TEMPO.CO, Jakarta - Hot flash gejala transisi menopause yang paling terkenal, ditandai dengan kepanasan yang tiba-tiba, berkeringat, kulit memerah, jantung berdebar kencang, kecemasan dan bahkan menggigil, hot flashes panas, berkeringat, kulit memerah, detak jantung cepat, gelisah, dan bahkan menggigil.
Sebanyak 80 persen wanita menopause yang mengalami gejala vasomotor (VMS), yaitu hot flashes dan keringat malam, rata-rata 4 hingga 5 kali sehari selama sekitar tujuh tahun, menurut Klinik Obstetri dan Ginekologi Amerika Utara. Dan untuk 25% wanita menopause yang beruntung, hot flash parah dan bertahan hingga sembilan tahun.
Namun menurut sebuah studi tahun 2021 di Journal of American Heart Association (JAHA), hot flash dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular, penyebab utama kematian pada wanita.
Hubungan antara hot flash dengan jantung
Para ahli telah lama mengetahui bahwa perubahan hormonal dan perubahan komposisi tubuh meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular pada wanita pascamenopause.
Dan memeriksa korelasi berbagai faktor demografi dan perilaku, studi JAHA 2021 menggunakan data dari Study Of Women Across the Nation (SWAN), sebuah studi epidemiologis longitudinal multisite, dan menemukan bahwa gelombang panas dapat menjadi faktor risiko lain untuk kardiovaskular.
Studi JAHA mengikuti lebih dari 3.000 wanita berusia antara 40 dan 50 tahun selama 22 tahun. Pada setiap kunjungan, peserta menjawab kuesioner tentang frekuensi dan tingkat keparahan semburan panas yang mereka alami selama dua minggu sebelumnya.
Para peneliti menemukan bahwa orang yang sering melaporkan hot flash pada awal penelitian memiliki kemungkinan 50 persen lebih besar untuk memiliki penyakit kardiovaskular. Selain itu, mereka yang sering mengalami hot flash (rata-rata empat kunjungan per tahun) memiliki risiko penyakit kardiovaskular 77% lebih tinggi.
Tidak ada konsensus mengapa hot flash dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular, meskipun sebuah penelitian di Obstetri dan Ginekologi menemukan bahwa orang yang melaporkan hot flash memiliki kadar LDL, HDL, apolipoprotein A-1, apolipoprotein B, dan trigliserida yang lebih tinggi daripada mereka yang tidak. Studi lain yang menggunakan data SWAN sebelumnya juga menemukan bahwa orang dengan hot flash mendapat skor lebih tinggi pada indeks HOMA3, ukuran resistensi insulin.
Menopause ditandai dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular. Studi JAHA 2021 berfokus pada kelompok yang mungkin berisiko tinggi yang sering mengalami hot flash. Temuan ini menggarisbawahi pentingnya memprioritaskan kesehatan jantung sebelum dan selama menopause terutama untuk wanita kulit hitam, yang paling sering melaporkan hot flash.
Cara menjaga kesehatan jantung seiring bertambahnya usia
Ada beberapa cara menjaga kesehatan jantung seiring bertambahnya usia, salah satunya dengan berolahraga. Dalam sebuah studi tahun 2018 dari Journal of American Heart Association, wanita yang berolahraga cukup lama untuk membakar lebih dari 500 kalori per minggu (sekitar satu jam, tergantung pada kecepatan dan berat badan) memiliki risiko penyakit kardiovaskular 73 persen lebih rendah daripada wanita yang berolahraga setiap minggu membakar kurang dari 500 kalori.
Meskipun banyak faktor risiko potensial telah dipelajari dengan hasil yang beragam, salah satu yang menunjukkan korelasi yang konsisten adalah hubungan antara merokok dan hot flash. Sementara cara harian termudah untuk mendukung kesehatan jantung adalah dengan menggunakan suplemen berkualitas. Bahan-bahan seperti Omega-3s5, CoQ106 dan Resveratrol7 telah diteliti untuk mendukung efek kardioprotektifnya.
DWI NUR AZIZAH | MIND BODY GREEN
Pilihan editor : Pengalaman Drew Barrymore Hot Flash Pertama Kali saat Acara Talkshow-nya
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.