Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Nyamuk Jadi Hewan yang paling Banyak Bunuh Manusia, Kok Bisa?

Reporter

image-gnews
Ilustrasi nyamuk (Pixabay.com)
Ilustrasi nyamuk (Pixabay.com)
Iklan

TEMPO.CO, JakartaKingdom animalia penuh dengan “senjata” mematikan. Gigi singa dapat mengoyak daging dengan ganas, ular derik dapat menyuntikkan racun ke dalam aliran darah, dan kuda nil dapat membunuh siapa pun berkat rahangnya yang kuat.

Itu adalah segelintir contoh hewan yang terkenal memiliki fitur tubuh berbahaya. Namun nyatanya, mereka sama sekali bukan hewan yang paling banyak membunuh manusia.

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), “hewan paling mematikan di dunia” adalah nyamuk. Serangga tersebut diperkirakan mampu membunuh 500 ribu hingga lebih dari 1 juta orang per tahun. Alasan utamanya adalah nyamuk merupakan vektor dari banyak penyakit zoonosis, terutama malaria. Malaria telah begitu lama menghancurkan populasi manusia, kata Shannon LaDeau selaku ahli ekologi penyakit dari Cary Institute of Ecosystem Studies.

Fatalitas Malaria

Malaria disebabkan oleh organisme parasit bersel tunggal dalam genus Plasmodium, dibawa dari orang ke orang oleh nyamuk Anopheles. Meskipun malaria jarang terjadi di Amerika Utara dan Eropa, penyakit itu umum terjadi di beberapa bagian Afrika, Asia selatan, dan Amerika Selatan. Data World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa di seluruh dunia, malaria menyebabkan sekitar 619.000 kematian pada 2021.

Penyakit ini sejatinya dapat diobati dengan perawatan kesehatan yang memadai. Namun bagi orang yang berisiko tinggi—seperti anak kecil, wanita hamil, dan orang dengan defisiensi imun—malaria bisa menjadi sangat serius. Sekitar 80 persen dari seluruh kematian akibat malaria di Afrika terjadi pada anak di bawah usia 5 tahun.

Bagaimana Nyamuk Menyebarkan Penyakit?

Nyamuk juga menyebarkan berbagai penyakit lain, termasuk demam berdarah, cikungunya, virus West Nile dan Zika, serta infeksi parasit filariasis limfatik. Lantas, apa sebenarnya yang membuat nyamuk sangat efektif menyebarkan penyakit? LaDeau melanjutkan penjelasannya.

Mulanya, nyamuk betina menghisap darah. Itu berarti mereka dengan mudah memindahkan patogen dari aliran darah dari satu orang ke orang yang lain. Bentuk nyamuk yang kecil membuat mereka mampu terbang dan hinggap pada tubuh seseorang tanpa diketahui.

Lalu, ada fakta bahwa manusia berbagi ekosistem dan sumber daya dengan nyamuk. Sang serangga mengandalkan air untuk bereproduksi, sama seperti manusia yang mengandalkan air untuk hidup. Nyamuk dan manusia cenderung hidup di tempat yang sama dan tidak bisa dipisahkan begitu saja.

Upaya Cegah Zoonosis Nyamuk

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Terdapat sejumlah cara untuk mengurangi risiko penyakit yang ditularkan oleh nyamuk. Bahkan, pembaruan infrastruktur kecil pun dapat membuat perbedaan besar. Misal, penggunaan kasa ventilasi yang mencegah nyamuk masuk dari luar rumah atau instalasi pipa ledeng yang menahan air agar tidak membentuk kubangan.

Pengembangan infrastruktur yang baik adalah langkah signifikan dalam mencegah perluasan infeksi malaria, demam berdarah, dan zoonosis nyamuk lain yang membunuh puluhan ribu orang setiap tahunnya. Sedangkan di daerah tanpa akomodasi yang memadai, kelambu bisa menjadi pilihan seseorang untuk menjauhkan serangga dari tempat tidurnya.

Akan tetapi, upaya masyarakat ini menjadi semakin sulit dilakukan seiring terjadinya perubahan iklim. Saat Bumi menghangat, zoonosis nyamuk kemungkinan besar menyebar ke area baru di mana lingkungan menjadi lebih ramah terhadap patogen beserta nyamuk yang membawanya, kata Andy MacDonald, ahli ekologi penyakit dari Universitas California.

Selain Nyamuk

Nyamuk bukanlah satu-satunya hewan yang sangat mematikan di Bumi. Data WHO lainnya menunjukkan bahwa ular membunuh antara 81.000 dan 138.000 orang per tahun. Sementara itu, rabies—penyakit yang disebarkan oleh gigitan mamalia terinfeksi (biasanya anjing)—membunuh sekitar 59.000 orang per tahun.

Hewan kecil seperti siput air tawar dan serangga pembunuh (assassin bug) juga menyebarkan penyakit yang berpotensi mematikan bagi manusia seperti schistosomiasis dan penyakit Chagas. Kedua penyakit tersebut masing-masing membunuh ribuan orang setiap tahun.

