Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Memahami Adab Makan yang Sopan dan Baik bagi Tubuh

Reporter

Charna Rowley, 22 tahun, mengundurkan diri dari pekerjaan sebagai administrasi demi mengejar karir sebagai YouTuber. Sumber: Simon Jacobs/Caters News/mirror.co.uk
Charna Rowley, 22 tahun, mengundurkan diri dari pekerjaan sebagai administrasi demi mengejar karir sebagai YouTuber. Sumber: Simon Jacobs/Caters News/mirror.co.uk
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Dulu, orang tua selalu mengajarkan adab makan yang sopan, bahkan sesuai tata krama, seperti tidak boleh menyuap dengan raupan satu genggaman penuh di tangan dan suara mulut mengecap. Porsi makan pun sebaiknya tidak berlebihan, apalagi ketika makan bersama orang lain.

Tuntunan adab makan tersebut sejalan dengan ajaran agama, baik terkait porsi dan caranya, sebagaimana pandangan dalam Islam yang disampaikan oleh Wakil Ketua PWNU Jawa Tengah KH Zimam Hanifun Nusuk.

“Dalam pandangan Islam makan berlebihan atau yang disebut isrof itu dilarang. Sedangkan mengunyah makanan dengan bersuara melanggar adab/etika,” kata Gus Nif, panggilan akrabnya.

Gus Nif menyayangkan banyaknya tayangan makan brutal di televisi atau Youtube yang dinilainya kurang beradab, dengan porsi makan melimpah dan suara mengecap atau mengunyah yang keras. Apalagi acara disaksikan oleh jutaan pemirsa atau warganet. Padahal, pemirsa dengan beragam latar belakang pendidikan tidak semuanya memiliki daya kurasi yang baik terhadap sebuah tontonan. Belum lagi dari sisi empati, di tengah maraknya tayangan makan brutal yang memamerkan hidangan berlimpah di atas meja, ada sebagian masyarakat kita yang mungkin tidak berkesempatan makan layak tiga kali sehari.

Segala yang berlebihan pasti berdampak buruk. Tidak terkecuali makan, yang pada tahap ekstrem dapat menyebabkan kematian. Setidaknya ada lima kabar kematian para Youtuber dari sejumlah negara akibat melakukan aksi tayangan makan, baik karena jumlah maupun jenis makanan. Berikut daftar di antaranya.

-September 2013, seorang wanita Korea Selatan bernama Yoon tersedak saat makan gurita hidup-hidup di sebuah motel di Incheon, Seoul.

-April 2019, Youtuber asal Jepang, Yola, mati tersedak ketika melakukan siaran langsung memakan bola-bola nasi berukuran jumbo.

-Medio 2019, seorang Cam Boy berusia 30 tahun dari Anhui, Cina, tewas setelah melahap kelabang, ulat, dan tokek dalam kondisi hidup dibarengi minum alkohol.

-Juni 2020, Wang, seorang food vlogger Cina, meninggal di rumah sakit pada usia 30 tahun setelah merasa pusing dan mati rasa saat menyantap semangkuk besar olahan daging. Berat badan terakhirnya mencapai 100 kg, naik 40 kg dalam tempo enam bulan.

-Januari 2021, Sun Yixuan, food vlogger ternama Cina meregang nyawa karena pendarahan otak mendadak akibat kebiasaan mengonsumsi makanan tidak sehat untuk konten videonya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Mengacaukan pencernaan
Mengenai kejadian itu, Mohammad Rudiansyah, dosen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, menjelaskan dari sisi medis.

“Ketika seseorang mengonsumsi makanan berlebihan maka bahan-bahan tersebut akan disimpan dalam bentuk lemak sebagai cadangan tenaga. Bila cadangan ini tidak terpakai maka akan tertimbun, menumpuk, sehingga terjadi penumpukan lemak, kemudian berat badan berlebih dan otomatis akan mengganggu kesehatan,” papar Rudi.

Padahal, pencernaan tubuh terbatas. Kelebihan ini juga terjadi dengan kapasitas tubuh dalam mencerna. Kemudian, makanan yang banyak juga berisiko meningkatkan kadar gula darah sementara kelenjar pankreas tidak menghasilkan insulin secara maksimal.

“Ini bisa melebihi kapasitas yang menimbulkan kadar gula meningkat hingga terjadi kencing manis. Selain itu, penumpukan lemak juga mengurangi kerja insulin yang menyebabkan terjadi resistensi insulin,” lanjutnya.

Menurut Rudi, makan berlebihan secara terus-menerus menimbulkan kadar kolesterol naik dan tubuh berusaha menetralisasi dengan pengeluaran asam empedu, tapi karena berlebihan menjadi terlalu banyak. Lalu terjadi penumpukan kristal-kristal asam empedu kolesterol dan terbentuklah peradangan empedu, batu empedu, juga lemak bisa menumpuk di mana-mana termasuk di hati. Tahap berikut terjadi perlemakan hati (fatty liver) yang ke depannya dapat menyebabkan gagal hati dan bahkan bisa menjadi kanker hati.

