TEMPO.CO, Jakarta - Aktivitas mudik selalu dinantikan masyarakat Indonesia menjelang lebaran, terutama bagi para perantau di kota besar. Banyak orang yang menyiapkan segala hal supaya tradisi tersebut dapat terlaksana dengan lancar, mulai dari menyisihkan uang THR hingga memulihkan kondisi fisik. Namun, sesungguhnya apa arti mudik? Apakah sama dengan pulang kampung? Simak uraian berikut untuk menemukan jawabannya.
Apa Arti Mudik?
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mudik adalah bentuk kata kerja dari kegiatan berlayar atau pergi ke udik (pedalaman, sungai, hulu). Mudik juga dikenal dengan definisi pulang ke kampung halaman. Namun, baik kata ‘mudik’ maupun ‘pulang kampung’ memiliki pengertian yang berbeda.
Dalam laporan ilmiah berjudul Mudik Lebaran (Studi Kualitatif), mudik dapat diterjemahkan sebagai aktivitas pulang kampung yang dilakukan masyarakat Indonesia menjelang hari raya Idul Fitri. Umumnya, mudik dianggap tradisi bagi segenap masyarakat pemeluk agama Islam yang merantau atau bertempat tinggal jauh dari daerah asal.
Kebiasaan mudik dilakukan pada tujuh hari sebelum dan sesudah Idulfitri. Mengenai jangka waktu kepulangan ke tempat asal tergantung masa liburan atau cuti. Mudik lebaran disebut sebagai ritual tahunan yang tak boleh dilanggar dan tidak mengenal status sosial ekonomi. Aktivitas pulang kampung juga identik dengan kemenangan usai melaksanakan ibadah puasa Ramadan selama satu bulan.
Manfaat Mudik Bagi Negara
Berdasarkan Jurnal Ekonomi Pembangunan karya Soebyakto (2011), mudik lebaran dinilai mampu menjadi momen penting untuk memicu kegairahan perekonomian. Mudik menimbulkan efek domino dalam pengertian positif di berbagai sektor ekonomi.
Perusahaan moda transportasi atau jasa pengangkutan menawarkan layanan dengan harga menarik yang selalu ludes, misalnya tarif tiket kendaraan umum meningkat hingga 3 kali lipat. Berbagai macam barang dagangan dari produsen sering laris manis diburu pembeli, seperti oleh-oleh yang akan dibawa ke kampung halaman. Bahkan lembaga besar juga kerap menjadikan lebaran sebagai ajang promosi dengan menghadirkan program mudik gratis.
Data tim investigasi Dompet Dhuafa menunjukkan bahwa terjadi perputaran uang mencapai Rp 84,9 triliun selama mudik lebaran 2010. 56 persen diantaranya digunakan untuk pengeluaran akomodasi, wisata, dan sedekah. Sedangkan 44 persen sisanya banyak diperuntukkan bagi biaya transportasi, makan, dan pembelian buah tangan.
Hal menarik lainnya, 52 persen pemudik lebih memilih membayar Zakat Fitrah di daerah asal. Artinya, potensi pergerakan ekonomi di daerah semakin meningkat dan terkumpul pada angka Rp 7,35 triliun. Selain itu, 36,47 persen uang dibelanjakan untuk oleh-oleh maupun hasil kerajinan UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah).
Manfaat Mudik Bagi Masyarakat Indonesia
Menurut Dosen Jurusan Dakwah (Komunikasi) STAIN Purwokerto, Muskinul Fuad dalam Jurnal Komunika (2011), budaya mudik lebaran hampir tidak dapat ditemui pada masyarakat luar negeri, termasuk negara mayoritas berpenduduk agama Islam. Keunikan lebaran di Indonesia tidak hanya terletak pada fenomena mudik, tetapi juga takbiran, halal bihalal, bersalam-salaman, ziarah kubur, hingga memberi uang kepada anak kecil.
Ia menilai bahwa terdapat makna hidup di balik mudik lebaran, diantaranya:
- Makna kekerabatan dan nilai edukasi: dorongan betapa berharganya waktu berkumpul bersama keluarga menjadi motivasi utama.
- Makna primordial: perasaan rindu untuk kembali ke kampung halaman.
- Makna eksistensial: perasaan berharga dan bahagia ketika bisa memberi sesuatu kepada anggota keluarga.
- Makna transformatif: adanya semangat dan energi yang didapatkan sebagai manfaat mudik lebaran.
Demikian penjelasan seputar apa arti mudik dan manfaatnya bagi masyarakat Indonesia serta negara. Meski terlihat sederhana, ternyata aktivitas tahunan tersebut memberi efek berlapis terhadap berbagai aspek kehidupan. Apakah Anda tahun ini mudik?
Pilihan editor: Jangan Lupa, Mudik Lebaran Gunakan Pesawat Wajib Vaksin Booster
NIA HEPPY | MELYNDA DWI PUSPITA