Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mengenal Infeksi Virus Marburg dan Gejalanya

image-gnews
Virus Marburg. Shutterstock
Virus Marburg. Shutterstock
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Berita tentang virus Marburg mulai ramai sejak 13 Februari 2023. Guinea Ekuatorial di Afrika mengumumkan temuan virus Marburg yang sangat menular, mirip dengan Ebola. Mereka mulanya mencatat sembilan kematian dan 16 suspek bergejala demam, kelelahan, muntah darah, dan diare. 

Saat ini, lebih dari 200 orang di negara tersebut tengah menjalani karantina. Perkembangan terbaru mengungkap Spanyol baru saja mendeteksi seorang suspek virus Marburg. Para ahli kesehatan dari seluruh dunia pun mulai mewanti-wanti timbulnya pandemi baru. Terlebih, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), rasio kematian akibat virus Marburg mencapai 88 persen dan belum ada obat atau vaksin yang dapat digunakan.

Apa itu virus Marburg?
Melansir dari cdv.org, virus Marburg atau Marburg Virus Disease (MVD) adalah demam berdarah yang menyerang manusia dan hewan primata. Penyakit ini jarang ditemukan tetapi dampaknya parah. Marburg sendiri adalah sejenis virus RNA zoonosis (bawaan hewan) dari keluarga filovirus yang juga mencakup enam spesies virus Ebola. Secara genetik, struktur filovirus ini bisa dikatakan unik.

Sejarah 
Virus Marburg pertama kali dikenali pada 1967 ketika wabah demam berdarah terjadi di laboratorium di Marburg dan Frankfurt, Jerman, dan di Beograd, Serbia. Sebanyak 31 orang jatuh sakit, berawal dari petugas laboratorium, dan diikuti beberapa tenaga medis serta anggota keluarga yang merawat mereka. Tujuh kematian dilaporkan.

Orang pertama yang terinfeksi Virus Marburg diketahui mendapatkannya dari monyet hijau Afrika yang diimpor dari Uganda untuk keperluan penelitian. Inang reservoir virus Marburg sendiri adalah sejenis kelelawar buah asli Afrika yang disebut kelelawar ruset Mesir (Rousettus aegyptiacus).

Kelelawar ruset Mesir adalah hewan penghuni gua yang ditemukan secara luas di seluruh Afrika. Mengingat penyebaran geografis kelelawar yang luas, lebih banyak area yang berisiko terpapar wabah virus Marburg daripada yang diduga sebelumnya.

Virus Marburg terjadi sebagai wabah sporadis di seluruh Afrika sub-Sahara. Banyak wabah di masa lalu dimulai dari para pekerja di tambang yang penuh kelelawar. Virus tersebut kemudian tersebar melalui praktik budaya di tengah keluarga dan pelayanan kesehatan. Ada kemungkinan kasus di lokasi terpencil juga terjadi sesekali tetapi tidak tercatat.

Kasus virus Marburg pada manusia pernah terjadi di luar Afrika walau jarang. Selain paparan laboratorium pada 1967 di Eropa yang telah disebutkan sebelumnya, ada seorang turis Belanda yang terinfeksi virus Marburg setelah kembali dari Uganda pada 2008, kemudian meninggal. Di tahun yang sama, seorang pelancong Amerika Serikat terpapar virus Marburg setelah kembali dari Uganda dan berhasil sembuh. Kedua wisatawan itu mengunjungi sebuah gua hunian kelelawar di Hutan Maramagambo, Taman Nasional Queen Elizabeth.

Penularan 
Belum diketahui secara pasti bagaimana virus Marburg pertama kali pindah dari inang hewan ke manusia. Namun, pada kasus turis di Uganda 2008, kontak langsung dengan aerosol (gas atau udara yang terkontaminasi) dan kotoran kelelawar menjadi jalur penularan yang paling mungkin. Setelah persilangan awal virus dari hewan ke manusia, penularan terjadi melalui kontak orang ke orang. Virus Marburg menyebar melalui kontak (seperti luka kulit atau selaput lendir di mata, hidung, dan mulut) dengan:

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

-Darah atau cairan tubuh (urin, ludah, keringat, feses, muntahan, ASI, cairan ketuban, dan air mani) dari orang yang sakit atau meninggal karena virus Marburg.

-Benda-benda yang terpapar cairan tubuh dari orang yang sakit atau telah meninggal karena virus Marburg, seperti pakaian, selimut, jarum suntik, dan peralatan medis.

-Air mani pria yang sembuh dari virus Marburg melalui seks oral, vaginal, atau anal. Virus tersebut diketahui bertahan dalam testis dan mata seperti Ebola. 

Ketahanan virus Marburg di immune privilege lain (plasenta, sistem saraf pusat) mungkin serupa Ebola. Sementara itu, belum ada bukti virus Marburg dapat menyebar melalui hubungan seks atau kontak lain lewat cairan vagina wanita.

Gejala 
Setelah masa inkubasi 2-21 hari, gejala muncul tiba-tiba dan ditandai demam, menggigil, sakit kepala, dan nyeri otot. Sekitar hari kelima setelah timbulnya gejala, ruam makulopapular (seperti campak) biasa muncul di dada, punggung, atau perut. Mual, muntah, nyeri dada, sakit tenggorokan, sakit perut, dan diare mungkin terjadi. Gejala kemudian semakin parah diikuti penyakit kuning, radang pankreas, penurunan berat badan yang parah, delirium, syok, gagal hati, pendarahan masif, dan disfungsi multiorgan.

Diagnosis klinis virus Marburg cukup sulit. Banyak tanda dan gejala yang mirip penyakit menular lain (seperti malaria atau demam tifoid) maupun demam berdarah yang memang mewabah di suatu daerah, (seperti demam Lassa atau Ebola). Diagnosis kemungkinan besar benar jika bermula dari satu kasus yang terlibat.

