TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kesehatan RI melakukan pendekatan stimulasi kognitif untuk mengatasi demensia yang rentan dialami jemaah haji lansia selama beribadah di Tanah Suci. Caranya dengan mengajak pasien dan bersosialisasi.
Demensia adalah kondisi penurunan daya ingat dan cara berpikir penderitanya. Kondisi itu rentan terjadi pada kelompok lansia. Gejalanya diikuti gangguan cara berpikir, seperti disorientasi tempat, waktu, hingga lupa dengan orang-orang di sekitar.
Umumnya, gejala yang bisa terlihat di awal seperti mudah lupa, terutama untuk kejadian-kejadian yang baru saja dialami. Kemudian sulit mempelajari hal baru, sulit berkonsentrasi, termasuk sulit mengingat waktu dan tempat, terutama setelah berpindah dari kampungnya ke embarkasi atau ke Tanah Suci.
Kepala Bidang Kesehatan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi dari Kemenkes RI, M. Imran, mengatakan kejadian itu dialami beberapa calon haji asal Indonesia. Salah satunya kejadian yang baru-baru ini viral di tayangan video media sosial saat seorang calon haji lansia meminta pulang untuk memberi makan ayamnya di rumah. Peristiwa itu menyita perhatian warganet sebab berlangsung di kabin pesawat dalam perjalanan dari Indonesia menuju Arab Saudi.
Selain itu, ada beberapa kasus jemaah haji yang sudah tiba di Tanah Suci tapi masih menganggap berada di kampungnya. Imran mengatakan demensia menjadi salah satu kondisi rentan yang perlu diantisipasi dalam penyelenggaraan haji 2023. Alasannya, 45 persen dari total 200 ribuan kuota calon haji yang rentan mengalami demensia. Tenaga kesehatan haji telah disiagakan untuk melakukan pendampingan kepada pasien hingga mereka pulih dan mengajak untuk bersosialisasi dengan rekannya guna mencegah demensia.
“Demensia ini merupakan fenomena jemaah haji Indonesia tahun ini karena memang jumlah lansianya lebih banyak dibanding tahun-tahun sebelumnya,” kata Imran.
Jemaah haji yang mengalami demensia langsung dirujuk ke Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) di Madinah untuk mendapatkan terapi stimulasi kognitif. Biasanya, setelah terapi ini ingatan pasien akan pulih kembali. Setelah pasien dinyatakan pulih, hal yang masih perlu diwaspadai adalah potensi demensia yang dipicu dehidrasi akibat kelelahan selama beribadah.
"Bagi lansia disarankan untuk beristirahat yang cukup dan tidak memaksakan diri beraktivitas di luar kegiatan ibadah haji, sebab cuaca sedang panas," ujarnya.
Jangan lupa minum air
Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes, Liliek Marhaendro Susilo, mengimbau calon haji, terutama lansia dan mempunyai risiko tinggi kesehatan, untuk tidak memaksakan diri melakukan aktivitas fisik yang berlebihan. "Sesuaikan dengan kemampuan masing-masing dalam beribadah," imbaunya.
Kemudian, bagi jemaah haji mandiri yang sehat agar turut mengawasi dan memberikan pendampingan terhadap lansia dan pemilik komorbid. “Kami juga minta calon haji mewaspadai cuaca panas di Arab Saudi dengan selalu menggunakan alat pelindung diri seperti payung, masker, kaca mata hitam, semprotan air, dan alas kaki saat berada di luar hotel," ujarnya.
Ia mengimbau calon haji untuk tidak lupa minum air minimal satu gelas atau 200 ml per jam. "Jangan menunggu haus, karena di sana jarang merasa haus karena fokus ibadah," katanya.
Bagi jemaah yang memiliki komorbid untuk minum obat teratur sesuai anjuran dan memeriksakan diri secara rutin ke tenaga kesehatan haji. “Jika ada keluhan badan kurang sehat segera hubungi petugas kesehatan terdekat supaya bisa segera diberikan tindakan,” tegasnya.
Pilihan Editor: Selain ISPA, Jemaah Haji Diminta Waspadai Bahaya Heat Stroke
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.