Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kasus Kebencian Pada Perempuan Dipicu Misoginis, Ini Penyebabnya

image-gnews
Seoarang aktifis perempuan memegang sapnduk save our Sisters saat aksi solidaritas untuk YY di bawah jembatan Fly Over, Makassar, Sulawesi Selatan, 4 Mei 2016. Menurut data mereka kasus kekerasan seksual naik menjadi peringkat kedua keseluruhan kasus terhadap perempuan .TEMPO/Iqbal Lubis
Seoarang aktifis perempuan memegang sapnduk save our Sisters saat aksi solidaritas untuk YY di bawah jembatan Fly Over, Makassar, Sulawesi Selatan, 4 Mei 2016. Menurut data mereka kasus kekerasan seksual naik menjadi peringkat kedua keseluruhan kasus terhadap perempuan .TEMPO/Iqbal Lubis
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Kasus misoginis mencuri perhatian belakangan ini. Hal itu tak lepas dari seorang selebgram, Andrew Tate yang sering kedapatan mengungkapkan kalimat yang mengandung misoginis. Apa sajakah penyebab dari misoginis tersebut? 

Sekilas Tentang Misoginis

Melansir dari tempo.co, Tiara Puspita, Psikolog klinis dewasa dari Tiga Generasi, menjelaskan bahwa misoginis memiliki pengertian yang berbeda-beda. Namun secara umum, misoginis pola pikir yang menganggap posisi perempuan di bawah laki-laki dan perbedaan hak yang diberikan kepada laki-laki dan perempuan. Dengan kata lain, misoginis adalah pandangan negatif terhadap perempuan.

"Bahkan, pada kondisi yang lebih ekstrem, bisa berbentuk diskriminasi seksual atau memandang perempuan sebagai obyek seksual," ujarnya.

Perempuan dianggap sebagai obyek seksual dan dinilai hanya dari penampilan fisiknya, serta menganggap wajar jika perempuan mengalami kekerasan atau pelecehan seksual maupun non-seksual. "Diskriminasi hak, misalnya laki-laki mendapat pendidikan lebih tinggi dibanding perempuan, perempuan mendapat gaji lebih rendah dibanding laki-laki, padahal kemampuannya sama, hingga perempuan tidak boleh menjadi pemimpin" tutur Tiara.

Tiara mengatakan pandangan misogynistic atau misoginis sudah berlangsung sangat lama dalam banyak budaya atau kepercayaan. 

"Sejak dulu, laki-laki memiliki peran berburu, berperang, melindungi keluarga, dan bekerja. Sedangkan perempuan cenderung mengerjakan pekerjaan rumah, melahirkan, dan mengurus anak” kata Tiara kepada Tempo.

Sejak dulu juga perempuan melakukan tugas-tugas dan aktivitas yang tak jauh dari urusan rumah tangga. Sedangkan pria dianggap sebagai pencari nafkah yang dapat menghidupi seluruh keluarga. “Sehingga kemudian muncul pandangan pria perlu dihormati dan diutamakan,” ujarnya.

Dalam beberapa kepercayaan, Tiara melanjutkan, perempuan sebagai istri memiliki kewajiban untuk menurut dan patuh kepada suami. “Dari pandangan budaya dan kepercayaan itulah akhirnya pandangan misogynistic dianggap hal wajar.”

Karena itu, banyak perempuan yang secara sadar maupun tidak sadar, terinternalisasi akan nilai tersebut dan menampilkan sikap penerimaan atau pasrah. “Menganggap hal tersebut adalah wajar,” ujarnya.

Sejak dini, perempuan banyak ditanamkan pandangan harus bersikap feminin dan mampu mengurus pekerjaan rumah agar kelak mudah mencari pasangan dan dapat menjadi istri yang baik. Selain itu, menurut Tiara, isu keperawanan masih dianggap penting karena, jika perempuan tidak perawan lagi, tidak akan dihargai oleh laki-laki.

