TEMPO.CO, Jakarta - Di sebuah kedai kopi kecil dan nyaman yang terletak di sepanjang jalan sempit di Kota Chongqing, China barat daya, Lei Shanpeng sibuk menyajikan kopi seduh manual (pour-over coffee) untuk para pelanggan yang duduk di luar.
Saat istirahat singkat, barista berusia 69 tahun itu, yang mengenakan gaun terusan warna zamrud indah buatannya sendiri, dengan sepasang anting yang serasi, dan rambut keriting sebahu, menatap ke luar untuk menikmati keindahan pemandangan musim semi.
Dia merasakan kegembiraan dan kepuasan yang luar biasa tentang suasana menyenangkan yang telah dia ciptakan untuk para pelanggannya. "Begitu banyak anak muda datang ke kedai saya. Setiap hari sangat menyegarkan," ungkap Lei, yang membuka kedai teh dan madunya hampir dua dekade lalu dan mengubah kedainya dua tahun lalu menjadi sebuah bar kopi bernama POPO, yang berarti "nenek" dalam bahasa Mandarin.
Meski menghadapi keraguan dan kebingungan pada saat itu, Lei bertekad untuk melanjutkan transformasi tersebut. Menjelaskan motivasinya, Lei mengatakan dia mengamati bahwa banyak pelanggan lanjut usia (lansia) regulernya tidak lagi berkunjung karena masalah kesehatan dan saat itulah dia menyadari perlu menarik para pelanggan yang lebih muda.
Setelah mempertimbangkan preferensi kaum muda, Lei langsung terpikir akan kopi dan bir. Dengan semakin banyaknya kedai kopi di kota itu, dia tahu bahwa dirinya perlu membedakan kedainya. Alih-alih memilih antara kopi atau bir, dia memutuskan untuk menawarkan keduanya. "Jika saya bisa menawarkan keduanya, para pelanggan bisa datang tidak hanya siang hari, tetapi juga malam hari. Dengan begitu, mereka bisa berkunjung lebih lama," ujarnya.
Menjelang akhir 2019, Lei mulai belajar cara membuat kopi dari teman putranya yang merupakan seorang barista berpengalaman dan memiliki kedai kopi sendiri. Meski Lei tidak asing dengan bir, dia belum pernah mencoba kopi sebelumnya. Yang mengejutkan baginya, minuman itu ternyata "penuh dengan aroma dan rasa yang istimewa."
Menurut Lei, untuk mencapai sebuah tujuan, seseorang harus berusaha 100 persen. Dedikasi ini terlihat dalam bisnis teh yang sebelumnya. Meski membeli jenis teh yang sama dari pemasok yang sama selama bertahun-tahun, dia memastikan untuk pergi ke toko pemasok tersebut dan mencicipi tehnya sendiri setiap kali perlu menyetok ulang.
Lei awalnya merasa sulit untuk menguasai seni membuat kopi. "Terlepas dari kejelasan langkah-langkahnya, terdapat banyak faktor yang dapat memengaruhi kualitas kopi, seperti gilingan kopi, suhu air, dan bahkan suasana hati barista," katanya. "Mencapai kesempurnaan dalam setiap langkah proses bukanlah hal yang mudah."
Setelah berlatih selama lebih dari setahun, dia akhirnya berhasil menjadi ahli dalam menyajikan pour-over coffee dan dia juga tahu sudah waktunya untuk mengambil langkah selanjutnya. Dalam sebulan, dia memperbarui tokonya dan memasang papan nama baru. Dari pukul 13.00 hingga pukul 22.00, bar kopi POPO menawarkan berbagai minuman pilihan, termasuk kopi, bir, minuman beralkohol, anggur merah, dan teh.
Sejak dibuka, POPO sukses menarik minat banyak kaum muda yang melihat Lei tidak hanya sebagai seorang barista sukses tetapi juga sebagai idola dalam kehidupan. Beberapa orang datang kepadanya untuk belajar tentang kopi, sementara yang lain meminta saran untuk membuka kedai kopi mereka sendiri, dan beberapa di antaranya sekadar ingin mengobrol dengannya, mencari energi positif darinya.
Zou Shiyu (25), seorang mahasiswa jurnalistik, datang ke kedai ini dan ingin membuat video pendek untuk Lei. "Dia sangat keren dari caranya mengejar kehidupan yang dia inginkan tanpa membiarkan usia membatasi cita-citanya. Dia benar-benar mengubah kesan saya tentang warga lansia di China, karena kebanyakan dari mereka hanya sibuk menjaga cucu."
Merasa bersemangat mendengar kekaguman dari begitu banyak kaum muda, sambil tersenyum Lei berkata, "Beberapa dari mereka mungkin merasa kewalahan dan kalah karena persaingan yang ketat, tetapi menurut saya mereka masih beruntung, dan lebih beruntung daripada generasi saya karena mereka memiliki begitu banyak pilihan di usia ini. Saya sering mendorong mereka untuk menjalani hidup sepenuhnya dan menemukan kegembiraan dalam hidup, bukan dari penilaian orang lain."
"Saya tidak tahan hanya berbaring dan melihat langit-langit rumah setiap hari. Saya lebih suka melihat ke langit. Kedai kecil ini merupakan panti wreda saya di mana saya dapat berkomunikasi dengan kaum muda yang berbeda-beda setiap hari dan mendapatkan kesenangan dari hal tersebut," katanya.
Pilihan Editor: Cerita Kedai Kopi di Yogyakarta Cari Bahan Baku dan Mampu Jual Lebih 6 Ton Kopi Sebulan
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.