Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Gempa Turki: Kenali Trauma Pasca Bencana Alam dan Cara Menanganinya

image-gnews
Seorang bocah berumur 8 tahun, Tanem dan ayahnya berhasil dievakuasi dari bawah runtuhan puing bangunan akibat gempa bumi setelah bertahan hidup selama 101 jam di Hatay, Turki 10 Februari 2023. Municipality via REUTERS
Seorang bocah berumur 8 tahun, Tanem dan ayahnya berhasil dievakuasi dari bawah runtuhan puing bangunan akibat gempa bumi setelah bertahan hidup selama 101 jam di Hatay, Turki 10 Februari 2023. Municipality via REUTERS
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta -Gempa Turki berkekuatan M 7,8 mengguncang Turki dan Suriah pada Senin, 6 Februari 2023 malam waktu setempat. United States Geological Survey (USGS) menyebut gempa tersebut merupakan yang terbesar di Turki dalam satu abad terakhir.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengumumkan keadaan darurat selama tiga bulan di 10 provinsi. Mengutip Al Jazeera, korban tewas gempa Turki - Suriah sedikitnya 24.000 jiwa. sementara korban luka-luka menyentuh angka 20.000 orang.

Selain dapat menyebabkan cedera fisik, bencana alam seperti gempa juga mempengaruhi psikis individu yang terdampak. Gejolak emosional pasca bencana ini dapat memberikan efek samping serius jika tidak ditangani dengan baik. Memahami respons terhadap peristiwa yang traumatis bagi mereka yang menjadi korban dapat membantu mengelola emosi, pikiran, dan perilaku sehingga proses pemulihan bisa dilalui dengan lebih efektif.

Mengutip American Psychological Association, berikut reaksi umum yang dapat dirasakan korban bencana alam:

  • Perasaan campur aduk yang intens. Korban bisa merasa cemas, gugup, kewalahan, atau sedih. Sebagian orang juga mungkin menjadi lebih mudah tersinggung atau murung dari biasanya.
  • Perubahan pola pikir dan perilaku. Korban mungkin memiliki memori yang berputar secara berulang kali di pikiran mereka terkait peristiwa tersebut. Memori yang datang ini dapat terjadi tanpa alasan yang jelas dan dapat memicu reaksi fisik seperti detak jantung yang jadi lebih cepat atau berkeringat. Hal ini mungkin membuat sulit berkonsentrasi atau membuat keputusan. Pola tidur dan makan juga dapat terganggu. Sebagian orang yang terdampak bisa jadi akan makan dan tidur secara berlebihan, sementara yang lainnya mengalami kurang tidur dan kehilangan nafsu makan.
  • Kepekaan terhadap lingkungan. Sirene, suara keras, bau terbakar, atau sensasi lingkungan lainnya dapat merangsang ingatan akan bencana yang menimbulkan peningkatan rasa cemas. "Pemicu" ini dapat disertai dengan ketakutan bahwa peristiwa yang membuat stres itu akan terulang kembali.
  • Hubungan interpersonal menjadi tegang. Meningkatnya konflik batin dapat membuat orang yang terdampak bencana menarik diri, mengisolasi diri, atau terlepas dari aktivitas sosial.
  • Gejala fisik yang berkaitan dengan stres. Sakit kepala, mual, dan nyeri dada dapat terjadi dan memerlukan perhatian medis. Kondisi medis tersebut dapat dipengaruhi akibat stres terkait bencana yang menimpa.

Kelola Gejolak Emosional 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Mengutip American Psychiatric Association, ini langkah-langkah positif yang dapat dilakukan untuk mengelola gejolak emosional yang dialami pasca bencana. 

  • Makan, minum, olahraga, dan istirahat secara teratur. Merawat tubuh mengurangi efek negatif dari stres.
  • Hindari konsumsi alkohol, tembakau, serta obat-obatan yang buruk untuk tubuh. Zat-zat yang terkandung dalam hal-hal tersebut seringkali mempersulit keadaan dalam jangka panjang dan dapat menimbulkan masalah lainnya.
  • Temukan cara yang sehat untuk rileks seperti meditasi, mindfulness, self-talk, atau mendengarkan musik favorit.
  • Terlibat dalam aktivitas yang disukai seperti olahraga, hobi, dan aktivitas sosial.
  • Tetap mengikuti informasi dan perkembangan baru yang dibutuhkan. 
  • Membatasi diri dari paparan segala sesuatu tentang bencana yang dapat memicu trauma di medium seperti televisi dan media sosial.
  • Tetap terhubung dengan keluarga dan teman untuk memberi dan menerima dukungan. 
  • Pelajari apa perawatan kesehatan lokal dan sumber daya lain yang tersedia, gunakan dan bagikan ini untuk membantu diri sendiri dan orang lain.
  • Ingatkan diri sendiri dan orang lain bahwa memiliki perasaan yang campur aduk adalah sesuatu yang normal dan mencoba berdamai dengan hal itu merupakan bagian alami dari proses pemulihan.
  • Cari bantuan dari ahli perawatan kesehatan jika tekanan yang dirasakan tetap tinggi setelah beberapa minggu, mengalami masalah terus-menerus di tempat kerja atau di rumah, atau memiliki pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau orang lain.

