Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pengaruh Gaya Hidup Aktif dan Toleransi terhadap Rasa Sakit

Reporter

image-gnews
Ilustrasi dua orang sedang berolahraga di stadion (Sumber: shutterstock.com)
Ilustrasi dua orang sedang berolahraga di stadion (Sumber: shutterstock.com)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Penelitian yang dilakukan ilmuwan Norwegia mengungkapkan berolahraga teratur dan aktif secara fisik dapat membantu mengatasi rasa sakit kronis. Dalam penelitiannya, mereka menganalisis dampak gaya hidup aktif terhadap toleransi nyeri dengan mengevaluasi data lebih dari 10.000 orang dewasa yang merupakan bagian dari studi populasi yang disebut Tromso.

Menurut temuan yang diterbitkan dalam jurnal PLOS ONE, orang yang aktif secara fisik memiliki toleransi yang lebih baik terhadap rasa sakit jika dibandingkan dengan yang tidak banyak bergerak.

"Menjadi atau tetap aktif secara fisik dari waktu ke waktu dapat bermanfaat bagi toleransi rasa sakit. Apa pun yang dilakukan, hal terpenting adalah Anda melakukan sesuatu," kata penulis studi Anders Arnes dari Rumah Sakit Universitas Norwegia Utara, seperti dilaporkan Medical Daily.

Studi sebelumnya juga menunjukkan melakukan aktivitas fisik dapat membantu mengurangi atau mencegah rasa sakit kronis dengan meningkatkan toleransi rasa sakit. Namun, studi tersebut memiliki keterbatasan karena berfokus pada kelompok kecil orang.

"Karena aktivitas fisik juga tampaknya menjadi sarana yang berguna untuk mencegah dan mengobati nyeri kronis, kami mencoba mencari tahu apakah efek toleransi sensitivitas nyeri ini menjadi salah satu mekanisme di mana aktivitas fisik melindungi dari nyeri kronis," tambah Arnes.

Pengaruh hormon endorfin
Para peneliti memeriksa data dari dua putaran studi Tromso antara 2007-2008 dan 2015 -2016. Mereka mengevaluasi tingkat aktivitas fisik peserta yang dilaporkan sendiri dan mengukur toleransi rasa sakit menggunakan tes dengan cara merendam tangan dalam air dingin.

"Jadi, pesan pentingnya adalah aktivitas apapun lebih baik daripada tidak bergerak sama sekali. Kedua, ada indikasi jumlah total aktivitas fisik dari waktu ke waktu, serta arah perubahan tingkat aktivitas dari waktu ke waktu," kata Arnes.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Para ahli percaya endorfin yang dilepaskan selama aktivitas fisik bisa menjadi kunci penghilang rasa sakit.

"Terlibat dalam aktivitas fisik dikaitkan dengan pelepasan hormon endorfin, yang merupakan bahan kimia penghilang rasa sakit alami di otak," jelas Dr. James Walker yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

Walker menambahkan aktivitas fisik secara teratur juga dapat meningkatkan kesehatan kardiovaskular, aliran darah, dan mengurangi peradangan, yang dapat berkontribusi pada toleransi nyeri individu.

“Kombinasi dari faktor-faktor ini kemungkinan berkontribusi pada toleransi nyeri yang lebih tinggi yang diamati pada individu dengan tingkat aktivitas fisik yang lebih tinggi,” kata Walker.

Pilihan Editor: Memahami Gaya Hidup Slow Living dan Kelebihannya

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Partisipasi Gaya Hidup Prioritaskan Lingkungan Perlu Dilakukan oleh Lintas Generasi

5 hari lalu

Peluncuran #IndonesiaAsri, Ruang Partisipasi Lintas Generasi Terapkan Gaya Hidup yang Prioritaskan Lingkungan by Chandra Asri/Chandra Asri
Partisipasi Gaya Hidup Prioritaskan Lingkungan Perlu Dilakukan oleh Lintas Generasi

#IndonesiaAsri dapat menjadi wadah aspirasi dan kebutuhan dari setiap generasi untuk memberikan dampak positif di bidang lingkungan.


