TEMPO.CO, Jakarta - Mendengkur atau mengorok saat tidur adalah hal yang wajar terjadi. Namun apakah mendengkur pada anak-anak atau remaja dapat berbahaya?
Dilansir dari Verywellhealth.com, mendengkur cenderung terjadi ketika aliran udara keluar dari paru-paru melalui mulut dan hidung menjadi terganggu.
Biasanya mendengkur tidak berbahaya dan tidak menimbulkan masalah, namun pada kondisi tertentu, mendengkur menjadi tanda masalah yang lebih serius. Hal ini terkait dengan adanya penyumbatan di jalan napas karena apnea tidur obstruktif (OSA) atau gangguan pernapasan saat tidur.
Adanya OSA dengan oksigen rendah menyebabkan orang terbangun selama beberapa detik, dan kemudian kembali tertidur. Jika gangguan tidur ini sering terjadi, maka dapat menyebabkan rasa lelah atau mengantuk di siang hari, sehingga memengaruhi perilaku dan fokus di siang hari.
Penyebab mendengkur pada remaja
Sebagian besar remaja umumnya tidur tanpa mendengkur, namun ada pula yang mendengkur hingga mengalami gangguan pernapasan saat tidur. Salah satu penyebab besarnya adalah amandel atau kelenjar gondok.
Jika struktur ini membesar, maka dapat mengganggu aliran udara melalui tenggorokan, mulut, dan hidung. Selain itu mendengkur juga dapat terjadi jika si remaja menderita tonsilitis kronis. Di sisi lain, terdapat faktor-faktor risiko lain dalam gangguan pernapasan saat tidur, yaitu sebagai berikut.
- Riwayat keluarga apnea tidur
- Rahang kecil atau jalan napas kecil
- Kegemukan atau obesitas
- Riwayat mengi atau batuk kronis
- Merokok
- Asupan alkohol sebelum tidur
Bagaimana pengaruhnya terhadap prestasi di sekolah?
Hanya sekitar 10% anak-anak dan remaja yang memiliki kebiasaan mendengkur. Seseorang dikatakan memiliki kebiasaan mendengkur jika melakukannya tiga kali atau lebih dalam seminggu.
Siswa yang sering mendengkur biasanya memiliki prestasi yang lebih buruk di sekolah daripada rekan mereka yang tidak mendengkur. Hal ini terjadi karena anak-anak yang mengantuk di siang hari akibat mendengkur di malam hari memiliki tingkatan fokus yang lebih pendek serta memiliki masalah dalam mengendalikan perilaku mereka.
Kedua masalah tersebut dapat menyebabkan masalah lainnya di rumah maupun di sekolah. Masalah ini dapat membuat anak remaja merasa frustrasi, karena mereka sebetulnya ingin berprestasi di sekolah dan bergaul dengan orang lain tetapi terhalang kelelahan yang parah.
Namun jangan khawatir, apabila kebiasaan mendengkur diperbaiki, maka masalah perilaku dan masalah di sekolah dapat diatasi dengan baik.
Mengurangi kebiasaan mendengkur
Cara mengurangi dengkuran bisa dengan menggunakan bantal penopang yang digunakan untuk menopang kepala. Atau bisa juga dengan cara memakai penutup mulut, atau menggunakan dekongestan.
Dekongestan menurut nhs.uk adalah obat yang dapat digunakan untuk memberikan bantuan jangka pendek dalam penanganan hidung tersumbat. Obat ini juga dapat membantu meringankan gejala kondisi seperti pilek dan flu, demam, serta reaksi alergi lainnya seperti radang selaput lendir hidung dan sinusitis.
Cara kerja dekongestan adalah dengan mengurangi pembengkakan pembuluh darah di hidung, sehingga dapat membantu membuka saluran udara.
Selain itu, remaja yang menderita asma atau alergi mungkin mendapat manfaat dari pengobatan. Akan tetapi solusinya tidak dapat disamaratakan untuk semua orang. Ada pula orang yang mendengkur karena pembesaran amandel atau kelenjar gondok, sehingga harus melakukan pembedahan.
Jadi, konsultasikan lebih lanjut mengenai kebiasaan mendengkur pada remaja agar penanganannya bisa sesuai dengan kondisi yang dirasakan.
PUTRI SAFIRA PITALOKA
Pilihan editor : Tidur Mengeluarkan Suara Aneh tapi Bukan Mengorok, Apa Itu Catathrenia?
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung.