TEMPO.CO, Jakarta - Warga keturunan Tionghoa memiliki perayaan tahunan yang bernama Cheng Beng. Perayaan yang didasari dari kepercayaan Konghucu ini yaitu bakti dan menghormati orang tua dan leluhur. Baik berupa mencukupi kebutuhan hidup, melayani mereka pada saat masih hidup maupun setelah mereka meninggal. Caranya, mempersembahkan makanan pada altar saat peringatan hari almari meninggal, membersihkan kuburan pada saat Ceng Beng dan juga mengirim doa. Selain itu ada juga hidangan Cheng Beng yang khas.
Melansir dari laman Binus University, Hari Cheng Beng atau Qing Ming biasanya jatuh pada tanggal 5 April. Ritual yang didasari ajaran Konghucu ini bertujuan merekatkan semua kerabat dekat, saudara, anak-anak, bisa berkumpul bersama, agar hubungan semakin erat terjalin. Meski sudah berbeda agama atau kepercayaan, bukan berarti sudah tidak perlu datang untuk sekedar sungkem atau sekedar tengok ke makam orang tua.
Festival yang disebut Qing Ming ini sekaligus menjadi satu diantara tiga sembahyang yang dilakukan orang Tionghoa dalam setahun. Sembahyang besar ini biasanya memakai sajian Sam Seng, atau sajian yang menggunakan 3 hewan yang mewakili 3 unsur, yakni ayam (mewakili unsur udara), babi (mewakili unsur darat), dan ikan (mewakili unsur air).
Sembahyang ini biasanya dilakukan 3 kali dalam setahun, yaitu pada saat sembahyang Cheng Beng, sembahyang Chi Yue (bulan tujuh tanggal lima belas, atau biasa disebut juga sembahyang rebutan), dan sembahyang Sin Cia(Perayaan tahun baru Imlek).
7 Hidangan Perayaan Cheng Beng
Saat ini, perayaan Cheng Beng kerap digelar meriah di sejumlah tempat di Indonesia. Di Pulau Bangka, perayaan itu bahkan disambut dengan Festival Bangka Cultural Wave. Saat puncak acara, ditampilkan berbagai pentas seni dan bazaar kuliner khas Bangka dan Belitung.
Pengunjung pun bisa menemui beragam makanan lokal, mulai camilan hingga makanan berat. Disarikan dari berbagai sumber, berikut 7 hidangan untuk perayaan Cheng Beng:
1. Lempah kuning
Mengutip dari Tempo, Lempah kuning atau lempah laut tak lain merupakan sup ikan. Dinamai lempah kuning karena kuahnya berwarna kuning medok. Kuah lempah kuning berasal dari bumbu kunyit dan kaldu ikan laut. Kuahnya pun dicampur nanas sehingga terasa asam segar.
Sedangkan ikan yang dimasak biasanya merupakan ikan berdaging, semisal bawal dan tenggiri. Masakan seperti ini lekat dengan olahan khas pesisir Nusantara. Lempah kuning akan nikmat disantap dengan nasi hangat. Apalagi ditambah dengan sambal mentah cabai rawit yang pedasnya menggoda.
2. Lempah Darat
Ada lempah laut, ada pula lempah darat. Bumbu-bumbu masak lempah darat berasal dari daratan. Tentu tak seperti lempah laut yang sarat akan ikan-ikanan. Menurut Zuardi, lempah darat dimasak dengan bumbu yang ngirit. “Hanya ada tiga bumbu, terasi, garam, dan cabai,” katanya.
Sedangkan ampasnya berisi sayur-mayur seperti batang talas, daun kencur muda, terong pipit muda, dan terong ungu muda. Tak terbayang nikmatnya rasa semangkuk lempah darat bila disandingkan dengan ikan goreng dan sambal terasi.
3. Mie Koba
Wisatawan Pulau Bangka umumnya lebih familiar dengan sebutan mi Bangka. Tak seperti mi biasanya, kuah mi bangka berasal dari daging ikan laut yang dihancurkan. Terbayang amisnya? Tentu tidak pada kenyataannya. Kuah mi dimasak dengan bumbu-bumbu masak beraroma sehingga menyamarakan bau amis.
Mi koba akan menyempurnakan tradisi perayaan Cheng Beng. Apalagi buat masyarakat Tionghoa, mi lekat dengan simbol panjang umur.
4. Qingtuan
Qingtuan atau yang juga disebut bola nasi hijau, banyak dikonsumsi di daerah Jiangnan Tiongkok, wilayah selatan Sungai Yangtze. Makanan ini terbuat dari beras ketan yang dicampur ekstrak mugwort yang ditumbuk. Ekstrak mugwort ini adalah ramuan liar yang dipercaya dapat mencegah gigitan serangga beracun.
5. Sanzi
Di Tiongkok utara dan selatan, makan sanzi adalah tradisi kuno pada festival Qingming. Namun, sanzi di Tiongkok Utara dan Selatan berbeda dalam hal ukuran dan bahan. Orang utara lebih suka yang lebih besar yang terbuat dari gandum, sementara orang di Selatan lebih suka yang lebih kecil yang terbuat dari beras.
6. Jie Zitui
Roti kukus ini dinamai Jie Zitui oleh seorang pertapa terkenal dari Periode Musim Semi dan Gugur pada sekitar 770 sampai 476 SM. Orang-orang di Provinsi Shanxi memiliki tradisi memakan roti ini pada festival Qingming. Adonan yang dibentuk hewan dan bunga berwarna-warni sering kali digunakan untuk hiasan. Sementara telur dan jujube ditambahkan di dalamnya untuk menambah rasa manis.
7. Ai ban
Bagi orang Hakka di Tiongkok, ai ban atau pangsit yang terbuat dari wormwood dan beras, adalah makanan wajib saat festival Qingming. Mereka biasanya akan menambah kacang tanah dan kacang hitam untuk ragam rasa.
DANAR TRIVASYA FIKRI
Pilihan Editor: Asal usul Ritual Bakar Uang Arwah, Tradisi Etnis Tionghoa saat Cheng Beng
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.