hamil bisa menyebabkan masalah. Pakar kesehatan Prof Dr dr Hinky Hindra Irawan Satari, Sp. A, membolehkan vaksin campak diberikan bersama vaksin COVID-19, termasuk booster kedua.
"Sebetulnya bersamaan juga boleh tetapi kalau ingin tahu misalnya kejadian ikutan pascaimunisasi dari vaksin yang diberikan, kasih jeda dua minggu. Mana yang lebih dulu silakan," katanya.
Ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (Komnas KIPI) itu mengatakan vaksin untuk campak sebenarnya bisa mulai diberikan pada anak berusia 9 bulan. Spesialis ilmu kesehatan anak subspesialis kesehatan anak infeksi dan penyakit tropis dan berpraktik di RS Pondok Indah - Pondok Indah itu menuturkan campak pada awal-awal kehamilan bisa menyebabkan ibu mengalami keguguran.
Sementara itu, campak pada trimester kedua dan ketiga bisa menyebabkan bayi prematur hingga meninggal setelah dilahirkan. Virus campak bisa menembus batas plasenta sehingga mengganggu janin. Akibatnya, baik fungsi paru maupun saraf terganggu.
"Komplikasi pada wanita hamil terhadap janinnya, bisa abortus, keguguran, prematur bisa lahir mati. Upayakan sebelum menjadi ibu, dia harus dapat kekebalan dari campak," ujar Hinky. "Demikian dahsyatnya yang bisa dilakukan virus, sudah sangat menular, juga sangat ganas. Padahal bisa dicegah dengan cukup vaksinasi dua kali dari mulai usia 9 bulan, gratis, tinggal ke puskesmas."
Tak buat ibu hamil
Hingga saat ini, vaksin campak tidak direkomendasikan untuk wanita hamil dan karena itu harus diberikan sebelum hamil. Menurut Hinky, dari 100 orang yang divaksin, hanya tiga yang akan terkena campak dan kalaupun terkena tidak akan sampai berat, seperti keguguran dan bayi lahir prematur. Sementara pada orang dewasa, khususnya dengan sistem kekebalan terganggu, dampak campak juga serupa, salah satunya menyebabkan radang paru.
"Dewasa yang kekebalannya terganggu, HIV, dewasa yang autoimun, kekebalannya tidak sempurna, jangan sampai tertular campak. Infeksi virus campak bisa sangat ganas dan menyebabkan kematian," tandasnya.
Baca juga: Pakar Ingatkan Campak Lebih Menular dari COVID-19