TEMPO.CO, Jakarta - Trauma karier kondisi seseorang mengalami tekanan dan kesulitan yang berlebihan dalam pekerjaan. Kondisi itu rentan mengganggu kesejahteraan psikologis dan emosional.
Apa itu trauma karier?
Mengutip Entrepreneur, trauma karier bisa terjadi karena berbagai penyebab, seperti kecelakaan kerja, pelecehan, diskriminasi, stres berlebihan beban kerja, berkonflik dengan rekan kerja.
Karyawan dengan identitas terpinggirkan juga rentan menghadapi risiko trauma. Trauma tersebut diekspresikan dalam pekerjaan sebagai ketakhadiran, peningkatan gangguan, dan menghindari tugas.
Dalam pandangan psikologi, trauma karier sering dianggap sebagai bentuk tekanan mental psikologis atau gangguan stres pascatrauma (post-traumatic stress disorder atau PTSD). Orang yang mengalami trauma karier mungkin mengalami berbagai gejala seperti insomnia, kecemasan, depresi, PTSD.
Mengutip publikasi Understanding the Impact of Trauma, PTSD gangguan trauma yang paling sering dan gejalanya bisa sangat melemahkan seiring waktu. Meski demikian, gejala PTSD terwakili dalam sejumlah penyakit mental lainnya, termasuk gangguan depresi mayor atau MDD.
Trauma karier sangat memengaruhi kehidupan kerja individu yang mengalaminya. Merujuk National Career Development Association, di Amerika Serikat sekitar dua juta pekerja menjadi korban kekerasan di tempat kerja mereka tiap tahun. Diperkirakan 25 persen kasus tidak dilaporkan.
Upaya untuk mencegah trauma karier biasanya perencanaan tindakan pengurangan risiko di tempat kerja. Misalnya, pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja, pemantauan kondisi, dan memberikan dukungan psikologis konseling bagi karyawan yang telah mengalami trauma karier.
Pilihan Editor: Trauma Healing, Manfaat dan Fase Prosesnya
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.