TEMPO.CO, Jakarta - Banyak orang Indonesia memilih menggunakan obat berbahan alami untuk menyembuhkan banyak penyakit namun sering tidak memperhatikan mutu dan kualitasnya. Ketua Bidang Pembinaan Pengembangan Obat-obatan dan Pelayanan Kesehatan Tradisional Holistik PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Dr. dr. Ina Rosalina, Sp.AK, pun mengingatkan penggunaan obat tradisional harus memenuhi standar.
"Obat tradisional yang baik dan memenuhi standar yakni yang sudah dapat sertifikasi dari BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan)," katanya.
Hal tersebut disampaikannya saat seminar series fitofarmaka bertema "Peran Dokter dalam Pemanfaatan Obat Berbahan Alam Indonesia dalam Pelayanan Kesehatan" yang digelar di Semarang, Sabtu, 18 Maret 2023. Menurutnya, kegiatan ini diadakan sebagai edukasi.
"Ini merupakan waktu yang tepat untuk menyosialisasikan bahan alami sebagai obat-obatan," ujarnya.
Direktur Pengelolaan dan Pelayanan Kefarmasian Kemenkes, Dr. dr. Dina Sintia Pamela, S.Si., Apt, menyampaikan kekayaan Indonesia bisa dikembangkan tidak hanya menjadi jamu tetapi sebagai obat herbal yang sudah melalui uji klinis.
"Pemerintah mendorong obat ini bisa digunakan aman untuk masyarakat sehingga tidak bergantung pada obat bahan kimia," ujarnya, seraya meminta masyarakat jika menemukan efek samping obat herbal untuk melapor agar bisa dikaji BPOM bersama tenaga ahli.
Lewati uji klinis dan praklinis
Sementara itu, ketua panitia seminar, Dr. dr. Budi Palarto, Sp.OG, menjelaskan seminar tersebut merupakan kegiatan PB IDI bekerja sama dengan IDI Wilayah Jateng untuk mentransformasikan pengobatan tradisional yang disesuaikan dengan kemajuan teknologi. Menurutnya, Indonesia kaya keberagaman hayati. Salah satunya sumber daya alam yang dapat dijadikan pengobatan berbahan alami sehingga melalui kegiatan itu sekaligus menyosialisasikan fitofarmaka.
Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alami yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinis dan klinis, bahan baku dan produk jadinya telah distandarisasi.
"Harapannya, kegiatan ini bisa menjadi rekomendasi untuk dapat rutin diadakan, tidak hanya sekali, sehingga ilmu fitofarmaka bisa berkelanjutan dan dirasakan manfaatnya," jelasnya.
Perwakilan dari Ketua IDI Wilayah Jateng, Dokter Sarwoko Oetomo, berharap kekayaan alam Indonesia bisa dimanfaatkan untuk pengobatan sehari-hari, tentunya yang sudah melewati kajian, termasuk efek samping. Sementara itu, Sekretaris Jenderal PB IDI, Ulul Albab, memberikan apresiasi terhadap IDI Wilayah Jateng yang telah menyelenggarakan seminar yang dihadiri ratusan dokter.
Pilihan Editor: Pakar Sebut Calon Dokter Perlu Pendidikan soal Obat Herbal
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.