“Penumpukan lemak tadi juga terjadi di sepanjang dinding pembuluh darah, terjadi plak, ateroskelerosis, risiko serangan jantung, kemudian stroke karena pembuluh darah menyempit,” kata dokter spesialis penyakit dalam itu.

Masalah obesitas terjadi karena kelebihan berat badan akibat makan porsi besar tadi yang disebut sindrom metabolik. Mengingat dampaknya yang fatal, masih berminat untuk makan brutal? 

Pilihan Editor: Makan Sebelum Lapar dan Berhenti Sebelum Kenyang, Ini Penjelasan Ilmiahnya

Iklan

Berita Selanjutnya




Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.




Video Pilihan


Waspada, Kebersihan Mulut yang Buruk Dapat Membuat Risiko Terkena Kanker Hati Meningkat

4 hari lalu

Ilustrasi bau mulut. shutterstock.com
Waspada, Kebersihan Mulut yang Buruk Dapat Membuat Risiko Terkena Kanker Hati Meningkat

Studi menunjukkan orang yang menderita masalah kesehatan mulut memiliki risiko 75 persen lebih tinggi terkena kanker hati primer.


Faktor Risiko Diabetes Melitus yang Perlu Diwaspadai

7 hari lalu

Ilustrasi diabetes. Freepik.com
Faktor Risiko Diabetes Melitus yang Perlu Diwaspadai

Banyak faktor yang berkontribusi pada terjadinya diabetes melitus obesitas, pola makan tidak sehat, kurang aktivitas fisik. Cegah sebelum terjadi.


5 Tips Mengurangi Risiko Kanker Usus Besar

9 hari lalu

Ilustrasi kanker usus besar. shutterstock
5 Tips Mengurangi Risiko Kanker Usus Besar

Risiko kanker usus besar dapat diturunkan secara signifikan dengan melakukan langkah-langkah pencegahan sebagai berikut.


5 Kombinasi Makanan yang Sebaiknya Tidak Dimakan Bersamaan

10 hari lalu

Ilustrasi wanita makan. Freepik.com
5 Kombinasi Makanan yang Sebaiknya Tidak Dimakan Bersamaan

Kombinasi makanan yang tidak tepat bisa menyebabkan penyumbatan di saluran pencernaan dan menurunkan penyerapan nutrisi.


Mengenal Apa Itu Diabetes Tipe 4

13 hari lalu

Ilustrasi diabetes. Freepik.com
Mengenal Apa Itu Diabetes Tipe 4

Apakah diabetes tipe 4 menjadi kelanjutan dari diabetes tipe 1 dan tipe 2? Atau bagaimana?


Kaitan Keseimbangan Mikrobioma Usus dan Kesehatan Mental

15 hari lalu

Ilustrasi usus. 123rf.com
Kaitan Keseimbangan Mikrobioma Usus dan Kesehatan Mental

Mikrobioma usus dapat mempengaruhi kesehatan mental. Beberapa penelitian menunjukkan usus dapat mempengaruhi suasana hati.


Jaga Kesehatan Pencernaan untuk Performa dan Suasana Hati yang Baik

15 hari lalu

Bakteri usus. Sciencedaily.com
Jaga Kesehatan Pencernaan untuk Performa dan Suasana Hati yang Baik

Sistem pencernaan berkaitan erat dengan performa atletis seseorang dari segi fisik hingga mental. Apa kaitannya dengan mikrobioma usus?


Peneliti Sebut Kaitan Akupunktur Telinga dan Penurunan Berat Badan

15 hari lalu

Ilustrasi akupuntur. Pixabay/Waltigoehner
Peneliti Sebut Kaitan Akupunktur Telinga dan Penurunan Berat Badan

Penelitian menyebut menggabungkan akupunktur dengan diet yang dikontrol telah menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam menurunkan berat badan.


Makanan yang Perlu Dihindari dan Dipilih untuk Kesehatan Usus

16 hari lalu

Ilustrasi daging merah. Pixabay.com
Makanan yang Perlu Dihindari dan Dipilih untuk Kesehatan Usus

Selain kelancaran pencernaan, kesehatan usus dan saluran cerna menentukan kekebalan seseorang, kesehatan mental, serta kemungkinan munculnya masalah.


Penyebab Obesitas yang Harus Diwaspadai

16 hari lalu

Ilustrasi obesitas. Shutterstock
Penyebab Obesitas yang Harus Diwaspadai

Pengidap obesitas difaktori oleh konsumsi makanan dan minuman yang tinggi kalori atau energi yang biasanya berasal dari glukosa dan karbohidrat