TEMPO.CO, Jakarta - Penderita diabetes tetap bisa berpuasa Ramadan dengan memperhatikan risiko dan berkonsultasi dokter. Namun sebelum mulai berpuasa, idealnya 6-8 minggu sebelumnya hitung risikonya bila pasien itu menjalankan puasa dari siklus sedang, berat, maupun sangat berat.
Spesialis penyakit dalam divisi endokrin, metabolik dan diabetes Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Ardy Wildan, menyarankan sebelum memasuki Ramadan, penderita diabetes diedukasi untuk berpuasa Senin dan Kamis agar terbiasa. Di samping itu juga pasien bisa berkonsultasi langsung dengan dokter untuk menyesuaikan dosis obat diabetes yang akan dikonsumsi selama menjalani ibadah puasa. Menurut penelitian, puasa memiliki banyak manfaat, terutama untuk penderita diabetes karena bisa mengontrol gula darah dibanding pada waktu tidak berpuasa.
"Memang untuk pasien-pasien diabetes yang benar-benar berlebih itu dia ada manfaat untuk mengukur berat badan karena makannya tidak sebanyak selain bulan Ramadan. Kemudian, penelitian menunjukkan selama puasa gulanya lebih stabil dibanding pada waktu tidak puasa," paparnya.
Namun, penderita diabetes juga harus tetap memperhatikan risiko yang patut diwaspadai ketika tetap ingin berpuasa, yaitu hipoglikemia atau kekurangan gula dan hiperglikemia atau kelebihan gula. Biasanya hipoglikemia bisa terjadi karena pasokan makan yang berkurang sehingga risiko gula darah menurun drastis sangat tinggi. Begitu juga jika kekurangan cairan atau dehidrasi, tidak meminum obat secara teratur, dan makan berlebihan juga bisa menimbulkan risiko hiperglikemia.
Jangan memaksa berpuasa
Dokter yang menyelesaikan spesialis penyakit dalam di Universitas Indonesia ini juga mengatakan agar penderita diabetes tipe 1, pasien berusia 61 tahun ke atas, dan wanita hamil dengan riwayat diabetes disarankan untuk tidak berpuasa jika berisiko tinggi atau memberatkan ketika berpuasa.
"Kalau misalnya pada pasien-pasien yang menderita diabetes tipe 1 yang harus pakai insulin untuk kebutuhan sehari-hari, memang sarannya tidak puasa dulu. Tapi tentu kembali ke masing-masing individu, diedukasi untuk pemeriksaan gula darah lebih sering, untuk populasi usia lanjut, atau geriatri, kita lihat keseluruhannya apakah pasien itu masih cukup sehat atau sudah renta," ujarnya.
Agar bisa menjalankan ibadah puasa dengan aman, Ardy mengingatkan untuk tetap mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan perbanyak makanan tinggi serat seperti sayuran, buah-buahan, atau salad. Hindari juga makanan yang digoreng, minuman manis, dan kopi saat sahur maupun berbuka puasa.
"Kurma itu boleh dikonsumsi pada buka puasa tapi perlu diperhatikan jumlahnya, kalau satu atau dua cukup aman. Tapi kalau misalnya terlalu banyak, itu meningkatkan gula darah juga. Dan waktu buka puasa di awal langsung air putih dan bisa ditambah kurma satu atau dua. Hindari kopi saat sahur karena pipisnya akan lebih banyak, pada pasien diabetes ada risiko dehidrasi," paparnya.
Cukupi juga kebutuhan air saat puasa 1-2 liter sehari dan tetap minum pada saat melaksanakan shalat tarawih agar tidak dehidrasi. Tetap berolahraga namun pada jam menjelang buka puasa bagi penderita diabetes.
Pilihan Editor: Bolehkah Penderita Diabetes Minum Kopi?
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung.