TEMPO.CO, Jakarta - Sering mengalami mimpi buruk di masa kanak-kanak dapat dikaitkan dengan perkembangan gangguan kognitif atau penyakit Parkinson di kemudian hari. Berdasarkan laporan Medical Daily, sebuah studi baru yang diterbitkan dalam jurnal The Lancet Clinical Medicine, peneliti dari Universitas Birmingham, Abidemi Otaiku, melihat data dari hampir 7.000 anak yang merupakan bagian dari British Birth Cohort Study pada 1958.
Idenya untuk mengetahui apakah sering mimpi buruk di masa kanak-kanak dapat dikaitkan dengan perkembangan gangguan kognitif dan penyakit Parkinson di kemudian hari. Sebuah studi sebelumnya telah menunjukkan sering mengalami mimpi buruk di usia paruh baya dan lebih tua dapat dikaitkan dengan peningkatan risiko kondisi seperti itu di kemudian hari. Namun, apakah asosiasi serupa hadir dengan mimpi buruk masa kanak-kanak masih terus diteliti.
"Mengingat sebagian besar orang yang mengalami mimpi buruk secara teratur sebagai orang dewasa juga melaporkan mengalami itu ketika masih anak-anak, ini membuat saya bertanya-tanya apakah memiliki banyak mimpi buruk selama masa kanak-kanak dapat memprediksi perkembangan demensia atau penyakit Parkinson di kemudian hari," kata Otaiku dalam sebuah artikel di The Conversation.
Studi 1958 British Birth Cohort telah mengikuti kehidupan anak-anak di Inggris, Skotlandia, dan Wales yang lahir pada 3-9 Maret 1958. Di dalamnya, para ibu menjawab beberapa pertanyaan tentang kesehatan anak-anak mereka pada usia 7 dan 11 tahun, termasuk apakah anak-anak mengalami mimpi buruk dalam tiga bulan sebelumnya. Dia menemukan mereka yang mengalami mimpi buruk terus-menerus memiliki 85 persen peningkatan risiko gangguan pengembangan kognitif atau penyakit Parkinson saat usia mencapai 50 tahun dibandingkan yang tidak.
"Hasilnya jelas, semakin sering anak-anak mengalami mimpi buruk, semakin besar kemungkinan mereka alami gangguan pengembangan kognitif atau didiagnosis penyakit Parkinson," kata Otaiku. "Oleh karena itu, penelitian ini konsisten dengan memperluas penemuan sebelumnya, menunjukkan bahwa mimpi menyedihkan yang terjadi selama masa kanak-kanak juga dapat dikaitkan dengan demensia dan Parkinson di masa depan."
Gangguan kognitif
Studi lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi temuan tersebut. Otaiku mencatat kemungkinan hubungan gen tertentu yang diketahui berisiko mengalami mimpi buruk secara terus-menerus yang juga terkait peningkatan risiko penyakit Alzheimer di usia yang lebih tua. Gangguan tidur karena mimpi buruk juga memiliki kemungkinan terkoneksi dengan penyakit-penyakit tersebut.
Namun, Otaiku mengatakan hasil penelitian ini tidak perlu dikhawatirkan karena hanya sebagian kecil populasi yang akhirnya mengalami gangguan kognitif atau penyakit Parkinson. Ini adalah penyakit sistem saraf pusat yang bersifat menahun dan progresif. Perkiraan penyakit Parkinson secara kasar per tahun adalah 15 per 100.000 penduduk dengan prevalensi 18 hingga 328 kasus per 100.000 penduduk.
Sebuah studi di Amerika Serikat mengkonfirmasi bahwa ras Asia memiliki risiko penyakit Parkinson yang relatif lebih rendah dibanding hispanik, kulit putih, dan Afrika, yaitu sebesar 11,3 per 100.000 penduduk dalam satu tahun. Otaiku menyarankan studi selanjutnya untuk menyelami lebih dalam pada kemungkinan hubungan sebab akibat antara mimpi buruk dengan demensia dan penyakit Parkinson. Jika terbukti benar, maka ini bisa membuka jalan penuh harapan untuk membantu mencegah perkembangan penyakit di masa depan dengan menemukan cara untuk mengatasi mimpi buruk.
Pilihan Editor: Orang Tua Perlu Memahami Kerentanan Anak menjadi Sasaran Bullying