TEMPO.CO, Jakarta - Umat Islam menjalankan puasa selama 30 hari di bulan Ramadan. Menahan lapar dan haus sejak Subuh hingga Maghrib menjadi salah satu syarat ibadah ini. Ibadah yang terkesan mudah, tentu menjadi tantangan sendiri bagi sebagian kelompok masyarakat, salah satunya bagi penyandang diabetes.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam di Rumah Sakit Siloam Bekasi Timur Dewi Astrid Lestari, dalam webinar bersama dengan mGanik yang bertajuk “Puasa Lancar, Gula Darah Aman”, menjelaskan bahwa penyandang diabetes alias diabetesi tidak perlu khawatir untuk menjalankan ibadah puasa. “ yang berpuasa baik DM tipe 1 dan DM tipe 2 boleh berpuasa. Risiko nya apa, hiperglikemia dan hipoglikemia. Tapi yang lebih sering adalah hipoglikemia,” kata Dewi dalam keterangan pers yang diterima Tempo pada 29 Maret 2023.
Dewi menjelaskan dalam sebuah penelitian prospektif dari BMJ Global Health di tahun 2016, banyak pasien diabetes ketika berpuasa secara teratur berisiko tinggi mengalami kejadian glikemik yang merugikan. Dari total 150 orang, sebanyak 10 persen mengalami hipoglikemia dan 3,3 persen sisanya adalah hiperglikemia. Sebanyak 8,7 persen berhenti berpuasa tanpa melakukan rawat inap. Selain itu, konsultasi ke dokter oleh pasien diabetes sebelum mulai berpuasa secara teratur sangat berkurang dan tercatat risiko relatif hipoglikemia adalah 0,73 persen.
Dewi menjelaskan ada tips penting yang bisa dijalankan diabetes selama melakukan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Berbagai strategi harus direncanakan dan dilaksanakan sebagai kesadaran dan edukasi bagi pasien untuk menghindari kejadian glikemik yang merugikan serta kemungkinan terjadinya komplikasi.
Dewi mengingatkan agar penting bagi diabetesi untuk melakukan pengecekan gula darah untuk mencegah terjadinya risiko bagi diabetesi saat menjalankan puasa. “Pemeriksaan kadar gula darah, tekanan darah, kadar lemak, dan menentukan risiko yang terjadi jika berpuasa pada 1-2 bulan sebelum berpuasa," katanya.
Baca Juga:
Selama berpuasa, diabetesi perlu untuk melakukan pemantauan gula darah secara teratur pada pertengahan hari serta menjelang berbuka puasa dan jika badan terasa tidak sehat, jangan berpuasa. Selain itu, selama menjalankan ibadah puasa penyesuaian dosis dan jadwal insulin atau obat oral oleh dokter harus tetap dilakukan serta menghindari makanan atau minuman manis secara berlebihan seperti karbohidrat kompleks saat sahur dan karbohidrat simpel saat berbuka.
Selain mengatur pola makan sehat ketika berpuasa, Dewi juga mengingatkan agar hindari aktivitas berlebihan menjelang berbuka puasa. Para diabetesi dapat melakukan olahraga ringan dan sedang di pagi hari dan atau setelah berbuka puasa untuk meningkatkan kesehatan tubuh. Seperti strecthing dan berjalan ringan. Sedangkan untuk olahraga sedang adalah seperti berjalan dan mengikuti kelas aerobic.
Terakhir, Dewi menambahkan, jika gula darah kurang dari 70 mg/dL, beliau menganjurkan untuk tidak atau berhenti berpuasa. Pertimbangkan membatalkan puasa jika gula darah kurang dari 80 mg/dL atau meningkat sampai lebih dari 300 mg/dL.
Michael Candiago, CEO & Founder mGanik, mengutarakan bahwa, meskipun puasa cukup berisiko bagi diabetesi, tidak perlu khawatir ketika melakukan nya. “Pastikan untuk menjaga pola makan dengan baik dan teratur, konsumsi serat dan vitamin dari sayur dan buah-buahan sewaktu sahur dan berbuka, tambahkan supplement serat sebagai booster. Hal ini membantu membuat diabetesi menjadi kenyang lebih lama, tanpa ragu gula darah melonjak tinggi,” kata Michael.
Pilihan editor: 7 Waktu Cek Kadar Gula Darah untuk Penderita Diabetes yang Berpuasa
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.