TEMPO.CO, Jakarta - Tubuh manusia memiliki fitur untuk memperbaiki dirinya sendiri sebagai mekanisme pertahanan diri. Ilmu kedokteran mengenal istilah "autofagi". Menurut Cleveland Clinic, autofagi merupakan proses alami dalam tubuh kita ketika tubuh memakan sel mati yang tak berguna. Autofagi berasal dari kata “Auto” artinya sendiri dan “phagy” artinya makan. Jadi arti harfiah dari autophagy adalah "makan sendiri". Ini juga disebut sebagai "melahap diri sendiri".
Autophagy juga dikenal sebagai mekanisme pertahanan diri evolusioner di mana tubuh dapat menghilangkan sel-sel disfungsional dan mendaur ulang bagian-bagiannya untuk perbaikan dan pembersihan sel.
Dilansir dari healthline, ahli jantung Luiza Petre menjelaskan bahwa tujuan autophagy adalah untuk menghilangkan kotoran dan mengatur diri kembali ke fungsi halus yang optimal. “Ini mendaur ulang dan membersihkan pada saat yang sama, seperti menekan tombol reset ke tubuh Anda. Plus, itu meningkatkan kelangsungan hidup dan adaptasi sebagai respons terhadap berbagai stresor dan racun yang terakumulasi dalam sel kita,” tambahnya.
Kenapa autofagi dilakukan?
Menurut My Cleveland Clinic, autofagi adalah proses tubuh untuk mendaur ulang bagian sel yang sudah tua dan rusak. Sel-sel merupakan blok bangunan dasar dari setiap jaringan dan organ dalam tubuh dan setiap sel terdiri dari beberapa bagian yang menjaga fungsinya.
Seiring waktu, bagian-bagian tersebut bisa menjadi cacat atau berhenti bekerja. Mereka menjadi sampah di dalam sel yang sebenarnya masih sehat.
Autofagi memungkinkan sel untuk memecah bagian-bagian sampahnya dan menggunakan kembali bagian-bagian yang masih bisa digunakan menjadi bagian sel baru yang berguna. Sel dapat membuang bagian yang tidak diperlukan.
Proses ini juga berfungsi sebagai kontrol kualitas bagi sel-sel. Terlalu banyak komponen sampah dalam sebuah sel akan memakan tempat dan bisa melambatkan atau mencegah sel berfungsi dengan benar. Autofagi mengubah kekacauan tersebut menjadi komponen sel yang dipilih yang dibutuhkan, mengoptimalkan kinerja sel-sel.
Manfaat autofagi
Manfaat utama autofagi berkaitan dengan prinsip anti-penuaan. Dalam hal ini, autofagi dianggap sebagai cara bagi tubuh kita untuk memutar kembali waktu dan menciptakan sel-sel yang lebih muda.
Ketika tubuh kita mengalami stres, autofagi meningkat untuk memberikan perlindungan, yang pada gilirannya dapat meningkatkan umur kita. Ketika kita sedang kelaparan, autofagi tetap menjaga tubuh kita berjalan dengan memecah bahan seluler dan menggunakannya kembali untuk proses yang dibutuhkan.
Pada tingkat sel, manfaat autofagi mencakup menghilangkan protein beracun dari sel yang terkait dengan penyakit neurodegeneratif seperti Parkinson dan Alzheimer. Autofagi juga berperan dalam mendaur ulang protein sisa, menyediakan energi dan bahan bangunan bagi sel yang masih bermanfaat, serta mendorong regenerasi dan kesehatan sel secara keseluruhan.
Selain itu, autofagi juga menarik perhatian karena perannya dalam mencegah atau mengobati kanker. Saat kita menua, autofagi cenderung menurun, sehingga sel yang tidak lagi berfungsi atau berpotensi berbahaya dapat berkembang biak, yang merupakan karakteristik sel kanker. Tubuh harus dapat mengenali dan membuang sel-sel ini, sering kali melalui proses autofagi.
Oleh karena itu, beberapa peneliti melihat potensi autofagi dalam menurunkan risiko kanker, meskipun belum ada bukti ilmiah yang meyakinkan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa autofagi dapat menghilangkan banyak sel kanker.
Anda dapat menginduksi autofagi dengan mendorong sel-sel Anda untuk berpindah ke mode bertahan hidup. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk menginduksi autofagi antara lain adalah sebagai berikut.
1. Puasa
Puasa mengharuskan Anda untuk tidak makan dalam periode waktu tertentu. Dengan tidak memberikan nutrisi pada tubuh, Anda memaksa tubuh untuk menggunakan kembali komponen sel agar tetap berfungsi.
2. Pembatasan kalori
Dengan membatasi asupan kalori, Anda mengurangi jumlah energi yang dikonsumsi tubuh. Ini mendorong sel-sel untuk mengaktifkan autofagi guna mengkompensasi nutrisi yang hilang.
3. Diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat
Dikenal juga sebagai diet keto, jenis diet ini mengubah cara tubuh Anda menggunakan energi. Sebagai gantinya, tubuh Anda membakar lemak sebagai sumber energi. Pergeseran ini dapat memicu autofagi.
4. Olahraga
Melakukan latihan fisik dapat merangsang aktivitas gen ATG, yang berperan dalam proses autofagi. Namun, efeknya tergantung pada jenis dan intensitas latihan yang Anda lakukan.
Namun, perlu diingat bahwa mampu menginduksi autofagi tidak berarti Anda harus melakukannya. Misalnya, berpuasa, membatasi kalori, atau mengadopsi diet keto mungkin tidak aman jika Anda sedang hamil, menyusui, atau memiliki kondisi medis seperti diabetes.
Selalu berkonsultasilah dengan penyedia layanan kesehatan sebelum melakukan perubahan signifikan pada pola makan atau rutinitas olahraga Anda.
Berapa lama Anda perlu berpuasa agar autofagi terjadi?
Studi pada hewan menunjukkan bahwa autofagi dapat dimulai antara 24 hingga 48 jam puasa. Namun, belum ada penelitian yang cukup mengenai waktu ideal untuk memicu autofagi pada manusia.
Jika Anda berencana untuk melakukan perubahan signifikan pada diet Anda, seperti berpuasa, disarankan untuk berbicara dengan penyedia layanan kesehatan. Meskipun berpuasa mungkin menjadi pilihan yang baik bagi beberapa orang, tetapi dapat membahayakan kesehatan orang lain. Jangan mengambil risiko tanpa berkonsultasi terlebih dahulu.
Pilihan Editor: Selain Ibadah, Inilah Manfaat Puasa bagi Kesehatan Tubuh
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.