TEMPO.CO, Jakarta - Bahasa cinta yang kini ramai dibicarakan generasi muda merupakan cara orang mengekspresikan rasa kasih dan cinta kepada orang lain, bisa pada pasangan, sahabat, orang tua, atau anak dan saudara. Psikolog klinis dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia, Irma Gustiana, mengatakan bahasa cinta bisa jadi terbentuk dari luka atau trauma masa kanak-kanak.
“Kebutuhan ia di masa kecil tidak tercukupi sehingga terbawa hingga dewasa dan itu di alam bawah sadarnya,” ujar Irma.
Setidaknya ada lima jenis bahasa cinta setiap orang, di antaranya sentuhan fisik, kata-kata penegasan, waktu berkualitas, menerima/memberi hadiah, serta pelayanan. Irma mengatakan bahasa cinta ini juga bisa disebabkan kebiasaan terdahulu. Kehangatan dalam rumah sangat menentukan bentuk orang mengekspresikan bahasa cintanya saat dewasa.
“Mungkin saja saat kecil dia butuh diberi kata-kata pujian namun ternyata orang tuanya kurang memberikan itu. Jadi, saat dewasa kebutuhan itu dicari manifestasinya,” jelas Irma.
Contohnya, orang dengan bahasa cinta kata-kata penegasan, sensasi bahagia ketika mendapat pujian itu akan terasa lebih mendalam, seakan kebutuhan yang ia inginkan sejak lama didapatkan.
Karena kebutuhan
Namun, ternyata bahasa cinta tidak selalu disebabkan luka di masa kecil tetapi bisa juga karena sebaliknya. Orang-orang dengan kebutuhan kasih sayang yang terpenuhi di rumah semasa kecilnya juga akan membentuk bagaimana cara ia mengungkapkan cinta.
“Bisa juga di waktu kecil ternyata kebutuhan-kebutuhan itu justru selalu dipenuhi kedua orang tuanya sehingga ketika dewasa itu menjadi otomatis di kepalanya karena kebiasaan, sudah terkondisi seperti itu,” kata Irma.
Untuk itu, Irma mengatakan penting untuk tiap orang memahami bahasa cinta orang terdekatnya, juga diri sendiri. "Dengan ini, kita akan menjadi makhluk sosial yang lebih peka, penuh toleransi, dan pengertian satu sama lain," tegasnya.
Pilihan Editor: Begini Ciri Bahasa Cinta Anda Sentuhan Fisik