TEMPO.CO, Jakarta - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyatakan angka kematian pada anak dan remaja akibat kecelakaan lalu lintas atau kecelakaan di jalan raya sangat tinggi. Ketua Unit Kerja Koorninasi (UKK) Emergensi dan Rawat Intensif Anak IDAI, Ririe Fachrina, menjelaskan menurut laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah anak dan remaja yang tewas dalam kecelakaan lalu lintas merupakan yang tertinggi.
Dari data yang dihimpun Ririe menurut versi WHO, kematian anak dan remaja akibat kecelakaan lalu lintas pada 2019 menjadi yang kedua di antara kematian anak pada usia 5-9 tahun dengan angka 53.999 kasus. Sementara pada usia remaja, kecelakaan di jalan raya menempati urutan pertama penyebab utama kematian pada usia 15-19 tahun dengan 72.656 kasus.
“Jadi setelah usia balita, pembunuh penyebab utama adalah cedera akibat kecelakaan lalu lintas,” ujar Ririe dalam Media Briefing pada 4 Maret 2023.
Ia juga mengatakan anak laki-laki lebih rentan mengalami kecelakaan di jalan daripada perempuan.“Mungkin karena anak laki-laki terpapar lingkungan luar sehingga berisiko kecelakaan lalu lintas, jelas sangat berbeda dengan anak perempuan," kata Ririe.
Dia juga mencatat jumlah orang yang terluka atau tewas dalam kecelakaan lalu lintas lebih tinggi di negara berpenghasilan rendah daripada berpenghasilan tinggi. “Biasanya di negara berpenghasilan rendah meninggal prahospital atau meninggal di tempat,” lanjut Ririe.
Menurutnya, hal ini bisa terjadi karena penanganan pertolongan pertama yang kurang memadai dan intervensi emergensi yang belum maksimal. Ia menyarankan untuk memaksimalkan tindakan jika terjadi kecelakaan lalu lintas, terutama dalam penanganan darurat.
Kecelakaan lalu lintas tidak hanya menimbulkan kematian, tetapi juga banyak risiko kecacatan yang tinggi pada anak-anak dan remaja. Ririe mencatat kecelakaan akibat rem mendadak pada kendaran roda empat dapat menimbulkan potensi cedera otak pada anak.
“Cedera kepala, terutama pada kendaraan roda empat, mungkin terjadi dan benturan atau rem mendadak dapat mengakibatkan cedera otak coup contrecoup brain injury atau benturan yang berkali-kali,” jelasnya.
Dampingi anak di jalan
Sementara itu, Hari Wahyu Nugroho dari Satgas Perlindungan Anak IDAI menyatakan 90 persen kecelakaan yang terjadi di jalan raya disebabkan pelanggaran lalu lintas. “Kemudian juga di sini regulasinya yang kurang memadai, sarana persyaratan berkendara, baik dari individu ataupun negara, yang seharusnya menyiapkan rambu-rambu, menyiapkan jalan yang baik, menyiapkan lampu penerangan jalan,” kata Hari.
Ia juga menyampaikan agar disediakan area aman untuk pejalan kaki dan pengendara sepeda serta area tunggu penjemputan sekolah yang aman untuk anak-anak. “Dan yang menjadi catatan kami bersama, ruang bermain anak dan ruang terbuka hijau sangat kurang. Akibatnya anak-anak bermain dan berkumpul di jalan raya,” ujar Hari
Hari juga meminta agar anak berkebutuhan khusus selalu didampingi ketika sedang bermain di sekitar jalan raya dan ketika ikut berkendara.
DWI NUR AZIZAH
Pilihan Editor: Manfaat Puasa Ramadan buat Anak
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.