TEMPO.CO, Jakarta - Pola asuh anak, dikenal pula gaya parenting, yang buruk dapat menyebabkan kenakalan seorang anak. Kenakalan menjadi kegagalan untuk mengenali perilaku menyimpang ketika sedang terjadi. Pola pengasuhan anak yang buruk terjadi ketika orang tua memprioritaskan kepentingannya di atas kepentingan terbaik anak-anaknya.
Kesehatan mental dan kondisi fisik terhadap anak menjadi dampak dari pola asuh yang buruk, seperti kekerasan terhadap anak, termasuk kekerasan fisik, kekerasan emosional, atau penelantaran emosional.
Meskipun perilaku pengasuhan buruk dapat membahayakan anak, tetapi itu bukan menjadi satu-satunya faktor yang menentukan kenakalan. Sebab, orang tua dengan gaya disiplin dan interaksi yang positif juga dapat memiliki anak dengan masalah perilaku atau emosional. Efek jangka panjang dari pola asuh anak pada masyarakat pun bisa berdampak serius yang dapat mempengaruhi keamanan dan stabilitas komunitas, sebagaimana tertulis dalam parentingforbrain.
Memperbaiki gaya pola asuh anak memang membutuhkan kesabaran, kejujuran, dan kerja keras. Namun, tidak ada kata terlambat untuk memulainya. Sebab, setiap perubahan positif yang orang tua buat dapat menghasilkan hasil lebih baik untuk sang buah hati. Orang tua dapat menerapkan beberapa solusi berikut dalam mengatasi pola asuh anak yang buruk, yaitu:
1. Mendengarkan pikiran dan perasaan anak
Sharron Frederick, LCSW, seorang psikoterapis di Clarity Health Solutions menyatakan bahwa semua orang membutuhkan orang lain untuk mendengar. Saat berbicara dengan anak, orang tua harus mendengarkan kekhawatiran dan frustasi, memvalidasi perasaan, dan menjelaskan bahwa mereka berhak untuk marah, tetapi tidak bertindak tidak benar. Sebaliknya, berikan alternatif bagi anak untuk meredam emosi.
2. Memberikan konsekuensi yang sesuai
Melansir Healthline, Frederick menyatakan bahwa penting untuk memberikan konsekuensi yang mengajarkan pelajaran positif kepada anak. Memukul seorang anak tidak mengajarkan apa-apa tentang konsekuensinya dan dapat mengakibatkan kebencian serta kemarahan. Bahkan, anak juga dapat melakukan tindakan serupa yang melampiaskannya ke teman-temannya. Orang tua bisa memberikan anak waktu luang untuk melakukan sesuatu yang mereka sukai. Selain itu, orang tua juga harus memastikan bahwa konsekuensinya sesuai dengan perilaku yang anak perbaiki.
3. Memberi label perilaku, bukan kepada anak
Jika orang tua ingin “melabeli” anak, maka harus memastikan bahwa mereka memberi label perilaku, bukan karakternya. Misalnya, ketika seorang anak bertingkah laku, ingatkan mereka bahwa itu adalah perilaku pelaku intimidasi daripada mengatakan, "Kamu adalah pelaku intimidasi".
4. Jangan menahan perhatian
Mengabaikan anak ketika sedang marah hanya akan membingungkan diri anak. Orang tua harus menjelaskan bahwa dirinya sedang marah, tetapi tetap mencintainya. Jika para orang tua membutuhkan waktu sejenak, cobalah untuk menyendiri dan tenangkan diri, kumpulkan pikiran positif, dan perasaan damai yang akan dirasakan pula oleh anaknya.
5. Menunjukkan cinta dan kasih sayang
Menampilkan cinta dan kasih sayang berarti lebih dari sekadar memberi tahu anak bahwa orang tua sangat mencintainya. Tindakan ini juga menunjukkan bahwa sebagai orang tua sangat mendukung dan menerima, bersikap penuh kasih sayang secara fisik, dan menghabiskan waktu berkualitas bersama anak mereka.
6. Membiarkan anak membuat kesalahan
Hidup bergerak ke arah tidak terduga sehingga biarkan anak mengeksplorasi kreativitas dan membuat kesalahan, tanpa mempermalukan atau mengkritik.
Pada gaya parenting yang baik, saat anak melakukan kesalahan, orang tua akan menanyakan kepadanya dengan cara lembut tanpa emosi. Katakan kepada anak bahwa belajar tidak pernah ada hentinya dan setiap orang pasti mengalami hari-hari buruk dari kesalahannya. Akibatnya, anak harus terus berusaha memperbaiki diri sebagai sesuatu yang baik untuk semua orang.
Pilihan editor :
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung.