TEMPO.CO, Jakarta - Sampai saat ini, penyakit jantung masih menempati urutan tertinggi penyebab kematian. Spesialis jantung dan pembuluh darah Utojo Lubiantori menyebut pola hidup tak sehat sejak muda dan beberapa faktor risiko lain dapat memperparah sumbatan atau plak arterisklerosis pada pembuluh darah penyebab penyakit jantung koroner (PJK).
"Jadi, sebenarnya plak itu bagian dari dinding pembuluh darah. Proses tumbuhnya dipercepat faktor risiko seperti hipertensi, diabetes, merokok, kolesterol tinggi, kegemukan, genetik, faktor usia, dan lebih banyak jenis kelamin pria," jelasnya.
Lulusan spesialisasi dari Universitas Indonesia ini mengatakan laki-laki dengan pola hidup tidak sehat seperti merokok sejak muda serta ada faktor risiko dapat meningkatkan risiko PJK dan penyumbatan pada pembuluh darah dibanding perempuan. Hormon estrogen pada perempuan membuat mereka memiliki risiko penyumbatan yang bisa dibilang sangat kecil jika tidak ada faktor risiko yang menyertainya.
Namun, angka kejadian PJK pada perempuan bisa sama dengan laki-laki pada setelah memasuki masa manepouse. Utojo mengatakan perlunya melakukan pemeriksaan pada kelompok yang memiliki faktor risiko dan kebiasaan merokok dengan perekaman elektrokardiogram (EKG), treadmill, USG jantung, CT Scan jantung, nuklir jantung, dan kateterisasi.
"Lakukan check up dengan enam item, EKG rekam jantung, treadmill. USG jantung itu yang direkam irama jantung dan akurasinya dibawah 80 persen, CT scan jantung, nuklir jantung, dan yang paling tepat kateterisasi, gold standard-nya karena melihat langsung," ucap lulusan Universitas Leiden Belanda ini.
Jenis penyakit jantung
Ada beberapa jenis penyakit jantung, yaitu gangguan irama jantung yang biasanya diderita atlet, penyakit jantung bawaan, hipertensi, dan kelainan katup. Sedangkan 70 persen penyakit jantung didominasi oleh penyakit jantung koroner yang merupakan penyakit dasar seperti serangan jantung dan angina pektoris atau sakit dada.
Gejala penyakit jantung koroner seperti sesak napas, dada terasa penuh, tertekan, dan panas. Lokasinya tidak selalu di dada, rasa sakit bisa muncul di ulu hati, leher, rahang, dan punggung. Gejala ini akan muncul ketika sedang beraktivitas atau kelelahan.
"Kalau cepat capek berati dia sudah penurunan fungsi fisik. Ketika serangan susah dideteksi, tapi setiap timbul saat aktivitas dan selalu berulang, itu termasuk angina pektoris," tutur Utojo.
Ia mengatakan untuk menurunkan risiko penyakit jantung koroner dan sumbatan pembuluh darah perlu diperbaiki dari sisi penyakit penyerta seperti diabetes, obesitas, kolesterol, dan hipertensi. Lakukan pemeriksaan jika ada peluang komplikasi jantung yang lebih tinggi, seperti pada pria perokok.
"Perokok ada diabetes mesti cek karena peluang komplikasi jantung lebih tinggi. Laki-laki dengan pola hidup tidak sehat lebih tinggi risikonya," ucapnya.
Jika terjadi sumbatan pada pembuluh darah, penanganan yang tepat adalah dengan tindakan balonisasi dan pemasangan ring menggunakan teknologi IntraVascular UltraSound (IVUS) dan Optical Cohorence Tomography (OCT).
Pilihan Editor: Penyebab Gagal Jantung, Hipertensi dan Jantung Koroner
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.