NIA HEPPY | SYAHDI MUHARRAM (CW)

Pilihan Editor: Risiko Tahapan Infeksi Virus Marburg

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Waspada Demam Berdarah Menjelang Libur Hari Raya Idul Fitri

2 jam lalu

Ilustrasi demam berdarah dengue atau DBD. Pexels/Tima Miroscheniko
Waspada Demam Berdarah Menjelang Libur Hari Raya Idul Fitri

Seorang individu tidak hanya berisiko terkena demam berdarah dengue (DBD), tetapi juga berpotensi menyebarkan virus dengue apabila telah terinfeksi.


Leptospirosis Penyakit Langganan Musim Hujan, Seberapa Berbahaya?

1 hari lalu

Ilustrasi banjir. Dok. TEMPO/M. Iqbal Ichsan
Leptospirosis Penyakit Langganan Musim Hujan, Seberapa Berbahaya?

Leptospirosis adalah penyakit yang kerap muncul setiap musim hujan, terutama di daerah yang rawan banjir dan genangan air. Seberapa berbahaya?


Tidak Boleh Diabaikan, Kenali Gejala dan Tanda Awal Kanker Ovarium Berikut

2 hari lalu

Ilustrasi-Ketika kanker ovarium masih dalam tahap awal, yaitu ketika kanker masih terbatas pada ovarium, ada kemungkinan besar untuk berhasil diobati, kata seorang spesialis onkologi. (ANTARA/Shutterstock/mi_viri)
Tidak Boleh Diabaikan, Kenali Gejala dan Tanda Awal Kanker Ovarium Berikut

Kanker ovarium stadium awal biasanya tidak menimbulkan gejala apa pun, yang dapat menyebabkan diagnosis tidak terjawab.


26 Maret Diperingati Hari Epilepsi Sedunia, Kenali Penyebab dan Gejalanya

2 hari lalu

Ilustrasi epilepsi. firstaidlearningforyoungpeople.redcross.org.uk
26 Maret Diperingati Hari Epilepsi Sedunia, Kenali Penyebab dan Gejalanya

Epilepsi merupakan gangguan sistem saraf pusat akibat pola aktivitas otak yang tidak normal.


Saran agar Penderita TBC Tak Menulari Rekan Kerja

2 hari lalu

Ilustrasi Tuberkulosis atau TBC. Shutterstock
Saran agar Penderita TBC Tak Menulari Rekan Kerja

Penderita TBC perlu bersikap disiplin agar tak menulari rekan kerja, seperti memakai masker dan ruangan kerja berventilasi baik.


Koalisi Perlindungan Hewan Khawatir Penangkapan Monyet Ekor Panjang Picu Penyakit Zoonosis

3 hari lalu

Monyet ekor panjang (macaca Fascicularis) berinteraksi di Taman Nasional Baluran, Situbondo, Jawa Timur, Minggu, 18 Februari 2024. Berdasarkan Internasional Union for Conservation Nature (IUCN) Monyet ekor panjang mengalami perubahan status dari rentan (vunerable) menjadi terancam punah (endangered) yang diprediksi populasinya akan menurun hingga 40 persen dalam tiga generasi terakhir atau sekitar 42 tahun akibat habitat yang mulai hilang serta perdagangan ilegal. ANTARA/Budi Candra Setya
Koalisi Perlindungan Hewan Khawatir Penangkapan Monyet Ekor Panjang Picu Penyakit Zoonosis

Penangkapan monyet ekor panjang untuk ekspor dikhawatirkan memicu zoonosis atau penyakit dari hewan.


3 Gejala Umum Kanker Ginjal, Penting untuk Deteksi Dini

3 hari lalu

Ilustrasi ginjal. Shutterstock
3 Gejala Umum Kanker Ginjal, Penting untuk Deteksi Dini

Ada tiga gejala yang perlu diwaspadai terkait kanker ginjal. Pasalnya, kebanyakan pasien tak merasakan gejala sehingga penting mengetahui tandanya.


Wabah Antraks Gunungkidul, Apa Penyebabnya?

10 hari lalu

Petugas Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Sukoharjo menyuntikan vitamin dan vaksin antraks untuk sapi ternak warga pada kegiatan Vaksinasi Antraks di desa Karanganyar, Weru, Sukoharjo, Jawa Tengah, Selasa, 11 Juli 2023. Penyaluran vaksin sebagai langkah pencegahan penyebaran virus antraks (Bacillus Anthracis). ANTARA/Mohammad Ayudha
Wabah Antraks Gunungkidul, Apa Penyebabnya?

Wabah Antraks melanda Gunungkidul dan Sleman, Yogyakarta. Apa Penyebabnya?


Tak Nafsu Makan dan Lelah, Hati-hati Gejala TBC

14 hari lalu

Ilustrasi Tuberkulosis atau TBC. Shutterstock
Tak Nafsu Makan dan Lelah, Hati-hati Gejala TBC

Pada 2022, sebanyak 7,5 juta orang didiagnosis tuberkulosis dan menjadi rekor tertinggi yang pernah terjadi. Berikut gejala TBC yang perlu diwaspadai.


12 Maret Diperingati Hari Glaukoma Sedunia: Kenali Gejala, Penyebab, dan Pengobatannya

16 hari lalu

Ilustrasi wanita bermata cokelat. Pixabay.com
12 Maret Diperingati Hari Glaukoma Sedunia: Kenali Gejala, Penyebab, dan Pengobatannya

Peringatan tersebut bertujuan untuk mengingatkan semua orang mengenai faktor risiko glaukoma dan melakukan pemeriksaan kesehatan mata secara teratur.