TEMPO.CO, Jakarta - Menyimak konten buzzer bisa membuat orang tersulut emosi. Sebab, sebagian orang tak bisa menerima cara kerja buzzer menyebarkan konten adu domba secara berulang-ulang.
Cara buzzer menciptakan 'noise' pada sebuah informasi dengan tujuan menarik perhatian khalayak agar turut membicarakan isu yang mereka bawa tak bisa diterima sebagian orang. Apalagi informasi yang didengungkan tidak atau belum diketahui kebenarannya ataupun hanya sekadar rumor.
Baca: Pengamat Unpad: Tahun Politik, 3 Profesi Dibutuhkan Partai Politik Termasuk Buzzer
Melansir laman ugm.ac.id, psikolog Sutarimah Ampuni membagikan beberapa cara dalam mengelola emosi. Pertama, melakukan pemilihan situasi. Ia mencontohkan setiap melihat perdebatan politik di TV atau media sosial, orang akan mudah tersulut amarahnya. Maka sebaiknya hal tersebut dihindari.
Kedua, memodifikasi lingkungan. Dia menyarankan saat merasa galau dan sendu, obatnya bisa menata ulang kamar agar lebih bersemangat.
Ketiga, mengubah dalam diri sendiri. Salah satunya dengan mengubah pemikiran terhadap suatu persoalan.
"Coba pengaruhi dan ubah pikiran negatif menjadi positif atau lebih optimis. Memang ini tidak mudah terlebih saat kondisi terpuruk, tetapi harus ada kemauan untuk itu," ucapnya.
Keempat, mengalihkan perhatian. Misal dengan melihat tayangan komedi, jalan-jalan atau melakulan hobi untuk mengalihkan emosi.
Menjadi manusia adalah wajar bila harus meluapkan emosi. Hanya saja ketika marah tidak langsung diekspresikan. Hendaklah berdiam diri terlebih dahulu untuk mengambil jarak dari emosi yang dirasakan.
NOVITA ANDRIAN
Baca: Mahfud MD: Buzzer itu Hama, Tapi Konsekuensi Demokrasi
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.