TEMPO.CO, Jakarta - Pakar gizi Tan Shot Yen mengatakan kandungan gula yang tinggi pada susu kental manis dapat menyebabkan diabetes. Pasalnya, kental manis mengandung tambahan gula yang tinggi dan protein yang sangat rendah sehingga minim zat gizi bermanfaat.
Tan mengatakan 45 gram susu kental manis yang diencerkan hingga 150 cc untuk satu kali minum bisa mengandung kurang lebih 20 gram gula. Padahal, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menekankan asupan gula pada orang dewasa sebaiknya tidak lebih dari 25 gram sehari. Tan mengatakan mau dikonsumsi dalam bentuk apapun, baik hanya dijadikan topping, pelengkap, atau campuran pada makanan maupun minuman, susu kental manis (SKM) tetap saja bisa membahayakan tubuh.
“Sejauh ini tidak tahu apa fungsi susu kental manis, cuma buat ramai-ramai saja. Jadi, ngeri apabila makanan ini dianggap lumrah walaupun tidak dipakai untuk diseduh dan dijadikan susu," jelas Tan.
Obesitas dan diabetes
Ia menyampaikan konsumsi susu kental manis dalam jangka panjang dan rutin bisa menyebabkan anak-anak berisiko mengalami obesitas dan diabetes. “Konsumsi gula secara berlebihan menyebabkan tubuh memerlukan lebih banyak insulin untuk menjaga kadar glukosa dalam darah tetap normal,” paparnya.
Kondisi itu dapat menyebabkan mekanisme insulin menjadi terganggu dan sel akan menjadi resisten terhadap efek insulin. Orang yang mengalami resistensi insulin memiliki kadar insulin dalam darah yang lebih banyak. Kadar insulin yang meningkat dapat menyebabkan banyak glukosa dalam aliran darah yang disimpan dalam sel lemak sehingga tubuh menjadi cepat gemuk dan bisa menyebabkan kadar gula darah lebih tinggi serta meningkatkan risiko diabetes, terutama diabetes tipe 2.
Mengingat dampaknya, tak heran sejumlah negara menyatakan perang melawan diabetes. Singapura contohnya, sejak Oktober 2019 telah mengeluarkan larangan iklan minuman manis dalam kemasan dan mencantumkan label tidak sehat di kemasan. Begitu juga Spanyol, melarang iklan minuman manis, es krim, dan cokelat untuk memerangi obesitas dan diabetes pada anak sejak 2021. Pemerintah Indonesia mungkin sudah saatnya bisa mengikuti jejak negara lain dalam memerangi diabetes pada anak.
Baca juga: Masalah Asupan Gizi Balita Bertaut Pengetahuan Produk Pangan