TEMPO.CO, Jakarta - Sudah ada beberapa masyarakat yang mulai melakukan aktivitas rutin mereka. Beberapa kantor sudah mulai buka, ada yang sudah mulai sibuk menyiapkan berbagai laporan yang ada. Ada pula yang terganggu suasana hatinya usai melewati waktu liburan. Mereka yang terganggu suasana hatinya usai liburan, bisa jadi karena dipengaruhi situasi, orang-orang yang ditemui, dan perbincangan yang dilakukan.
Sebenarnya, rasa sedih, tekanan mental, atau bahkan ketakutan usai liburan dapat mengacu pada post holiday blues yang menurut psikolog klinis di Lenox Hill Hospital, New York City Naomi Torres-Mackie, Ph.D, seperti disiarkan Health, mirip dengan depresi klinis.
Namun, depresi melibatkan suasana hati yang buruk hampir sepanjang hari selama 2 minggu atau lebih. Sementara, post holiday blues biasanya berlangsung lebih pendek, tidak merugikan kehidupan sehari-hari dan umumnya spesifik untuk periode waktu seusai liburan.
Akan tetapi, apabila perasaan sedih setelah liburan mulai memengaruhi fungsi harian, seperti membuat sulit bangun dari tempat tidur, pergi bekerja atau sekolah, meninggalkan rumah, menghabiskan waktu bersama orang lain, atau menyelesaikan tugas-tugas kecil, mungkin ada baiknya seseorang berkonsultasi pada pakar kesehatan.
Lalu, apabila seseorang telanjur mengalami post holiday blues, pakar psikiatri dan ilmu perilaku di Johns Hopkins Anxiety Disorder Clinic Paul Nestadt, MD menyarankan untuk tidur yang cukup, setidaknya 7 jam setiap malam, mempertahankan kebiasaan makanan sehat, dan mencoba kembali berolahraga secara teratur. Untuk mempertahankan motivasi atau mulai berolahraga lagi ajaklah anggota keluarga atau teman untuk berolahraga bersama atau pilih aktivitas yang disukai agar tetap sibuk.
Selain itu, bersandar pada teman dan keluarga dapat membantu seseorang terus merasa terhubung dan tidak sendirian. Koneksi yang dekat juga dapat berguna dalam membantunya menavigasi apa yang sedang dialami.
Di sisi lain, bagi mereka yang merasa stres saat harus kembali bekerja usai liburan, American Psychological Association (APA) memberikan sejumlah kiat guna membantu mengelolanya antara lain memanfaatkan jurnal untuk melacak situasi yang menyebabkan stres lalu mencari cara sehat untuk mengatasinya seperti berolahraga dan menjaga kualitas tidur yang baik.
Kemudian, mencoba memprioritaskan perawatan diri dan meluangkan waktu untuk hobi atau melakukan aktivitas yang menyenangkan seperti membaca buku, pergi ke konser, atau menghabiskan waktu berkualitas bersama keluarga.
Hal lainnya yang bisa dilakukan yakni membuat batasan kehidupan kerja, seperti tidak memeriksa surat elektronik atau email di luar hari kerja atau tidak menjawab telepon atau pesan setelah jam tertentu. Ini memungkinkan seseorang memiliki waktu untuk beristirahat dan memulihkan diri dari pekerjaan.
Berbicara dengan teman, keluarga, atau kolega terpercaya, dan meminta dukungan mereka pun dapat menjadi upaya mengelola stres terkait pekerjaan.
Pilihan Editor: Host Holiday Blues Saat Kembali Bekerja Setelah Liburan, Begini Penjelasannya
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.