TEMPO.CO, Jakarta - Ensefalitis adalah peradangan pada jaringan aktif otak yang disebabkan oleh infeksi atau respons autoimun. Peradangan menyebabkan otak membengkak, yang dapat menyebabkan sakit kepala, leher kaku, meningkatnya sensitivitas akan cahaya, mental confusion, dan kejang.
Melansir Johns Hopkins Medicine, Ensefalitis dimiliki oleh setidaknya 10-15 dari 100.000 orang setiap tahunnya. Lebih dari 250.000 orang terdiagnosis ensefalitis dalam satu dekade terakhir di Amerika Serikat. Ensefalitis dapat disebabkan oleh infeksi atau kondisi autoimun, yakni respon imun pada tubuh menyerang otak. Meski demikian, walau dengan pengujian lebih lanjut, sekitar 30-40% kasus ensefalitis tidak diketahui penyebab spesifiknya.
Melansir Mayo Clinic, terdapat dua jenis utama ensefalitis:
- Ensefalitis primer. Kondisi ini terjadi ketika virus menginfeksi otak secara langsung. Infeksi dapat terkonsentrasi di satu area atau meluas. Infeksi primer mungkin merupakan reaktivasi virus yang telah tidak aktif setelah penyakit sebelumnya.
- Ensefalitis sekunder. Kondisi ini merupakan hasil dari reaksi sistem kekebalan tubuh yang salah terhadap infeksi di tempat lain di tubuh. Alih-alih hanya menyerang sel-sel penyebab infeksi, sistem kekebalan tubuh justru malah menyerang sel-sel sehat di otak. Ensefalitis sekunder sering terjadi 2 hingga 3 minggu setelah infeksi awal.
Gejala
Kebanyakan orang dengan ensefalitis memiliki gejala mirip flu ringan, seperti:
- Sakit kepala
- Leher kaku
- Demam
- Sakit pada otot atau persendian
- Kelelahan
Terkadang tanda dan gejalanya lebih parah, bisa jadi termasuk:
- Kebingungan, agitasi atau halusinasi
- Kejang
- Kehilangan sensasi atau tidak dapat menggerakkan area tertentu pada wajah atau tubuh
- Kelemahan otot
- Masalah dengan bicara atau pendengaran
- Kehilangan kesadaran (termasuk koma)
Pengobatan
Deteksi dini dan pengobatan yang efektif dari penyebab yang mendasari adalah kunci untuk bertahan dari ensefalitis. Orang dengan ensefalitis mungkin memerlukan tinggal di ICU sehingga penyedia layanan kesehatan dapat mengawasi kejang, pembengkakan otak, gagal pernapasan atau perubahan irama jantung. Perawatan ensefalitis tergantung pada penyebab dan gejala yang mendasarinya, dan mungkin termasuk:
- Obat antivirus untuk melawan infeksi virus yang mempengaruhi otak.
- Antibiotik untuk mengatasi infeksi bakteri yang mendasari penyebab ensefalitis.
- Imunoterapi, seperti steroid, antibodi intravena (IVIg) atau pertukaran plasma, untuk mengatasi beberapa jenis ensefalitis autoimun.
- Obat-obatan atau terapi untuk mengontrol kejang.
- Selang pernapasan, kateter urin, atau selang makanan mungkin diperlukan jika ensefalitis telah menyebabkan hilangnya kesadaran.
Pasien dengan ensefalitis juga dapat disarankan untuk melakukan diet ketogenik, yakni membatasi makanan yang mengandung karbohidrat kurang dari 50 gram per hari dan meningkatkan asupan protein dan lemak. Diet ini terbukti efektif dalam mengurangi kejang pada epilepsi yang resistan terhadap obat pada anak-anak dan orang dewasa, serta pada pasien dengan ensefalitis autoimun seperti ensefalitis reseptor anti-NMDA.
Pilihan editor : Terlalu Lelah dan Kurang Tidur Berakibat Mudah Lupa, Kenapa?
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.