TEMPO.CO, Jakarta - Judi nyatanya masih menyebar di berbagai kalangan, mulai dari rakyat kecil hingga pejabat seperti Lukas Enembe. Padahal, sudah jelas bahwa judi adalah perbuatan yang merugikan dan dilarang negara sebagaimana tertuang dalam pasal 303 KUHP dimana para pemain judi diancam paling lama 4 tahun penjara atau denda pidana paling banyak 10 juta.
Lantas apa yang sebenarnya membuat seseorang sangat kecanduan dengan berjudi?
Beberapa orang mungkin berpikir judi adalah cara instan untuk memperoleh kekayaan. Judi dinilai dapat menghasilkan uang dengan cepat dan mudah tanpa harus berjuang keras untuk mendapatkannya.
Ternyata ada alasan ilmiah yang mendasari seseorang menjadi gemar bahkan ketagihan berjudi. Mengutip dari laman highspeedtraining.co.uk, menjelaskan bahwa berjudi dapat menyebabkan otak mentransmisikan suatu pesan kimiawi dimana otak menjadi ingin lebih dan lebih.
Otak memiliki suatu sistem yang unik yakni sistem ‘penghargaan’. Sistem ini terhubung dengan berbagai area pada otak, khususnya pusat kesenangan pada otak. Berbagai pengalaman yang menurut Anda membahagiakan seperti menerima pujian, berhubungan seks, atau memenangkan permainan semua tersimpan dalam otak lalu dialirkan dengan sinyal - sinyal neurotransmitter guna menstimulasi neuron di otak.
Neurotransmitter ini dikenal dengan ‘Dopamin’. Tubuh akan melepaskan dopamin saat melakukan aktivitas yang menyenangkan seperti saat mengalami euforia, kesenangan dan merasa termotivasi untuk melakukan aktivitas yang sama lagi. Begitu hal nya saat berjudi, dopamin banyak dilepaskan.
Menurut sebuah penelitian menunjukkan ada 2 alasan lain yang menyebabkan seseorang menjadi kecanduan berjudi yakni, seseorang memiliki sistem ‘penghargaan’ yang kurang sehingga individu tersebut tidak memiliki euforia dan kesenangan yang sama dari peristiwa yang bermanfaat secara alami seperti yang dialami kebanyakan orang. Sehingga mereka tertarik pada aktivitas lain yang merangsang sistem penghargaan lebih dari biasanya dan membuat mereka puas seperti mabuk, narkoba hingga berjudi.
Alasan lain adalah aktivitas korteks prefrontal yang lebih rendah, sehingga mereka bertindak impulsif dan sulit membedakan keputusan mana yang berdampak jangka panjang maupun jangka pendek. Saat mereka mulai berjudi dan memenangkannya beberapa kali, mereka mulai mengaktifkan sistem penghargaan mereka dan memperoleh ledakan hormon dopamin yang luar biasa, sehingga terdong untuk kembali berjudi lagi.
MELINDA KUSUMA NINGRUM
Pilihan Editor: MAKI Sebut Lukas Enembe Terlacak Main Judi di 3 Negara Ini
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.