TEMPO.CO, Jakarta - Hari Malaria Sedunia diperingati setiap 25 April. Malaria disebabkan parasit bersel tunggal dari genus plasmodium yang ditularkan ke manusia, paling sering melalui gigitan nyamuk Anopheles.
Tak hanya dari gigitan nyamuk, menurut Mayo Clinic, karena parasit yang menyebabkan penyakit malaria mempengaruhi sel darah merah, orang juga dapat tertular malaria dari paparan darah yang terinfeksi, termasuk dari ibu hamil ke janin melalui transfusi darah dan berbagi jarum suntik pada pengguna narkoba.
Gejala malaria meliputi demam, panas dingin, sakit kepala, mual dan muntah, diare, sakit perut, nyeri otot atau sendi, kelelahan, napas dan detak jantung cepat, serta batuk. Beberapa penderita mengalami siklus serangan malaria yang biasanya dimulai dengan menggigil, diikuti demam tinggi, berkeringat, dan kembali ke suhu normal.
Tanda dan gejala malaria biasanya dimulai dalam beberapa minggu setelah digigit nyamuk yang terinfeksi. Namun, beberapa jenis parasit malaria dapat mengendap di tubuh hingga satu tahun. Faktor risiko terbesar orang mengembangkan malaria adalah tinggal atau mengunjungi daerah rawan penyakit itu, yakni wilayah tropis dan subtropis di Sub-Sahara Afrika, Asia Selatan dan Tenggara, Kepulauan Pasifik, serta Amerika Tengah dan Selatan bagian utara.
Anak kecil, bayi, lanjut usia, wisatawan yang datang dari daerah tanpa malaria, dan wanita hamil termasuk yang berisiko tinggi terkena penyakit serius itu. Malaria bisa berakibat fatal, terutama bila disebabkan spesies plasmodium yang umum di Afrika.
Sebabkan kematian
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan sekitar 94 persen dari semua kematian akibat malaria terjadi di Afrika, paling sering pada anak di bawah 5 tahun. Kematian akibat malaria biasanya berhubungan dengan satu atau lebih komplikasi serius, termasuk malaria otak.
Jika sel darah yang dipenuhi parasit memblokir pembuluh darah kecil ke otak (malaria serebral), pembengkakan atau kerusakan otak dapat terjadi. Malaria serebral dapat menyebabkan kejang dan koma. Komplikasi lain yakni masalah pernapasan akibat cairan yang terkumpul di paru-paru (edema paru) dapat membuat pasien sulit bernapas, lalu kegagalan organ karena malaria dapat merusak ginjal, hati, atau menyebabkan limpa pecah.
Selain itu, anemia juga bisa terjadi karena malaria dapat mengakibatkan pasien tidak memiliki cukup sel darah merah untuk pasokan oksigen yang cukup ke jaringan tubuh. Gula darah rendah pun dapat menjadi salah satu komplikasi malaria. Kondisi malaria yang parah dapat menyebabkan gula darah rendah (hipoglikemia). Gula darah yang sangat rendah dapat menyebabkan koma atau kematian.
Malaria dapat kambuh. Beberapa varietas parasit malaria, yang biasanya menyebabkan bentuk penyakit yang lebih ringan, dapat bertahan selama bertahun-tahun dan menyebabkan kekambuhan. Untuk pencegahan, orang yang tinggal atau sedang bepergian ke daerah yang sering terjadi malaria disarankan mengambil langkah-langkah untuk menghindari gigitan nyamuk.
Nyamuk malaria paling aktif antara senja dan fajar. Untuk melindungi diri dari gigitan nyamuk malaria, orang bisa menutupi kulit, misalnya dengan baju lengan panjang, celana panjang, dan menyelipkan baju serta celana ke kaus kaki, mengoleskan obat nyamuk ke kulit, dan memasang kelambu pada tempat tidur.
Kemudian apabila akan bepergian ke lokasi di mana penyakit malaria umum terjadi, sebaiknya bicarakan dengan dokter beberapa bulan sebelumnya tentang apakah harus atau tidaknya minum obat sebelum, selama, dan setelah perjalanan untuk membantu melindungi diri dari parasit malaria.
Pilihan Editor: Ciri-ciri Nyamuk Malaria yang Perlu Diwaspadai
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.