TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut virus Marburg penyebab penyakit virus Marburg (MVD) dapat menular dari antarmanusia melalui kontak langsung. Virus tersebut dapat menular melalui kulit yang rusak atau selaput lendir dengan darah, sekresi, organ atau cairan tubuh lain dari orang yang terinfeksi, dan melalui permukaan dan bahan, misalnya selimut dan pakaian yang terkontaminasi cairan tersebut.
Penularan melalui peralatan injeksi yang terkontaminasi atau luka jarum suntik dikaitkan dengan penyakit yang lebih parah, kerusakan yang cepat, dan kemungkinan tingkat kematian yang lebih tinggi. Masa inkubasi atau interval infeksi hingga timbulnya gejala bervariasi 2-21 hari. Orang yang tertular virus Marburg umumnya tiba-tiba merasakan gejala seperti demam tinggi, sakit kepala parah, dan rasa tidak enak badan yang parah, nyeri otot.
Pasien juga bisa terkena diare, sakit perut dan kram, mual dan muntah dapat dimulai pada hari ketiga. Diare bisa bertahan selama seminggu. Pada fase ini, mata pasien cekung, wajah tanpa ekspresi, dan rasa lesu yang ekstrem.
Gejala penyakit virus Marburg berat berupa perdarahan dapat terjadi pada hari kelima hingga ketujuh dan pada kasus fatal perdarahan terjadi di beberapa area. Perdarahan dapat terjadi di hidung, gusi, vagina, serta dapat keluar melalui muntah dan pada feses. Selama fase penyakit yang berat, pasien mengalami demam tinggi dan gangguan pada sistem saraf pusat sehingga dapat mengalami kebingungan dan mudah marah. Orkitis (radang testis) telah dilaporkan kadang-kadang pada fase akhir penyakit (15 hari).
Dalam kasus yang fatal, kematian paling sering terjadi antara 8-9 hari setelah timbulnya gejala, biasanya didahului kehilangan darah yang parah dan syok. Sampai saat ini belum ada vaksin untuk penyakit virus Marburg.
Baca juga:
Pada Mei 2020, European Medicines Agency (EMA) telah memberikan otorisasi pemasaran kepada Zabdeno dan Mvabe untuk penyakit virus Ebola. Kedua jenis vaksin ini berpotensi melindungi terhadap penyakit virus Marburg tetapi efektivitasnya belum terbukti dalam uji klinis.
Virus bertahan di tubuh
Menurut WHO, virus Marburg diketahui masih dapat bertahan di sejumlah lokasi tubuh seperti testis dan bagian dalam mata pada beberapa penyintas. Pada wanita yang terinfeksi saat hamil, virus masih tetap ada di plasenta, cairan ketuban, dan janin. Sementara wanita yang terinfeksi saat menyusui, virus dapat bertahan dalam ASI.
Meski begitu, kekambuhan dengan gejala tanpa adanya infeksi ulang pada orang yang telah sembuh dari penyakit virus Marburg (MVD) termasuk jarang terjadi. Sementara itu pada air mani orang yang terinfeksi, virus bisa bertahan hingga tujuh minggu setelah pemulihan klinis. Oleh karena itu, WHO merekomendasikan penyintas pria harus didaftarkan dalam program pengujian air mani saat dipulangkan dalam waktu tiga bulan sejak timbulnya penyakit.
Semua penyintas Marburg dan pasangannya harus menerima konseling untuk memastikan praktik seksual yang lebih aman sampai air mani dua kali mendapatkan hasil negatif untuk virus Marburg. Mereka juga harus menjaga kebersihan diri setidaknya 12 bulan sejak timbulnya gejala atau sampai tes air mani dua kali terdeteksi negatif untuk virus Marburg.
Pencegahan
Kementerian Kesehatan memberikan sejumlah tips untuk mencegah terkena penyakit virus Marburg. Salah satunya mengurangi kontak dengan kelelawar reservoir virus Marburg. Apabila orang harus mengunjungi area habitat kelelawar tersebut maka dapat menggunakan sarung tangan dan alat pelindung lain seperti masker.
Masyarakat sebaiknya menunda perjalanan ke wilayah yang saat ini terjadi wabah seperti Guinea Ekuatorial dan Tanzania. Bila tidak memungkinkan, maka perhatikan risiko dan anjuran pemerintah wilayah atau negara tujuan. Selanjutnya, sebaiknya konsumsi daging yang matang, termasuk saat di daerah wabah virus Marburg, menghindari kontak dengan orang yang dicurigai atau terinfeksi, termasuk cairan tubuhnya.
Masyarakat disarankan mencuci tangan secara rutin, terutama ketika mengunjungi orang yang sakit atau setelah melakukan penanganan terhadap orang yang sakit di rumah. Bagi petugas kesehatan, sebaiknya terapkan pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI).
Pilihan Editor: Inilah Penyebab dan Gejala Wabah Virus Marburg
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.