TEMPO.CO, Jakarta - Anak-anak kembali ke rutinitas pergi ke sekolah usai libur Lebaran. Sayangnya, sebagian merasa sedih setelah liburan berakhir atau disebut post holiday blues. Psikolog dari Ohana Space, Husnul Muasyaroh, mengatakan post holiday blues merupakan kondisi perasaan sedih atau tertekan setelah liburan berakhir dan orang harus kembali ke rutinitas sehari-hari.
“Permasalahan ini nyatanya tidak hanya dialami oleh orang dewasa namun juga anak-anak,” kata Husnul.
Anak-anak harus kembali ke rutinitas sekolah dan biasanya masih kesulitan mengungkapkan perasaan sedih atau tertekan secara langsung. Saat anak mengalami post holiday blues, beberapa tanda atau gejala yang timbul yakni perasaan sedih, takut atau cemas, sulit tidur, nafsu makan berkurang, atau sulit berkonsentrasi di sekolah.
Meski demikian, Husnul mengatakan post holiday blues merupakan masalah yang wajar dialami setelah melewati masa liburan, termasuk anak-anak. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan orang tua saat anak mengalami post holiday blues. Sebaiknya orang tua memberikan waktu pada anak untuk beradaptasi dan membangun kembali rutinitas sebelum liburan lalu.
Selain itu, bantu anak agar dapat mengkomunikasikan perasaannya terkait kondisi yang sedang dialami. Orang tua juga dapat memberi contoh bagaimana kembali ke rutinitas. Jika orang tua menunjukkan semangat untuk kembali bekerja maka anak juga akan belajar menunjukkan semangat. Misalnya, semangat mengerjakan tugas dan kegiatan sekolah.
Atur emosi anak
Cara lain adalah membuat rencana liburan selanjutnya. Tujuannya agar anak tidak terpaku pada perasaan tertekan saat harus kembali ke sekolah. Namun, ada kalanya anak mengalami masalah terkait emosi dan bisa jadi bukan termasuk gangguan post holiday blues.
Psikolog dari Anastasia & Associate, Novia Sri Parindu Purba, mengatakan emosi sebagai perasaan atau afeksi yang timbul ketika orang berada dalam keadaan yang dianggap penting. Emosi memiliki bentuk beragam, yakni rasa senang, takut, marah, dan sebagainya.
Oleh sebab itu, orang tua perlu mengetahui karakteristik emosi pada anak berbeda dengan yang terjadi pada orang dewasa. Karakteristik emosi pada anak antara lain berlangsung singkat dan berakhir tiba-tiba, terlihat lebih kuat, bersifat sementara, lebih sering terjadi, dapat diketahui dengan jelas dari tingkah lakunya, dan reaksi pada anak mencerminkan individualitasnya.
“Dengan demikian, orang tua juga harus belajar mengenal emosi anak,” ujar Novia.
Ia pun membagikan strategi yang dapat dilakukan orang tua saat anak mengalami perubahan emosi. Orang tua dapat mengajarkan regulasi emosi karena anak memerlukan pengalaman dalam mengatur emosi. Regulasi emosi merupakan kemampuan untuk mengontrol keadaan emosi sendiri. Regulasi emosi diperlukan agar anak dapat mengontrol serta mengarahkan ekspresi emosional sehingga dapat menjaga perilakunya ketika muncul emosi-emosi kuat pada dirinya.
Pilihan Editor: Libur Lebaran Usai, Psikolog Ingatkan soal Post Holiday Blues
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.