TEMPO.CO, Jakarta - Jemaah haji diminta mewaspadai bahaya heat stroke atau kondisi di mana tubuh tidak dapat mengontrol suhu badan akibat cuaca panas selama beribadah di Tanah Suci. Karena pada 2023 banyak jemaah haji lansia, setiap pihak harus saling memperhatikan kesehatan selama di Tanah Suci.
“Kalau dilihat suhunya sebenarnya bisa sampai 40 derajat Celsius lebih. Ini memang biasa terjadi di bulan Mei-Juni, masuk musim panas. Jadi, di sana suhunya pasti tinggi. Apalagi di Madinah, kelembaban udaranya lebih rendah, jadi harus kita antisipasi,” kata pemerhati kesehatan dr. Reisa Broto Asmoro dalam Siaran Sehat, Senin, 5 Juni 2023.
Baca juga:
Menurut Reisa, meski masyarakat Indonesia terbiasa hidup dengan iklim tropis dan panas, tetap ada kemungkinan jemaah tidak terbiasa beraktivitas di bawah sinar matahari sehingga dikhawatirkan terserang heat stroke. Ia menyebut penyebab terjadinya heat stroke adalah dehidrasi atau kekurangan cairan tubuh.
Reisa menyebut ibadah haji merupakan aktivitas fisik yang mengharuskan jemaah berjalan jauh, yang menyebabkan cairan tubuh mudah berkurang dengan cepat tanpa disadari. Kondisi itu berisiko membuat jemaah mengalami gejala dehidrasi yang dimulai dari haus, kemudian pusing, lemas, banyak berkeringat, kram otak, hingga pingsan atau langsung terkena heat stroke.
Perhatikan lansia
Bila terkena heat stroke, jemaah pasti sudah terkena heat exhaustion atau kondisi di mana jumlah cairan yang keluar dari tubuh lebih banyak dibanding perkiraan jumlah cairan yang dikonsumsi. Bila suhu tubuh terus meningkat, bisa pula terjadi gangguan seperti stroke dan gangguan otak, jantung atau ginjal, sehingga tim medis harus bergerak cepat untuk menyelamatkan jemaah.
“Terutama pada lansia. Karena ada sensasi haus, lansia yang sedikit lambat, harus diingatkan. Mereka kadang-kadang sibuk berdoa, tidak ingat minum, jadi untuk sekitarnya dan tim medis dalam satu rombongan semua harus saling mengingatkan,” ujarnya.
Agar terhindar dari heat stroke, jemaah harus mengonsumsi cairan, paling tidak meminum 250 ml air setiap satu jam agar cairan tubuh tetap terjaga. Cara lain yang bisa dilakukan adalah membawa payung, semprotan air, kipas, agar terhindar dari sengatan cuaca panas.
Reisa juga mengimbau semua jemaah haji yang berada di Tanah Suci untuk tetap merawat kondisi kaki dengan menggunakan alas kaki agar telapak kaki tidak melepuh akibat berjalan jauh di jalanan yang panas, termasuk menjaga saluran pernapasan sehingga terhindar dari Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) yang memicu batuk dan pilek.
“Ini yang harus hati-hati dan disiapkan perawatan kakinya agar jangan sampai melepuh. Alas kaki pastikan nyaman dan selalu digunakan selama berada di sana,” pesan Reisa.
Pilihan Editor: Tips Cegah Kaki Melepuh pada Jemaah Haji
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.