TEMPO.CO, Jakarta - Khitan atau sunat adalah tradisi operasi pemotongan sebagian jaringan kulit kelamin laki-laki. Di Indonesia, tradisi sunat sering dilakukan kepada anak kecil. Bagi kalangan tertentu, orang tua menggelar pesta syukuran untuk anak yang dikhitan. Mereka akan diberi beragam hadiah, ada mainan, sepeda, hingga makanan enak. Tak jarang, beragam hadiah itu sebagai sarana menghibur anak yang merasa kesakitan setelah operasi sunat.
Dalam obrolan anak laki-laki, mereka juga membicarakan soal sunat. Pembicaraan itu menimbulkan reaksi beragam, ada yang berani bahkan ada yang takut disunat. Di Klaten misalnya, ada seorang pria yang memilih kabur dari rumah karena takut disunat. Bahkan pria itu baru bertemu lagi dengan keluarganya setelah 25 tahun.
Membujuk anak laki-laki untuk mau disunat punya tantangan tersendiri. Namun, dari pada repot, orang tua sebetulnya bisa menyunat anak laki-laki ketika masih bayi. Saat bayi, anak tidak akan protes apalagi minggat dari rumah. Menyunat anak saat bayi juga dipercaya lebih cepat sembuh.
Baca: Proses Sunat Tak Lagi Menakutkan, Cepat dan Lebih Aman
Melansir dari healthline, luka operasi sunat saat bayi lebih cepat sembuh dibanding saat anak sudah besar apalagi dewasa. Sebab, bayi memiliki stem cell yang lebih banyak dibanding orang dewasa. Stem cell atau sel punca adalah sel yang bisa memperbaiki jaringan tubuh.
Di samping itu, pemulihan sunat saat bayi bisa lebih cepat karena bayi tak terlalu banyak bergerak. Bayi baru lahir cenderung hanya terlentang. Alhasil posisi penis setelah khitan tidak banyak terganggu.
Khitan dianggap sebagai tradisi yang penting dalam beberapa budaya dan agama, dipercayai untuk meningkatkan kesucian dan moralitas. Namun, khitan juga dianggap sebagai praktik yang tidak etis dan merugikan kesehatan, karena dapat menyebabkan komplikasi seperti infeksi, sakit, bahkan kematian.
Dilansir dari laman resmi WHO, Organisasi kesehatan dunia tersebut menyatakan bahwa khitan tidak memberikan manfaat kesehatan yang signifikan dan menyarankan agar praktik ini dihentikan. Beberapa negara juga telah melarang khitan dengan alasan kesehatan dan hak asasi manusia.
Khitan atau sunat adalah tradisi pemotongan jaringan kelamin laki-laki yang dilakukan sejak lama. Sejarah khitan dapat ditelusuri kembali ke zaman kuno. Khitan di Mesir kuno dipercayai dilakukan sejak era Firaun, dipercayai sebagai simbol kelamin yang dikendalikan, sebagai tanda pembersihan diri dan persiapan untuk masuk ke kehidupan dewasa.
Pada zaman Yunani dan Romawi, khitan dilakukan pada anak laki-laki dari kalangan elite, dipercayai untuk meningkatkan estetika dan kesucian.
Dalam agama Yahudi, khitan dilakukan pada usia 8 hari sebagai simbol kesetiaan terhadap perjanjian Tuhan dengan Abraham. Dalam agama Islam, khitan diperintahkan dalam hadits Nabi Muhammad sebagai sunnah atau tindakan yang disarankan.
Seiring perkembangan dunia, praktik khitan dianggap semakin tidak etis dan merugikan kesehatan. Beberapa negara dan organisasi kesehatan dunia seperti WHO menyarankan agar praktik ini dihentikan. Namun, di beberapa negara dan komunitas, khitan masih dilakukan sebagai tradisi yang diyakini penting.
Khitan dipercaya memiliki manfaat tertentu, diantaranya:
1. Hygiene: Khitan dipercayai dapat meningkatkan hygiene organ intim laki-laki, karena menghilangkan jaringan yang mungkin menjadi tempat pertumbuhan bakteri.
2.Estetika: Khitan dipercayai dapat meningkatkan estetika organ intim laki-laki, karena menghilangkan jaringan yang mungkin menimbulkan rasa tidak nyaman atau tidak estetis.
3.Spiritual: Dalam beberapa agama seperti Islam, khitan dipercayai sebagai tindakan sunnah atau tindakan yang disarankan untuk meningkatkan kesucian dan hubungan spiritual dengan Tuhan.
4.Tradisi: Khitan dipercayai sebagai tradisi penting dalam beberapa budaya, dipercayai sebagai simbol masuk ke kehidupan dewasa dan persiapan untuk memenuhi tanggung jawab sebagai laki-laki.
Namun, perlu diingat bahwa praktik khitan juga dapat menimbulkan komplikasi seperti infeksi, sakit, dan bahkan kematian. Sehingga, sebelum memutuskan untuk melakukan khitan pada bayi, perlu mempertimbangkan risiko dan manfaat dari praktik ini dan berkonsultasi dengan dokter atau profesional kesehatan yang kompeten.
Khitan pada bayi memiliki beberapa manfaat yang berbeda dari khitan pada umumnya, dilansir dari laman resmi Healthline, American Academy of Pediatrics mengevaluasi sunat pada bayi laki-laki baru lahir lebih besar manfaatnya daripada risikonya. Manfaat tersebut, antara lain menurunkan risiko infeksi saluran kemih atau ISK, lalu juga menurunkan risiko terkena HIV serta beberapa penyakit lain yang dapat ditularkan melalui kontak seksual.
RENO EZA MAHENDRA
Baca: Metode Sunat Aman di Usia Dewasa
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.