TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan 20.783 orang terkonfirmasi terinfeksi sifilis dan tersebar di berbagai daerah di Indonesia selama 2022. Kemenkes menyatakan penularan penyakit sifilis dapat dipicu aktivitas seksual yang menyimpang penderitanya.
“Sifilis bisa dipicu aktivitas seks yang menyimpang seperti penetrasi, seks oral, atau seks anal,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes, Imran Pambudi.
Imran menuturkan sifilis disebabkan bakteri jenis Treponema Pallidum yang biasanya menginfeksi tubuh manusia melalui luka di alat kelamin, anus, bibir, maupun mulut. Hubungan seks yang berisiko hanya akan memperlebar potensi penularan karena dilakukan tanpa menggunakan kondom.
Risiko tertular sifilis akan semakin besar bila orang terkena Infeksi Menular Seksual (IMS) yang menyebar dengan cepat melalui jaringan seksual dengan banyaknya pasangan seksual atau berganti-ganti. Dalam kasus ini biasanya berupa pekerja seks (PS) yang menularkan infeksi ke pelanggan atau pasangannya.
Kelompok "jembatan" laki-laki juga mampu menularkan IMS ke pasangan seksual yang lain. Lebih lanjut Imran menjelaskan wanita yang berisiko rendah mendapatkan IMS dari pasangan tetap bisa menularkan infeksi ke bayi baru lahir selama masa kehamilan.
“Sifilis adalah penyakit yang juga berpotensi ditularkan dari ibu hamil penderita ke bayinya. Sifilis bawaan pada bayi baru lahir disebut dengan istilah sifilis kongenital,” jelasnya.
Gunakan kondom
Menurut Imran, banyak cara yang bisa dilakukan untuk menurunkan risiko penularan sifilis. Misalnya bersikap abstain atau menghindari berhubungan seks dan menghindari berganti-ganti pasangan. Ia juga menganjurkan masyarakat tidak menyepelekan manfaat kondom.
“Penggunaan kondom dapat mengurangi risiko tertular sifilis tetapi hanya jika kondom menutupi luka sifilis,” ujarnya.
Masyarakat juga diharapkan dapat menghindari narkoba. Penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan lain yang tidak sesuai anjuran dokter dikhawatirkan mendorong orang untuk mempraktikan hubungan seksual yang tidak aman. Selain itu, bila sudah melakukan skrining dan terbukti positif sifilis, Imran meminta pasien segera memberi tahu pasangan masing-masing. Dengan begitu, pasangan dapat melakukan tes untuk mendeteksi penularan sehingga bisa mendapatkan pengobatan lebih awal.
Terkait skrining, berdasarkan data Kemenkes yang dihimpun pada 2022, lima provinsi dengan penemuan pasien sifilis terbanyak ada di Papua 3.864 pasien, Jawa Barat 3.186, DKI Jakarta 1.897, Papua Barat 1.816, dan Bali 1.300. Sementara untuk provinsi dengan jumlah pasien yang paling banyak dites sifilis berada di Jawa Barat 305.816 jiwa, Jawa Timur 273.479, Jawa Tengah 167.303, DKI Jakarta 71.037, dan Banten 63.451.
Pilihan Editor: 5 Kiat Mencegah Penularan Sifilis
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.