HATTA MUARABAGJA

Pilihan editor : 12 Tahun Kabur dari Perang, Keluarga Palestina Tewas Jadi Korban Gempa Turki

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Bandara Sam Ratulangi Ditutup Hari Ini Imbas Erupsi Gunung Ruang

1 hari lalu

Suasana Bandara Sam Ratulangi Manado, Jumat, 27 Januari 2023. (ANTARA/Nancy L Tigauw)
Bandara Sam Ratulangi Ditutup Hari Ini Imbas Erupsi Gunung Ruang

Penutupan Bandara Sam Ratulangi dilakukan dinamis sehingga ada kemungkinan diperpanjang.


Pengaruh Trauma Masa Lalu pada Hubungan Sekarang, Cek Dampaknya

4 hari lalu

Ilustrasi wanita meminta maaf pada kekasih/pacar/pasangan. shutterstock.com
Pengaruh Trauma Masa Lalu pada Hubungan Sekarang, Cek Dampaknya

Trauma yang tersisa berisiko merusak hubungan dan bedampak pada kemampuan untuk memilih secara emosional seseorang dalam hidupnya.


4 Cara Cek Titik Rawan Bencana di Jalur Mudik Lebaran 2024

5 hari lalu

Foto udara kendaraan pemudik memadati di jalur selatan, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Minggu 14 April 2024. Arus balik H+3 lebaran dari Tasikmalaya menuju Bandung terpantau padat merayap dan terjadi antrean kendaraan dari Sindangkasih, Kabupaten Ciamis hingga Indihiang, Kota Tasikmalaya. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi
4 Cara Cek Titik Rawan Bencana di Jalur Mudik Lebaran 2024

Berikut cara cek titik rawan bencana di jalur mudik Lebaran 2024 melalui situs BNPB, Ditjen Bina Marga, PVMBG, dan PetaBencana.id.


14 Orang Meninggal Akibat Tanah Longsor di Tana Toraja

6 hari lalu

Petugas membawa anjing pelacak mencari warga yang hilang saat tanah longsor dari puncak bukit mengubur 10 rumah dan lebih dari 30 rumah terdampak di Kampung Gintung, Desa Cibenda, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, 25 Maret 2024. Sementara ini 9 orang dinyatakan masih hilang, lebih dari 30 rumah tertimbun longsor, serta lebih dari 300 jiwa mengungsi di kantor desa dan sekolah. TEMPO/Prima Mulia
14 Orang Meninggal Akibat Tanah Longsor di Tana Toraja

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tana Toraja hingga kini masih mencari warga yang dilaporkan hilang akibat tanah longsor.


Puncak Arus Mudik 2024, Polri Catat 322 Kecelakaan dan 63 Orang Meninggal

10 hari lalu

Sejumlah petugas Kepolisian berjaga di depan akses masuk Jalan Layang MBZ (Mohammed Bin Zayed) yang ditutup sementara di Bekasi, Jawa Barat, Sabtu, 6 April 2024. Penutupan sementara itu untuk mengurai kepadatan kendaraan pemudik di arus pertemuan Jalan Layang MBZ dengan Tol Jakarta-Cikampek di KM 47 Karawang pada H-4 Hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriah. ANTARA/Fakhri Hermansyah
Puncak Arus Mudik 2024, Polri Catat 322 Kecelakaan dan 63 Orang Meninggal

Pada puncak arus mudik, penindakan pelanggar lalu lintas tercatat 3.441 kejadian dengan rincian 2.267 teguran dan 1.174 tilang elektronik (ETLE).


Banyak Orang Masih Salah Kaprah soal Epilepsi, Cek Faktanya

22 hari lalu

Ilustrasi anak kejang/epilepsi. Redcross.org.uk
Banyak Orang Masih Salah Kaprah soal Epilepsi, Cek Faktanya

Masih banyak orang yang salah kaprah terkait epilepsi. Dokter beri faktanya untuk meluruskan.


Jembatan di Baltimore Ambruk Ditabrak Kapal, Psikolog Sebut Munculnya Gefirofobia. Apa Itu?

23 hari lalu

Pemandangan udara dari kapal kargo Dali yang menabrak Jembatan Francis Scott Key, menyebabkannya runtuh di Baltimore, Maryland, AS, 26 Maret 2024. Maryland National Guard/Handout via REUTERS
Jembatan di Baltimore Ambruk Ditabrak Kapal, Psikolog Sebut Munculnya Gefirofobia. Apa Itu?

Ambruknya Jembatan Francis Scott Key di Baltimore memunculkan gefirofobia atau fobia melintasi jembatan. Pakar sebut cara mengatasinya.


BRI Peduli Bantu Masyarakat Terdampak Bencana di Sumbar dan Jabar

33 hari lalu

BRI Peduli Bantu Masyarakat Terdampak Bencana di Sumbar dan Jabar

Bantuan diberikan kepada warga di Sumatera Barat, Cirebon, dan Bandung Barat.


Bupati Sukabumi Tekankan Koordinasi dan Kewaspadaan Bencana Alam

33 hari lalu

Bupati Sukabumi Tekankan Koordinasi dan Kewaspadaan Bencana Alam

Cuaca ekstrim dan potensi bencana harus menjadi perhatian Organisasi Perangkat Daerah atau OPD untuk melakukan koordinasi dengan satgas bencana.


Ramai Isu Badai Matahari, Peneliti Antariksa BRIN Jelaskan Dampaknya ke Bumi

35 hari lalu

Memprediksi Badai Matahari dalam 24 Jam
Ramai Isu Badai Matahari, Peneliti Antariksa BRIN Jelaskan Dampaknya ke Bumi

Badai matahari merupakan istilah dari aktivitas tata surya terkait bintik matahari yang kemunculannya bisa diamati atau dipantau dari bumi.