TEMPO.CO, Jakarta - Di negeri yang kaya bahan alami seperti Indonesia, sebenarnya banyak sumber pangan utama selain beras dari padi. Sayangnya, masyarakat masih enggan beranjak dari nasi sebagai makanan pokok dan sumber karbohidrat.
Guru Besar bidang Ilmu Rekayasa Pangan IPB, Profesor Dede Robiatul Adawiyah, mengatakan beras analog yang terbuat dari selain padi bisa dimanfaatkan untuk diversifikasi pangan Indonesia. Hal itu dia ungkap dalam penelitiannya pada 2014, di mana bahan selain padi bisa dijadikan sumber karbohidrat sehingga bisa menjadi alat diversifikasi pangan.
"Meskipun memakai frasa beras tiruan, bahan-bahan yang digunakan merupakan bahan alami dari sumber pati atau mengandung zat tepung dan karbohidrat. Layaknya beras dari padi, beras tiruan dinilai dapat menggantikan sumber karbohidrat dan dapat menjadi potensi bahan pangan utama masyarakat Indonesia," jelasnya.
Beras analog dibuat dengan cara menghaluskan bahan kemudian membentuknya menjadi butiran menyerupai beras dengan karakteristik mendekati beras.
“Mengingat sumber pati kita banyak, karbohidrat kita banyak, itu bisa dipakai untuk menghasilkan beras nonpadi, beras yang dihasilkan dari berbagai macam sumber pati,” ujar Dede.
Menurutnya, beras analog bukan hanya dibuat dari shirataki. "Sirataki itu dibuatnya dari umbi porang, jadi analog itu bisa dibuat dari macam-macam, misalnya ubi jalar, singkong, sagu. Namanya analog, tiruan,” ungkapnya.
Bahan yang dibutuhkan
Untuk membuat beras analog diperlukan bahan baku dan bahan tambahan yang tepat. Beras analog dapat dibuat dari sumber pati nonberas yang sudah berbentuk tepung dengan tambahan kacang-kacangan sebagai sumber protein. Bahan tambahan lain yang diperlukan adalah komponen pati dari tapioka dan pengemulsi dari gliserol monostearat (GMS), lesitin kedelai, serta sodium laktilat (SSL).
Selain bahan utama dan tambahan, beras analog pun dapat ditambah bahan fortifikasi lain untuk meningkatkan nilai gizi. Beberapa bahan fortifikasi yang dapat digunakan adalah vitamin A, vitamin E, dan mineral. Namun, Dede mengatakan masih banyak masyarakat yang memiliki stigma negatif terhadap beras analog. Di samping penggunaan kata analog atau tiruan sebagai penyebutan beras, masyarakat menganggap beras dari padi masih menjadi yang terbaik.
“Kadang-kadang konsumen menolak, persepsinya tiruan. Tapi dari sisi bentuk sebetulnya bisa (menjadi bahan alternatif untuk pendamping beras dari padi),” tutur Dede.
Pilihan Editor: 3 Manfaat Utama Karbohidrat untuk Tubuh
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.