TEMPO.CO, Jakarta - Jangan dianggap ringan, jika memiliki kesulitan tidur atau insomnia yang terus menerus karena dapat menyebabkan insomnia kronis.
Merujuk clevelandclinic, insomnia adalah suatu kondisi ketika seseorang tidak dapat tidur sebagaimana mestinya. Kondisi tersebut dapat terjadi karena tidak cukup tidur, tidak tidur nyenyak, atau mengalami kesulitan untuk tidur atau tetap tertidur. Prevalensi insomnia berbeda tergantung pada definisi kasus spesifik yang digunakan. Namun, definisi apa pun yang digunakan, insomnia tetap menjadi gangguan tidur paling umum. Bagi sebagian orang, insomnia adalah ketidaknyamanan kecil. sedangkan, bagi orang yang lain, insomnia bisa menjadi gangguan besar. Bahkan, jika dibiarkan begitu saja, seseorang dapat mengalami insomnia kronis.
Insomnia kronis adalah pola kesulitan tidur jangka panjang. Insomnia dapat dikatakan kronis, jika seseorang mengalami kesulitan tidur berkepanjangan. Selain itu, insomnia kronis juga dapat digambarkan ketika seseorang tidur setidaknya tiga malam per minggu selama tiga bulan atau lebih. Sebagian orang dengan insomnia kronis memiliki riwayat kesulitan tidur yang panjang. Ketidakmampuan untuk tidur yang mereka butuhkan mungkin terus-menerus atau hilang dan berulang dengan episode selama berbulan-bulan pada suatu waktu.
Mengacu sleepfoundation.org, insomnia kronis memiliki banyak penyebab potensial. Adapun, penyebab dari insomnia jenis ini, yaitu stres, jadwal tidur tidak teratur, kebersihan tidur buruk, mimpi buruk terus-menerus, gangguan kesehatan mental, masalah fisik atau neurologis yang mendasarinya, obat-obatan, pasangan tidur, masalah tidur tertentu lainnya, dan gangguan kejiwaan komorbiditas. Insomnia kronis dapat terjadi pada semua usia dan memiliki prevalensi lebih tinggi pada perempuan.
Insomnia kronis telah diteliti dalam beberapa studi atau penelitian. Pada studi longitudinal menunjukkan bahwa sekitar 50 persen individu dengan insomnia terus memiliki gejala setelah masa tindak lanjut 1 tahun atau lebih dapat dikatakan sebagai insomnia kronis. Selain itu, dalam studi cross-sectional, pasien insomnia kronis melaporkan durasi tidurnya dalam beberapa tahun yang mengalami penurunan.
Baca juga:
Berdasarkan ncbi.nlm.nih.gov, atas studi tersebut, insomnia kronis menjadi faktor risiko untuk pengembangan gangguan kejiwaan dan meningkatkan hasil buruk pada gangguan ini. Hubungan ini telah diamati dari masa remaja hingga masa dewasa dan dipertahankan setelah penyesuaian untuk gejala depresi yang bersamaan. Insomnia kronis dapat menjadi salah satu gejala persisten paling umum pada seseorang yang dirawat karena depresi. Seseorang yang mengalami insomnia jenis ini juga memiliki faktor risiko untuk tidak merespons pengobatan depresi dan kekambuhan setelah remisi.
Riwayat klinis menyeluruh adalah landasan evaluasi untuk insomnia kronis. Evaluasi harus berfokus pada deskripsi gejala saat ini, termasuk jenis gangguan tidur pada malam hari dan kebiasaan serta pola tidur.
Secara khusus dalam mengatasi insomnia kronis, dokter harus menanyakan tentang waktu tidur dan bangun dari tempat tidur, variabilitas waktu tidur dari hari ke hari dan kondisi emosional, kognitif, serta fisik tentang tidur seseorang. Gejala gangguan tidur spesifik lainnya juga harus diperhatikan dan ditanyakan untuk dianalisis lebih lanjut, termasuk mendengkur keras dan jeda pernapasan, apnea tidur, dan kegelisahan motorik serta gerakan kaki yang tidak disengaja.
TIM TEMPO
Pilihan editor : Deretan Makanan dan Minuman Buat Membantu Mengatasi Insomnia
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung.