TEMPO.CO, Jakarta - Tawuran remaja di wilayah Jakarta dan sekitarnya semakin marak, bahkan di bulan suci Ramadan seperti saat ini. Di pekan pertama Ramadan 2023, tercatat ada delapan aksi tawuran remaja dan warga yang terjadi. Psikolog Dian Wisnuwardhani mengatakan tekanan teman sebaya menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kekerasan remaja.
"Remaja juga memiliki tuntutan teman sebaya atau peer pressure dalam kelompok. Adanya tokoh di dalam kelompok yang punya kekuasaan dan bisa memimpin teman-temannya akan sangat mempengaruhi perilaku mereka," kata dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI).
Dia menambahkan karena berada dalam satu lingkungan, remaja melakukan minatnya bersama-sama. Apabila tidak terlibat dalam kegiatan tersebut, mereka takut kehilangan teman atau terancam dikeluarkan dari kelompok.
"Di usianya, remaja cenderung ingin menemukan identitas dan ketika berkelompok mereka jadi punya satu identitas sosial atau identitas kebersamaan, merasa memiliki misi dan tujuan yang sama sehingga memiliki tekad yang kuat untuk mewujudkan itu," lanjut Dian.
Pengalihan energi
Ketika memasuki usia dewasa muda (emerging adulthood), yaitu usia 21 tahun ke atas, remaja memiliki perkembangan psikologis yang tidak sama dibanding saat remaja.
"Di usia ini akan ada pertanyaan-pertanyaan berat, seperti ketika lulus sekolah mau apa, mau sekolah lagi atau mau kerja, sudah punya pacar atau belum, lalu apakah ada rencana menikah," jelasnya.
Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, mereka cenderung ingin melampiaskan atau mengalihkan energi. Untuk itu, orang tua dan keluarga berperan penting dalam memberikan fasilitas bagi mereka untuk menyalurkan energi ke hobi yang positif agar tawuran bisa dihindari.
Pilihan Editor: Cegah Tawuran Remaja dengan Lebih Banyak Edukasi dari Orang Tua
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.
