TEMPO.CO, Jakarta - Ahli gizi dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Winra Pratita, mengatakan 95 persen kasus obesitas pada anak dipengaruhi masalah keseimbangan energi. Sisanya akibat kelainan genetik. Ia menyebut obesitas sebagai kelainan atau penyakit yang ditandai penimbunan jaringan lemak tubuh yang berlebihan.
"Obesitas terjadi karena ketidakseimbangan antara asupan energi dan energi yang keluar sehingga terjadi kelebihan energi yang selanjutnya disimpan dalam jaringan lemak," kata Winra.
Ketua Divisi Nutrisi dan Penyakit Metabolik Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran USU itu menyebut kasus tersebut terjadi akibat asupan energi tinggi dan tidak ditunjang aktivitas fisik secara optimal sehingga metabolisme tubuh rendah. Ia mengatakan kurang aktivitas fisik memicu berat badan naik, khususnya selama pandemi, di mana berat badan anak banyak yang bertambah karena hanya beraktivitas di rumah. Karakter pasien obesitas akibat ketidakseimbangan energi umumnya berperawakan tinggi, ada riwayat obesitas pada keluarga, dan pertumbuhan tulang normal.
"Berbeda dengan overweight, yakni kelebihan berat badan dibandingkan berat ideal yang disebabkan penimbunan jaringan lemak," jelasnya.
Selain masalah keseimbangan energi, 5 persen kasus obesitas pada anak juga dapat disebabkan pengaruh medis, seperti endokrinologi atau faktor genetik. "Biasanya perawakan pendek, tidak didapat riwayat obesitas pada keluarga, pertumbuhan tulang terlambat," paparnya.
Kenali gejala kilnis
Gejala klinis yang bisa dikenali pada bagian kepala, terlihat wajah membulat, pipi tembam, dagu rangkap, pada tenggorokan ada hipertrofi tonsil, leher tampak pendek, bercak kehitaman di belakang leher, dada membusung dengan payudara membesar, suara napas mengorok. Selain itu, faktor genetik pada anak obesitas juga ditandai perut membuncit disertai dinding perut berlipat, tungkai berbentuk X, gerakan pinggul terbatas, sistem reproduksi penis tampak kecil karena tertutup timbunan lemak.
Upaya pencegahan yang bisa dilakukan di antaranya dengan mencegah konsumsi makanan atau minuman berpemanis melebihi ambang batas aman. Asupan gula, garam, dan lemak sesuai rekomendasi maksimal, yaitu gula sebanyak 50 gram per hari (4 sdm), garam 2 gram (sdt), dan lemak 67 gram (5 sdm). Selain itu, anak juga memerlukan asupan makanan berkarbohidrat, vitamin, dan mineral yang seimbang.
"Aktivitas fisik diperlukan paling tidak 60 menit, bisa bermain dengan anak sesuai kesukaannya. Kurangi waktu di depan layar ponsel, TV, atau komputer," sarannya.
Winra juga mendorong orang tua memperhatikan waktu tidur anak yang cukup. Anak usia 4-12 bulan 12-16 jam, 1-2 tahun 11-14 jam, 3-5 tahun 10-13 jam, 6-12 tahun 9-12 jam, 13-18 tahun 8-10 jam.
Pilihan Editor: Kelainan Genetika Bisa Jadi Pemicu Anak Obesitas