TEMPO.CO, Jakarta - Disiplin menjaga pola asuh nutrisi menjadi kunci menuntaskan masalah stunting yang ditarget Presiden Joko Widodo dengan prevalensi stunting di Indonesia 14 persen di 2024.
"Pemberian asupan gizi seimbang dan pola asuh yang baik sangat diperlukan dalam menuntaskan stunting," kata pakar kesehatan dari Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Prof. Dr. dr. Syamsul Arifin.
Menurutnya, penyebab utama anak stunting yaitu asupan gizi yang kurang mencukupi kebutuhan anak dan pola asuh yang salah akibat kurangnya pengetahuan dan edukasi pada ibu hamil dan ibu menyusui. Kedua faktor ini sangat berhubungan antara satu dengan yang lain karena faktor asupan makanan yang tidak adekuat dapat disebabkan kualitas makanan yang rendah, cara pemberian yang tidak pas, dan keamanan makanan dan minuman.
Ketiga faktor tersebut sangat tergantung pada pengetahuan pola asuh orang tua terhadap anak, terutama pola asuh nutrisi. Syamsul menyebut kualitas makanan yang rendah dapat berupa kualitas mikronutrien yang rendah, keragaman jenis makanan yang dikonsumsi, sumber pprotein hewani yang rendah, makanan yang tidak mengandung nutrisi, dan makanan komplementer yang mengandung energi rendah.
Perbaikan pola asuh
Cara pemberian yang tidak adekuat berupa frekuensi pemberian makanan yang rendah, pemberian makanan yang tidak adekuat ketika sakit dan setelah sakit, konsistensi makanan yang terlalu halus, pemberian makan yang rendah dalam kuantitas. Keamanan makanan dan minuman dapat berupa makanan dan minuman yang terkontaminasi, kebersihan yang rendah, penyimpanan dan persiapan makanan yang tidak aman.
"Untuk itu, mari kita dukung upaya pemerintah dengan ikut berkontribusi melalui perbaikan pola asuh orang tua dan pemberian asupan gizi yang seimbang bagi putra-putri kita," ujar Guru Besar Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran ULM itu.
Di sisi lain, Syamsul mengakui stunting merupakan masalah multidimensional yang memerlukan upaya lintas sektor dan melibatkan seluruh pemangku kepentingan secara terintegrasi melalui koordinasi serta konsolidasi program dan kegiatan pusat, daerah, hingga tingkat desa. Dia menilai berbagai upaya menekan angka stunting di Indonesia telah berhasil berdasarkan survei status gizi Indonesia (SSGI), angka stunting turun dari 24,4 persen di 2021 menjadi 21,6 persen di 2022.
Pilihan Editor: Kepala BKKBN Sebut Anak Stunting Tak Bisa Jadi TNI dan Polisi, Ini Sebabnya
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.