TEMPO.CO, Jakarta - Puasa Syawal disunahkan selama enam hari, terhitung sejak 2 Syawal atau sehari setelah Idul Fitri. Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), Inggrid Tania, mengatakan kaum Muslim dapat berpuasa Syawal dan rutin meminum herbal untuk mengeluarkan lemak dan meringankan kerja liver.
"Yang paling utama ketika berlebaran itu pintar mengatur (pola makan) jangan sampai berlebihan mengonsumsi makanan tinggi lemak," ujarnya.
Selain puasa Syawal, orang juga dapat mencoba minuman herbal sebelum menyantap makanan tinggi lemak seperti opor dan gulai yang biasanya disajikan saat Lebaran. Contohnya teh hijau ditambah kapulaga, teh hijau dengan jahe, atau variasi minuman lain seperti kunyit, temulawak, biji pala, dan ekstrak vanila.
"(Herbal) itu sebenarnya membantu tubuh bisa menormalisasi kembali kadar lemak di dalam darah sehingga nanti mencegah kolesterol jahat akibat memakan makanan tinggi lemak," jelas Inggrid.
Herbal ini bisa dikonsumsi untuk menggantikan minuman manis yang justru akan memperberat peradangan dalam tubuh. Mereka yang terdiagnosis kolesterol tinggi juga dapat meminum ramuan herbal untuk menurunkan kadarnya, misalnya menurunkan kolesterol total, low-density lipoprotein (LDL), menaikkan kolesterol baik atau high-density lipoprotein (HDL).
Terapkan gaya hidup sehat
Inggrid menyebut sejumlah herbal, antara lain teh hijau, kunyit, jahe, temulawak, temu kunci, kencur, rempah-rempah seperti cengkih, pala, lada hitam, kapulaga, kembang lawang, bawang putih, sambiloto, dan habbatussauda atau jintan hitam bisa menurunkan kolesterol. Namun dia mengingatkan herbal ini harus dikonsumsi secara rutin dan orang-orang perlu tetap mengatur pola makan.
"Bukan berarti minum herbal terus makan seenak saja, tinggi lemak berlebihan," ujarnya.
Inggrid mengingatkan konsumsi herbal merupakan bagian dari penerapan gaya hidup sehat seperti rutin berolahraga, kualitas tidur yang baik, mengendalikan stres, yang semuanya akan berpengaruh pada kadar kolesterol dalam tubuh.
Terkait puasa usai Ramadan, pakar gizi dari Burjeel Medical City di Abu Dhabi, Rayan Ali, mengatakan kaum muslim dapat mempertimbangkan puasa dua kali seminggu. Menurutnya, penelitian ilmiah menunjukkan puasa intermiten menyehatkan tubuh dan pikiran. Selain puasa, Ali juga merekomendasikan aktif berolahraga seusai Ramadan karena kegiatan ini memungkinkan tubuh menghasilkan hormon bahagia endorfin, yang membantu mengendalikan rasa lapar dan berdampak positif pada suasana hati.
Pilihan Editor: 9 Tanaman Herbal yang Mudah Ditanam di Rumah
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.