TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan perilaku merokok dalam keluarga dapat menghilangkan kesempatan orang tua memberikan protein hewani pada anak. Menurutnya, perilaku merokok dapat menghilangkan kesempatan untuk membeli telur. Hal tersebut selaras dengan adanya penelitian yang menunjukkan uang yang dihabiskan keluarga untuk membeli rokok bisa mencapai tiga bungkus dalam sehari, yang seharusnya dapat untuk membeli telur.
“Apa hubungannya rokok dengan protein hewani? Kalau bapak-bapak merokok, ini akan menghilangkan kesempatan untuk membeli telur yang merupakan salah satu sumber protein hewani,” kata Menkes dalam bincang-bincang "Protein Hewani Cegah Stunting", Kamis, 9 Januari 2023.
Budi mengatakan determinan paling besar terjadinya stunting yaitu saat ibu hamil dan ketika anak selesai masa ASI eksklusif yang butuh Pendamping Makanan Tambahan (PMT) lebih, terutama protein hewani, sebagai suatu upaya mencegah anak stunting.
"Protein hewani untuk mencegah stunting ini terdapat dalam telur, susu, ikan, dan daging," ujarnya. “Uang yang dihabiskan keluarga untuk membeli rokok mencapai tiga bungkus dalam sehari, yang seharusnya dapat untuk membeli telur. Oleh karena itu, saya mengingatkan kepada keluarga agar berhenti merokok dan membeli telur sebagai asupan nutrisi penting bagi anak.”
Budi mengingatkan keluarga di Indonesia mengalihkan uang rokok itu untuk memenuhi gizi anak dan ibu hamil. Ia meminta setiap anggota keluarga memastikan jangan sampai bayi dalam kandungan kurang gizi. Selain itu, jangan sampai ibu kekurangan gizi dan mengalami anemia.
Baca Juga:
Uang habis untuk rokok
Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian, dan Pengembangan BKKBN, Muhammad Rizal M. Damanik, menambahkan jika dikaitkan dengan perilaku merokok, data pengeluaran biaya rumah tangga untuk rokok jauh lebih besar dibanding pengeluaran makanan yang bergizi.
“Sangat disayangkan, padahal stunting merupakan gangguan tumbuh kembang akibat kekurangan gizi maupun infeksi berulang. Rokok menjadi salah satu faktor yang menghambat pertumbuhan dan perkembangan bayi,” ucapnya.
Karena itu, Rizal meminta Tim Pendamping Keluarga (TPK) untuk lebih meningkatkan penyuluhan karena masih banyak masyarakat yang belum paham pentingnya sumber-sumber makanan bergizi dan tidak menggunakan dana tersebut untuk membeli rokok.
“Saat ini kita sedang berbicara Indonesia pada 20 tahun mendatang karena masalah stunting merupakan masalah intergenerasi. Kalau bayi sekarang banyak yang stunting maka akan menjadi masalah bagi generasi mendatang. Oleh karena itu, sangat penting untuk menangani masalah stunting,” tegasnya.
Pilihan editor: Pemicu Munculnya Perokok Anak, Dimulai dari Keluarga