Keperawanan adalah tanggung jawab perempuan untuk menjaga dirinya, khususnya karena laki-laki sulit menahan hasrat seksualnya. “Jadi, sebetulnya tidak hanya laki-laki yang mengalami, tapi perempuan juga bisa saja memiliki pandangan misogynistic” kata Tiara.

Penyebab Timbul Misoginis

Mengutip dari laman verywellmind.com, misogini adalah sikap yang berkembang karena pengalaman, didikan, pengaruh sosial, dan norma budaya. Beberapa faktor yang berkontribusi menyebabkan misogini meliputi:

1. Pengalaman

Mengamati perilaku misoginis selama masa kanak-kanak, mendapat manfaat dari keyakinan semacam itu, memiliki panutan misoginis, dan memegang keyakinan lain yang selaras dengan misoginis semuanya dapat berperan.

2. Asuhan

Tumbuh dalam rumah tangga dan terpapar pada bentuk-bentuk misogini seringkali merupakan faktor penting dalam perkembangan sikap seperti itu. Para peneliti juga menunjukkan bahwa paparan masa kanak-kanak terhadap kekerasan dalam rumah tangga dan pelecehan emosional dikaitkan dengan seksisme, misogini, dan kekerasan terhadap perempuan. 

3. Faktor budaya

Sikap budaya tentang perempuan juga dapat berperan. Sikap religius, yang mungkin menunjukkan bahwa perempuan lebih rendah, patuh, atau berdosa, dapat menyebabkan penghinaan dan perlakuan buruk.

Disamping itu, bukti menunjukkan bahwa kebencian terhadap wanita dapat berdampak serius pada kesehatan mental dan kesejahteraan. Sebuah studi menemukan bahwa wanita yang mengalami diskriminasi jenis kelamin memiliki:

a. Peningkatan risiko mengembangkan depresi klinis

b. Lebih banyak tekanan psikologis

c. Fungsi mental yang lebih buruk

d. Kesehatan penilaian diri yang lebih buruk

e. Kepuasan hidup lebih rendah

Tidak hanya itu, wanita juga lebih mungkin mengalami sejumlah kondisi kesehatan mental yang berbeda, termasuk kecemasan, depresi, PTSD (post-traumatic stress disorder), dan gangguan makan.

DANAR TRIVASYA FIKRI

Pilihan Editor: Tokoh Misoginis Andrew Tate Ditahan karena Eksploitasi Seks, Rolls-Royce dan BMW-nya Disita  

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

 

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Di Forum APEC, ID FOOD Ungkap Peningkatan Akses Perempuan di Sektor Pangan Melalui Digitalisasi

1 hari lalu

Direktur ID FOOD Bernadetta Raras saat menjadi pembicara di Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) Workshop on Promoting Women Economic Empowermen Across Agri-Food Chain di Hanoi, Vietnam, 16 April 2024. (ID FOOD)
Di Forum APEC, ID FOOD Ungkap Peningkatan Akses Perempuan di Sektor Pangan Melalui Digitalisasi

APEC Workshop ini diikuti oleh para delegasi negara di kawasan Asia Pacifik.


Lebih dari 9.500 Warga Palestina Ditahan di Penjara Israel

2 hari lalu

Seorang tahanan Palestina memeluk ibunya setelah dibebaskan di tengah kesepakatan pertukaran sandera-tahanan antara Hamas dan Israel, di Ramallah, di Tepi Barat yang diduduki Israel, 1 Desember 2023. Layanan Penjara Israel telah membebaskan 30 warga Palestina dari penjara-penjara Israel. REUTERS/Ammar Awad
Lebih dari 9.500 Warga Palestina Ditahan di Penjara Israel

Di antara mereka yang ditahan adalah 80 perempuan dan lebih dari 200 anak-anak. Warga Palestina yang ditahan Israel juga mengalami penyiksaan


10 Ribu Perempuan di Jalur Gaza Tewas dalam Serangan Israel

2 hari lalu

Dua perempuan menangisi jasad keluarganya yang tewas akibat serangan Israel di rumah sakit Abu Yousef Al-Najjar, di Rafah, Jalur Gaza, 12 Februari 2024. Militer Israel melancarkan serangan udara besar-besaran di Rafah, Gaza pada Senin (12/2) dini hari waktu setempat. REUTERS/Mohammed Salem
10 Ribu Perempuan di Jalur Gaza Tewas dalam Serangan Israel

Ada lebih dari 10 ribu perempuan di Jalur Gaza tewas akibat enam bulan serangan Israel yang melelahkan.


