TEMPO.CO, Jakarta - Peer pressure merupakan fenomena sosial yang terjadi ketika orang dari kelompok sosial yang sama memengaruhi yang lainnya, termasuk di kelompok usia anak-anak. Antara lain untuk melakukan hal-hal yang mungkin sebenarnya bertolakbelakang bagi mereka.
Sejalan semakin bertambahnya usia dan banyak bersinggungan dengan orang atau hal baru, anak-anak terutama yang telah memasuki masa remaja akan sering menghadapi kebimbangan akan tuntutan sosial dari teman sebayanya. Dalam bidang psikologi, hal ini dikenal sebagai peer pressure.
Mengutip Very Well Mind, peer pressure merupakan fenomena sosial yang terjadi ketika orang dari kelompok sosial yang sama memengaruhi yang lainnya untuk melakukan hal-hal yang mungkin sebenarnya bertolakbelakang bagi mereka atau cenderung bisa tidak mereka lakukan.
Teman sebaya memainkan peran besar dalam perkembangan sosial dan emosional anak. Hal itu kadang membuat mereka melakukan apa pun agar tetap diterima teman-temannya, agar tidak dikucilkan atau tidak dipandang rendah. Padahal, kerap kali hal tersebut bertentangan dengan perasaan mereka atau nilai-nilai yang ditekankan orang tua.
Mengutip publikasi berjudul PEER PRESSURE (Tekanan Dari Teman Sebaya) PADA REMAJA pada laman RSUD Kabupaten Sidoarjo, penyebab peer pressure berkaitan dengan “perilaku yang sesuai dengan usia”. Remaja mempunyai keinginan yang kuat untuk menyesuaikan diri dengan teman sebaya dan bisa diterima oleh mereka.
Pada saat seorang atau sekelompok anak mempengaruhi anak lain untuk berbuat sesuatu, itu bisa disebut peer pressure. Hal-hal seperti merokok, minum alkohol, membolos, seks bebas, berbohong pada orang tua, dilakukan anak karena melihat orang-orang dari kelompok sosial yang sama dengan mereka juga melakukannya. Pemikiran bahwa hal itu dilakukan setiap orang menyebabkan mereka juga ingin melakukannya tanpa dibarengi pemahaman yang lebih baik.
Meski demikian, peer pressure bisa memberikan pengaruh positif. Misalnya, anak mengagumi temannya yang pintar secara akademik atau tertarik dengan buku yang sedang dibaca teman yang lain.
Apa yang mesti dilakukan?
Bila peer pressure dapat berdampak negatif, anak harus bisa mengatakan” tidak”. Sebagian anak tidak mampu mengatakannya karena takut merusak hubungan orang berpengaruh di kelompok tersebut atau takut kehilangan status.
Penting bagi anak untuk memiliki prinsip dan keyakinan yang kuat terkait apa yang benar dan salah. Jika kelompok yang diikuti anak banyak memiliki dampak buruk, maka anak harus bisa untuk meninggalkan kelompok itu dan memilih kelompok lain yang bisa lebih memberikan hal positif.
Anak-anak perlu bicara dengan orang dewasa yang dapat dipercaya bila menghadapi peer pressure. Di sinilah peran orang tua atau guru di sekolah dapat membantu anak merasa lebih baik.
Orang tua pun perlu tahu teman-teman di lingkungan sosial anak, membantu anak-anak mendapat teman yang memberi pengaruh baik, memberi pengertian tentang seperti apa teman yang baik.
Anak- anak bisa mencari dan tetap sibuk dengan aktivitas yang sehat di sekolah, mengikuti kegiatan olahraga, kelompok drama, musik atau lainnya. Bila perlu, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan mendatangi psikiater terkait hal itu.
Pilihan editor : Rekomendasi 4 Hewan Peliharaan Mudah Dipelihara oleh Anak-anak
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung.