TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengingatkan agar masyarakat mewaspadai stunting. Selama ini yang cukup banyak dikhawatirkan adalah stunting diidentikkan dengan anak pendek. Padahal dampak lebih besar dari stunting adalah tidak berkembangnya otak sehingga membuat kemampuan berpikir anak jadi lambat.
"Yang paling mengkhawatirkan itu masalah perkembangan otak. Awas, stunting bikin bodoh," katanya dalam press conference Semakin Dekat dengan Generasi Indonesia Emas Melalui #KebaikanIsiPiringku dan Program Kampung Keluarga Berkualitas yang digelar PT. Unilever Indonesia Tbk. Jumat, 27 Januari 2023 di Hutan Kota by Plataran.
Hingga 2022, Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan, menunjukkan prevalensi balita stunting berhasil ditekan hingga 21,6 persen turun dari tahun sebelumnya 24,4 persen. Padahal target Indonesia 2024, penurunannya harus sampai 14 persen. Penting sekali kerja sama berbagai pihak untuk mengatasi masalah stunting ini.
Salah satu yang ditekankan Budi dalam mengatasi stunting adalah dengan mengkonsumsi protein hewani. Protein hewani bisa didapat dari berbagai bahan pokok, mulai dari telur, ikan, ayam, atau pun daging.
Ia pun mengingatkan agar para ibu mendapatkan gizi yang lengkap saat menjalani masa kehamilan. "Gizi harus cukup mulai dari ibu hamil," katanya yang masih mendapatkan informasi bahwa para ibu alami masalah gizi saat sedang hamil.
Menurutnya, stunting paling banyak terjadi pada anak usia di bawah 2 tahun. "Harus dikasih protein hewani seperti telur, susu, ikan, ayam, dan daging. Kenapa hewani? Karena proteinnya lebih tinggi dan lebih mudah digunakan tubuh," katanya.
Ia pun meminta agar para orang tua waspada agar ketika berat badan anak mereka tidak mengalami kenaikan. Bahkan, sebelum melakukan pengecekan berat badan bulanan di Puskesmas, Budi pun menyarankan agar ibu menimbang anak mereka di rumah setiap pekan. Harapannya para orang tua bisa lebih ketat memantau perkembangan anak mereka. "Intervensi harus segera dilakukan ketika BB (berat badan) anak tidak naik," katanya.
Pada kesempatan yang sama, Nutrition Director Unilever Indonesia, Amaryllis Esti Wijono, menjelaskan timnya pun ikut mencari cara untuk mengatasi stunting, yaitu Royco - Reinventing Foods for Humanity atau Gerakan Pangan untuk Masa Depan. Lilis mengatakan mencoba menginspirasi ibu-ibu Indonesia untuk menghidangkan makanan lezat dan bernutrisi dengan bahan pangan yang terjangkau di rumah untuk keluarga Indonesia melalui Royco Nutrimenu.
“Kami harap Program Royco Nutrimenu bisa turut berkontribusi untuk menurunkan angka stunting di Indonesia. Hingga saat ini gerakan #KebaikanIsiPiringku yang merupakan bagian dari program Royco Nutrimenu telah menjangkau lebih dari 16 juta ibu, guru, murid, dan santriwati di 22 provinsi melalui rangkaian kegiatan offline dan online. Pada tahun 2023 ini, kami menargetkan untuk mengedukasi 18 juta orang serta mengubah 120 juta piring keluarga Indonesia menjadi lebih bernutrisi,” kata Amaryllis.
Baca: Jokowi Minta Angka Stunting Turun 14 Persen pada 2024, Ini Fakta Stunting di Indonesia