Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kenali 10 Ciri-ciri Orang Berbohong, Menurut Psikolog dan Analis FBI

Reporter

image-gnews
Ilustrasi Orang jujur dan bohong. wbur.org
Ilustrasi Orang jujur dan bohong. wbur.org
Iklan

TEMPO.CO, JakartaMenurut penelitian oleh Vanessa Van Edwards, sekitar 54 persen kebohongan mungkin bisa terlihat secara jelas. Ia kemudian menyatakan bahwa seorang esktrover lebih banyak berbohong daripada introver.

Di saat bersamaan, terdapat setidaknya 82 persen kebohongan yang tidak terdeteksi. Vanessa pun menyebut hanya enam dari sepuluh orang Amerika yang mengaku berkata jujur setiap hari. Kebohongan tidak hanya menyebabkan kerugian emosional, tetapi juga finansial lewat banyak praktik penipuan.

Masalahnya, sulit untuk mengetahui kapan seseorang berbohong, terlebih ketika tidak tahu bagaimana mereka bertindak sewajarnya. Namun jangan khawatir, melansir forensicscolleges.com, ada 10 tanda orang berbohong yang dapat dijelaskan secara ilmiah.

1. Perubahan Pola Bicara

Salah satu tanda utama yang menunjukkan kebohongan adalah ucapan yang tidak teratur. Menurut Gregg McCrary, pensiunan analis kriminal FBI, suara atau perilaku berbicara seseorang dapat berubah ketika mereka sedang mengatakan hal yang tidak sejujurnya.

Strategi McCrary adalah mengidentifikasi pola bicara dan tingkah laku seseorang dengan mengajukan pertanyaan yang khas dan terus terang terlebih dahulu, seperti nama dan tempat tinggal. Perubahan pola bicara atau karakteristik tertentu kemudian akan tampak ketika orang itu diajukan pertanyaan yang lebih menantang dan interogatif.

2. Gestur yang tidak Sesuai

Jika seseorang mengatakan “ya”, tetapi menggelengkan kepalanya, kemungkinan besar mereka tengah berbohong. Seperti yang ditunjukkan Ellen Hendriksen, psikolog klinis dari Universitas Boston, gestur lebih jujur daripada perkataan.

3. Enggan Berbicara lebih Banyak

Hal ini dapat digambarkan ketika seorang saksi pengadilan mengungkapkan kebenaran dan ditanya, “Apakah ada hal lain?”

Jika mereka berkata jujur, rincian mendetail cenderung akan terungkap. Sebaliknya, seorang pembohong mungkin enggan memberi pernyataan lebih lanjut karena sudah kehabisan bahan dari cerita yang telah mereka “siapkan”. Tolak ukurnya dapat dihitung lewat durasi percakapan serta ketiadaan kata-kata deskriptif.

Cara lain untuk memverifikasi kebenaran adalah dengan meminta seseorang menceritakan ulang kejadian secara terbalik. Mereka yang jujur akan konsisten dengan alur cerita, bahkan sambil menawarkan lebih banyak detail. Sementara itu, pembohong seringkali tersandung dan membuat cerita yang berbeda tanpa menambahkan detail apa pun.

4. Berbicara terlalu Banyak

Sebaliknya, seorang pembohong juga boleh jadi mempermainkan kebenaran dengan terlalu banyak berkata-kata. Mereka mengada-ngada, menambahkan detail yang berlebihan untuk meyakinkan diri sendiri ataupun lawan bicara, hingga membumbui pembicaraan dengan kata-kata yang tidak terpikirkan sebelumnya.

Penelitian mengungkap bahwa pembohong cenderung menyebut hal-hal tidak senonoh dan menggunakan kata ganti orang ketiga (dia, mereka) untuk menghindari keterlibatan orang pertama (saya).

5. Nada Vokal Naik-Turun secara Tidak Biasa

Bias budaya juga harus dipertimbangkan saat hendak mendeteksi kebohongan. Misalnya, ada perbedaan nada bicara pada orang China dan Hispanik ketika berbohong. Orang China berkata bohong dengan nada tinggi, sementara orang Hispanik cenderung menggunakan nada rendah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dengan demikian, isyarat nonverbal untuk berbohong dapat berkorelasi dengan perbedaan budaya. Hal itu kemudian harus menjadi pertimbangan daripada hanya menilai dari keyakinan budaya diri sendiri.

6. Arah Tatapan Mata

Ini juga berhubungan dengan budaya tertentu. Jika tidak melakukan kontak mata, seseorang dianggap cenderung berbohong. Sementara di budaya lain, kontak mata justru menjadi hal yang tidak dapat dipercaya dalam konteks tertentu.

Hal tersebut diungkap dalam sebuah penelitian yang menyanggah anggapan bahwa orang melihat ke kiri-kanan saat berbohong. Beberapa orang bahkan berbohong sambil mempertahankan kontak mata langsung.

7. Menutup Mulut atau Mata

Banyak orang ingin menutupi kebohongan atau menyembunyikan reaksi mereka terhadap lawan bicara dengan meletakkan tangan pada mata atau mulut. Beberapa pembohong bahkan benar-benar menutup mata saat menyatakan sesuatu. Tanda ini bisa jadi benar terutama jika jawaban yang diutarakan tidak membutuhkan gestur-gestur tertentu.

8. Gelisah Berlebihan

Bayangkan ketika anak kecil ditanya apakah ia memakan sepotong kue ketika seharusnya hal tersebut tidak dilakukan. Ia mungkin akan berbohong dengan menjilat bibir, melihat kuku, atau menggoyangkan tangan dengan agresif.

Itu adalah salah satu bentuk respons kecemasan. Seseorang mungkin tidak sadar ketika mencoba untuk menenangkan rasa gugup mereka, tetapi secara tidak langsung juga memperlihatkan tanda-tanda kebohongan.

9. Gestur Menunjuk dengan Jari

Tindakan menunjuk ke arah suatu objek sambil mengucapkan kata-kata boleh jadi menandakan keinginan yang kuat untuk mengalihkan fokus lawan bicara. Peralihan agresif ini mungkin mengindikasikan bahwa seseorang sedang berbohong.

10. Mengidentifikasi Diri sebagai “Pembohong yang Baik”

Cara termudah untuk menemukan seorang pembohong adalah dengan membiarkan mereka mengakuinya. Jika ada orang yang menyombongkan diri sebagai pembohong ulung, jangan percayai mereka.

Apakah Sederet Tanda Kebohongan Ini Akurat?

Secara alami, kebenaran bisa menjadi subjektif sehingga perspektif pribadi bisa membelokkan apa yang nyata dan tidak nyata. Strategi yang digunakan untuk mendeteksi kebohongan terkadang dapat membingungkan atau bahkan bertentangan. Orang dengan tingkat kecerdasan emosional yang tinggi sekalipun terkadang masih sulit untuk menentukan lawan bicaranya berbohong atau tidak.

Pilihan editor: Ketika Anak Berbohong, Bagaimana Sebaiknya Sikap Orang Tua?

NIA HEPPY | SYAHDI MUHARRAM

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Ghisca dan Anggi Dua Tersangka Penipuan Berjumlah Besar, Psikolog: Gen Z Cenderung Naif

6 hari lalu

RFP alias Anggi tersangka pembajak paket Shopee Express senilai Rp 337 juta. Foto Polda Metro
Ghisca dan Anggi Dua Tersangka Penipuan Berjumlah Besar, Psikolog: Gen Z Cenderung Naif

Ghisca dan Anggi memiliki kesamaan, yaitu berstatus mahasiswa dan berusia muda yang masuk dalam kategori generasi Z atau Gen Z.


Pentingnya Pemahaman Moral Anak untuk Hindari Perundungan

39 hari lalu

Ilustrasi Persekusi / Bullying. shutterstock.com
Pentingnya Pemahaman Moral Anak untuk Hindari Perundungan

Pemahaman moral sejak usia dini penting diajarkan orang tua agar anak tidak menjadi pelaku perundungan di kemudian hari.


