TEMPO.CO, Jakarta - Hasil riset Kementerian Kesehatan menyebut jumlah kejadian luka dekubitus di Indonesia cukup tinggi, sekitar 33 persen. Dari rasio tersebut, 40 persen di antaranya dinyatakan kasus terkena luka dekubitus terjadi saat berada di rumah. Ketua Tim Kerja Sertifikasi dan Pengawasan Sarana Produksi, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kementerian Kesehatan, Ismayati mengatakan lansia berpotensi besar mengalami luka yang disebabkan oleh tekanan atau dekubitus.
"Memang usia lanjut memiliki potensi yang besar untuk terjadinya luka dekubitus," ujar Ismiyati di Jakarta, Rabu, 24 Mei 2023.
Dia menuturkan timbulnya luka dekubitus pada lansia antara lain disebabkan oleh berkurangnya mobilitas karena usia yang sudah lanjut serta adanya inkontinensia urine atau kondisi tidak mampu menahan buang air kecil. Ia mengatakan kondisi tersebut menyebabkan kulit menjadi lembab. Apabila kelembaban tersebut terjadi terus menerus maka bisa menimbulkan luka.
Selain itu, inkontinensia urine bisa menyebabkan timbulnya kotoran yang mengakibatkan efek kontaminasi dari bakteri ke luka terbuka. Oleh karena itu, ia mengatakan upaya pencegahan dan penanganan luka dekubitus harus dilakukan demi meningkatkan kualitas hidup lansia.
Pengaruh penyakit kronis
Sementara itu, anggota Bidang Organisasi dan Kaderasisasi Dewan Perwakilan Wilayah Persatuan Perawat Nasional Indonesia DKI Jakarta, Harwina Widya Astuti, menyatakan timbulnya luka dekubitus disebabkan sejumlah faktor, termasuk penyakit kronis. Penyakit kronis membuat penderitanya harus beristirahat dengan berbaring dalam waktu yang lama. Hal tersebut membuat sirkulasi tubuh menjadi tidak lancar sehingga pada bagian tubuh yang tertekan bisa menimbulkan luka.
Faktor lain bisa disebabkan usia. Dengan bertambahnya usia, proses regenerasi sel pada tubuh akan melambat. Hal ini akan berpengaruh terhadap kulit yang akan lebih mudah mengalami luka. Selain itu, faktor lingkungan juga berpengaruh. Kondisi lingkungan yang terlalu lembab atau terlalu kering bisa menimbulkan iritasi kulit.
"Kemudian dari faktor keluarga. Keluarga sangat berkontribusi terhadap bagaimana menjaga kesehatan anggota keluarga. Anggota keluarga yang mengalami tirah baring lama tentunya perlu ada perawatan yang dilakukan oleh keluarga, dalam hal ini penting juga untuk selalu memantau kondisi kulit, terutama untuk area yang mengalami tekanan lebih besar pada kondisi tirah baring," ucap Harwina.
Pilihan Editor: Jangan Remehkan Influenza pada Lansia
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.