Namun pada akhirnya, ada satu makhluk yang hampir menyaingi nyamuk sebagai hewan paling mematikan di muka Bumi, yakni manusia itu sendiri. Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan bahwa pembunuhan dan konflik bersenjata telah menewaskan sekitar 533.000 orang pada 2017.

SYAHDI MUHARRAM

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


10 Hewan Paling Berbahaya di Dunia, Ada Lalat Tsetse hingga Ikan Batu

4 hari lalu

Ikan buntal. telegraph.co.uk
10 Hewan Paling Berbahaya di Dunia, Ada Lalat Tsetse hingga Ikan Batu

Berikut deretan hewan paling berbahaya di dunia yang bisa membunuh manusia dalam hitungan detik. Ada lalat tsetse hingga tawon laut.


WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

13 hari lalu

Ilustrasi Serangan Jantung. thestar.com.my
WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

Kenali ragam penyakit kardiovaskular yang menjadi penyebab utama kematian secara global.


Hari Kesehatan Sedunia, Akses Pelayanan Bermutu Masih Jadi Harapan

17 hari lalu

Ilustrasi protokol kesehatan / menjaga jarak atau memakai masker. ANTARA FOTO/FB Anggoro
Hari Kesehatan Sedunia, Akses Pelayanan Bermutu Masih Jadi Harapan

Hari Kesehatan Sedunia 2024, diharapkan terwujudnya kesehatan bagi semua agar mendapat akses pelayanan kesehatan bermutu.


Perjalanan Penetapan Hari Kesehatan Dunia, Bareng Berdirinya WHO

18 hari lalu

Logo Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terpampang di pintu masuk kantor pusatnya di Jenewa, 25 Januari 2015. [REUTERS / Pierre Albouy / File Foto]
Perjalanan Penetapan Hari Kesehatan Dunia, Bareng Berdirinya WHO

Kilas balik Hari Kesehatan Dunia dan terbentuknya WHO


Hati-hati Konsumsi Daging Merah Berlebihan Berbahaya Bagi Kesehatan

19 hari lalu

Ilustrasi daging merah. Pixabay.com
Hati-hati Konsumsi Daging Merah Berlebihan Berbahaya Bagi Kesehatan

Jika daging sapi atau daging merah dikonsumsi berlebihan dapat mengancam kesehatan. Bagaimana sebaiknya?


Kepala WHO Akui Rumah Sakit Al Shifa Gaza Hancur

21 hari lalu

Warga Palestina memeriksa kerusakan di Rumah Sakit Al Shifa setelah pasukan Israel mundur dari Rumah Sakit dan daerah sekitarnya setelah operasi dua minggu, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, di Kota Gaza 1 April 2024. REUTERS/Dawoud Abu Alkas
Kepala WHO Akui Rumah Sakit Al Shifa Gaza Hancur

Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Rabu, 3 Apil 2024, mengungkap kehancuran di Rumah Sakit Al Shifa di Gaza


Ketahui Penyebab dan Proses Penularan Virus Demam Berdarah

24 hari lalu

Ilustrasi nyamuk demam berdarah (pixabay.com)
Ketahui Penyebab dan Proses Penularan Virus Demam Berdarah

Demam berdarah disebabkan oleh salah satu dari empat jenis virus dengue yang berbeda.


Kenali Gejala Demam Berdarah dan Bahaya yang Mengintainya

25 hari lalu

Ilustrasi demam berdarah dengue atau DBD. Pexels/Tima Miroscheniko
Kenali Gejala Demam Berdarah dan Bahaya yang Mengintainya

Demam berdarah (DBD) dapat menyebabkan pendarahan serius, penurunan tekanan darah tiba-tiba, bahkan berujung pada kematian.


Leptospirosis Penyakit Langganan Musim Hujan, Seberapa Berbahaya?

29 hari lalu

Ilustrasi banjir. Dok. TEMPO/M. Iqbal Ichsan
Leptospirosis Penyakit Langganan Musim Hujan, Seberapa Berbahaya?

Leptospirosis adalah penyakit yang kerap muncul setiap musim hujan, terutama di daerah yang rawan banjir dan genangan air. Seberapa berbahaya?


Koalisi Perlindungan Hewan Khawatir Penangkapan Monyet Ekor Panjang Picu Penyakit Zoonosis

31 hari lalu

Monyet ekor panjang (macaca Fascicularis) berinteraksi di Taman Nasional Baluran, Situbondo, Jawa Timur, Minggu, 18 Februari 2024. Berdasarkan Internasional Union for Conservation Nature (IUCN) Monyet ekor panjang mengalami perubahan status dari rentan (vunerable) menjadi terancam punah (endangered) yang diprediksi populasinya akan menurun hingga 40 persen dalam tiga generasi terakhir atau sekitar 42 tahun akibat habitat yang mulai hilang serta perdagangan ilegal. ANTARA/Budi Candra Setya
Koalisi Perlindungan Hewan Khawatir Penangkapan Monyet Ekor Panjang Picu Penyakit Zoonosis

Penangkapan monyet ekor panjang untuk ekspor dikhawatirkan memicu zoonosis atau penyakit dari hewan.