Perempuan Mahardhika Nilai Penahanan Anandira Puspita Bersama Bayi Berpotensi Mereviktimisasi Korban

3 hari lalu

Ilustrasi selingkuh. Shutterstock
Perempuan Mahardhika Nilai Penahanan Anandira Puspita Bersama Bayi Berpotensi Mereviktimisasi Korban

Sekretaris Nasional Perempuan Mahardhika, Tyas Widuri, menilai penahanan Anandira Puspita dan bayinya berpotensi mereviktimisasi korban dugaan perselingkuhan suaminya.


Faktor yang Tentukan Kondisi Kesehatan Mental Seseorang

3 hari lalu

Ilustrasi wanita bahagia. Unsplash.com/Priscilla du Preez
Faktor yang Tentukan Kondisi Kesehatan Mental Seseorang

Psikolog mengatakan kondisi kesehatan mental seseorang ditentukan oleh berbagai faktor. Apa saja?


Definisi Kesehatan Mental Menurut Psikolog, Perlu Dimiliki Setiap Orang

3 hari lalu

Ilustrasi wanita bahagia. Unsplash.com
Definisi Kesehatan Mental Menurut Psikolog, Perlu Dimiliki Setiap Orang

Kesehatan mental lebih dari sekadar gangguan atau kecacatan mental yang diderita seseorang. Psikolog beri penjelasan.


Profil Korban Jiwa Penusukan di Australia: Ibu Baru, Mahasiswi Cina hingga Pengungsi Ahmadiyah

5 hari lalu

Korban penusukan di Australia. Istimewa
Profil Korban Jiwa Penusukan di Australia: Ibu Baru, Mahasiswi Cina hingga Pengungsi Ahmadiyah

Warga Australia berduka atas kematian lima perempuan dan seorang pria penjaga keamanan pengungsi asal Pakistan.


Polisi Australia: Pelaku Penusukan di Sydney Targetkan Perempuan

5 hari lalu

Layanan darurat terlihat di Bondi Junction setelah polisi menanggapi laporan beberapa penikaman di dalam pusat perbelanjaan Westfield Bondi Junction di Sydney, Australia, 13 April 2024. Polisi New South Wales mengonfirmasi seorang pria tertembak dan layanan darurat dipanggil ke Westfield Bondi Junction menyusul laporan beberapa orang ditikam. EPA-EFE/BIANCA DE MARCHI AUSTRALIA AND NEW ZEALAND OUT
Polisi Australia: Pelaku Penusukan di Sydney Targetkan Perempuan

Dalam penusukan di Sydney, Australia pada Sabtu, lima dari enam orang tewas dan mayoritas dari 12 orang yang terluka adalah perempuan.


Karyawan Alami Burnout, Ini yang Perlu Dilakukan Atasan

5 hari lalu

Ilustrasi wanita lelah bekerja. Freepik.com
Karyawan Alami Burnout, Ini yang Perlu Dilakukan Atasan

Jika karyawan mengalami burnout, bukan hanya ia sendiri yang harus mencari solusi mengatasinya. Atasan juga perlu memperhatikan hal ini.


Inilah 4 Akar Masalah Papua Menurut LIPI

6 hari lalu

Kondisi terkini pilot Susi Air, Philip Mark Mehrtens, yang disandera Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM). Foto: TPNPB-OPM
Inilah 4 Akar Masalah Papua Menurut LIPI

Ada empat akar masalah Papua, yakni sejarah dan status politik, diskriminiasi, kekerasan dan pelanggaran HAM berat, dan kegagalan pembangunan.