KPAI Sarankan Ibu yang Tenggelamkan Bayi ke Ember Diberi Pendampingan Psikolog dan Peksos

41 hari lalu

Ilustrasi bayi. freepik.com
KPAI Sarankan Ibu yang Tenggelamkan Bayi ke Ember Diberi Pendampingan Psikolog dan Peksos

KPAI menyebut ibu bayi dalam keadaan rentan setelah melahirkan sehingga perlu didampingi peksos alias pekerja sosial dan psikolog.


Tanda Trauma Masa Lalu, Selalu Bertemu Masalah yang Sama

41 hari lalu

Ilustrasi trauma (pixabay.com)
Tanda Trauma Masa Lalu, Selalu Bertemu Masalah yang Sama

Psikolog mengatakan salah satu tanda orang memiliki trauma di masa lalu adalah selalu bertemu dengan pola masalah yang sama dalam kehidupan.


Kondisi Compassion Fatigue, Sulit Berempati Tersebab Kelelahan Mental

43 hari lalu

Ilustrasi perempuan lelah/kurang istirahat/mengantuk. Shutterstock
Kondisi Compassion Fatigue, Sulit Berempati Tersebab Kelelahan Mental

Kondisi kelelahan mental karena berlebihan berempati akhirnya seperti tak merasakan apa-apa menandakan compassion fatigue


Psikolog dan Kementerian Bicara Fenomena Stres Berujung Bunuh Diri di Kalangan Mahasiswa

45 hari lalu

Ilustrasi. TEMPO/Zulkarnain
Psikolog dan Kementerian Bicara Fenomena Stres Berujung Bunuh Diri di Kalangan Mahasiswa

Psikolog Klinis Dewasa, Wiwit Puspitasari Dewi mengatakan stres adalah situasi yang wajar dialami oleh semua orang, termasuk mahasiswa.


Marak Kasus Mahasiswa Bunuh Diri, Ini Tanda-tandanya dan Cara Mencegahnya

45 hari lalu

Ilustrasi pencegahan atau stop bunuh diri. Shutterstock
Marak Kasus Mahasiswa Bunuh Diri, Ini Tanda-tandanya dan Cara Mencegahnya

Fenomena bunuh diri menjadi marak di kalangan mahasiswa belakangan ini. Selama Oktober 2023 ini saja, sudah ada empat dugaan kasus mahasiswa Indonesia melakukan tindakan bunuh diri. Psikolog Anak, Astrid W.E.N mengungkapkan bahwa biasanya, gejala awal dari depresi yang berujung pada kecenderungan bunuh diri berawal dari pikiran individu.


Salah Kaprah Pemakaian Istilah OCD

57 hari lalu

Psikolog Nimaz Dewantary menyampaikan materi terkait Obsessive Compulsive Disorder (OCD) pada Webinar Menuju Temu Ilmiah Nasional V IPK Indonesia Tahun 2023.
Salah Kaprah Pemakaian Istilah OCD

Tapi, sebetulnya apa itu Obsessive Compulsive Disoder (OCD)?


Peneliti Ungkap Orang Cenderung Cari Pasangan yang Mirip, dari Segi Apa?

17 September 2023

Ilustrasi pasangan/Whatsapp
Peneliti Ungkap Orang Cenderung Cari Pasangan yang Mirip, dari Segi Apa?

Banyak yang mengaku memilih pasangan dengan sifat dan kesenangan yang berlawanan tapi penelitian menyebut kebanyakan pasangan memiliki kesamaan.


Kata Psikolog Soal Fantasi Seks Suami-Istri Jadi Pesta Orgy: Bukan Fenomena Baru

15 September 2023

Polres Jakarta Selatan menangkapan 4 tersangka pelaku pesta seks di kawasan Hotel daerah Semanggi Jakarta Selatan, Selasa, 12 September 2023. Foto: Ohan
Kata Psikolog Soal Fantasi Seks Suami-Istri Jadi Pesta Orgy: Bukan Fenomena Baru

Menurut dia, dari sisi psikologis, pesta orgy yang baru saja dibongkar polisi Jakarta Selatan itu bukan fenomena baru. Kenapa disebut semakin marak?