8 Jenis Olahraga untuk Penderita Hipertensi

5 hari lalu

Ilustrasi dua orang sedang berolahraga (Sumber: freepik)
8 Jenis Olahraga untuk Penderita Hipertensi

Tekanan darah tinggi atau hipertensi dapat diatasi dan dikelola dengan gaya hidup sehat, termasuk melakukan jenis olahraga yang tepat.


Contoh Kebutuhan Sekunder untuk Kehidupan Manusia

9 hari lalu

Contoh kebutuhan sekunder yang mencakup berbagai aspek dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari teknologi hingga hiburan. Berikut penjelasannya. Foto: Canva
Contoh Kebutuhan Sekunder untuk Kehidupan Manusia

Contoh kebutuhan sekunder yang mencakup berbagai aspek dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari teknologi hingga hiburan. Berikut penjelasannya.


5 Cara Meningkatkan Kualitas Ereksi secara Alami

12 hari lalu

Ilustrasi seks
5 Cara Meningkatkan Kualitas Ereksi secara Alami

Beberapa cara alami dapat membantu meningkatkan kekuatan dan durasi ereksi tanpa harus mengandalkan obat-obatan.


Asal-usul Hari Toleransi Internasional yang Diperingati 16 November

14 hari lalu

Suasana Terowongan Silaturahim yang menghubungkan antara Masjid Istiqlal dengan Gereja Katedral, Senin, 25 Oktober 2021. Terowongan yang dibangun dengan panjang tunnel 28,3 meter, tinggi 3 meter, lebar 4,1 meter dengan total luas terowongan area tunnel 136 m2 dengan total luas shelter dan tunnel 226 m2 menelan dana sebesar Rp 37,3 miliar. TEMPO/Syara Putri
Asal-usul Hari Toleransi Internasional yang Diperingati 16 November

Setiap 16 November diperingati sebagai Hari Toleransi Internasional.


6 Aktivitas Fisik yang Dapat Dilakukan Penderita Diabetes

14 hari lalu

ilustrasi diabetes (pixabay.com)
6 Aktivitas Fisik yang Dapat Dilakukan Penderita Diabetes

Penderita diabetes dapat melakukan aktivitas fisik minimal 150 menit per minggu dengan intensitas sedang.


Berapa Lama Menunggu Waktu Makan dan Olahraga yang Dianjurkan?

15 hari lalu

Ilustrasi pria makan buah. shutterstock.com
Berapa Lama Menunggu Waktu Makan dan Olahraga yang Dianjurkan?

Makan mendekati waktu olahraga akan menyebabkan ketidaknyamanan. Jadi, berapa lama harus menunggu dari waktu makan ke waktu olahraga?


Cara Darius Sinathrya Hindari Diabetes

18 hari lalu

Foto keluarga Donna Agnesia dan Darius Sinathrya serta ketiga anaknya saat liburan di Swiss/Foto: Instagram: Donna Agnesia
Cara Darius Sinathrya Hindari Diabetes

Hindari diabetes, Darius Sinathrya selalu menjaga pola hidup sehat dengan memperhatikan pola makan yang cukup nutrisi.


Jenis Makanan yang Dianjurkan dan Tidak sebelum Olahraga

25 hari lalu

Buah dan sayur tak hanya kaya akan vitamin. Makanan sehat ini juga memiliki kandungan protein yang diperlukan tubuh.
Jenis Makanan yang Dianjurkan dan Tidak sebelum Olahraga

Untuk mendapatkan hasil olahraga yang maksimal, jangan lupa lengkapi nutrisi dari makanan. Jenis makanan apa yang sebaiknya dikonsumsi?


OJK Ungkap Penyebab Orang Terjerat Pinjol Ilegal, dari Hedonic Treadmill, YOLO, FOMO hingga FOPO

30 hari lalu

Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Friderica Widyasari Dewi menyampaikan Hasil Rapat Dewan Komisioner (RDK) OJK Bulan Oktober 2023 dalam konferensi pers secara daring di Jakarta, Senin 30 Oktober 2023. ANTARA/Martha Herlinawati Simanjuntak
OJK Ungkap Penyebab Orang Terjerat Pinjol Ilegal, dari Hedonic Treadmill, YOLO, FOMO hingga FOPO

Kepala Eksekutif OJK Friderica Widyasari Dewi mengungkap beberapa penyebab banyak orang terjerat pinjaman online (pinjol) ilegal. Apa saja?