TEMPO.CO, Jakarta - Vitamin K sangat dibutuhkan tubuh untuk membekukan darah dan mencegah pendarahan berlebihan. Senyawa vitamin ini dibedakan dalam dua jenis, yaitu K1 dan K2.
Vitamin K1 bisa diperoleh dari sayuran hijau dan beberapa jenis sayuran lain. Sementara vitamin K2 didapat dari daging, keju, telur, dan bakteri disintesis.
Dilansir dari laman resmi Kementerian Kesehatan, kekurangan vitamin K meningkatkan risiko terhadap beberapa masalah kesehatan. Di antaranya osteoporosis, penyakit jantung, pendarahan berlebihan, mudah memar, dan luka sulit sembuh.
Gejala Kekurangan Vitamin K
Mengutip Healthline, gejala utama kekurangan vitamin K adalah pendarahan berlebihan. Pendarahan dapat terjadi pada area luka maupun tidak luka.
Adapun gejala lain kekurangan vitamin K meliputi mudah memar, memiliki gumpalan darah kecil di bawah kuku, terdapat darah di selaput lendir, serta memiliki feses berwarna hitam pekat dan mengandung bercak darah.
Sementara gejala kekurangan vitamin K pada bayi dapat mencakup pendarahan pada area tali pusar yang dicabut, pendarahan di kulit, hidung, saluran pencernaan, atau area lain. Selain itu pendarahan pada penis jika bayi telah disunat dan pendarahan mendadak di otak.
Faktor Risiko Kekurangan Vitamin K
Dilansir dari Medical News Today, berikut beberapa faktor yang membuat seseorang kekurangan vitamin K:
- Minum antikoagulan kumarin seperti warfin, yang mengencerkan darah. Obat-obatan jenis ini mengganggu produksi protein yang terlibat dalam pembekuan darah.
- Mengkonsumsi antibiotik. Karena beberapa antibiotik dapat menyebabkan penurunakan produksi vitamin K.
- Memiliki kondisi malabsorbsi lemak, yaitu ketidakmampuan tubuh menyerap lemak dengan baik. Malabsorbsi lebih sering dialami pasien celiac, fibrosis kistik, dan gangguan pada usus atau saluran empedu.
- Memiliki pola makan yang sangat kekurangan vitamin K.
Pilihan Editor: Memahami Kegunaan Vitamin K bagi Tubuh