TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat budaya dan komunikasi digital dari Universitas Indonesia (UI), Firman Kurniawan, menyebut penipuan di ruang digital sering memanfaatkan kenyamanan dan kelengahan calon korban untuk mendapatkan tujuan.
"Namanya social engineering. Kenyamanan, rasa ingin tahu, kelengahan kita, itu semua dimanfaatkan oleh para penipu tadi," kata Firman.
Menurutnya, teknologi digital sebenarnya masih jauh dari kata aman sebab banyak orang terpedaya karena social engineering atau rekayasa sosial, di mana penipu melakukan manipulasi yang memanfaatkan sisi psikologis calon korban untuk mendapatkan akses pada data atau informasi. Misalnya, penipu mengirimkan pesan yang berisi calon korban akan menerima kado menjelang hari ulang tahun dan memintanya untuk mengkonfirmasi lokasinya.
Firman pun menyarankan masyarakat meningkatkan kewaspadaan dengan tidak hanya mengandalkan sisi emosional tapi juga harus rasional. Jika tidak, maka penipu akan mudah membobol data dan informasi pribadi, bahkan rekening.
"Kita perlu pikir, benar enggak kita ulang tahun? Lalu, ada orang yang bilang mau kasih hadiah enggak?" ujarnya.
Tidak hanya di aplikasi pesan, masyarakat juga harus lebih berhati-hati ketika berselancar di media sosial sebab penipu juga kerap menyelundup di antara tantangan-tantangan yang beredar di sana.
"Contohnya di Instagram, ada tantangan seperti apa fotomu ketika masih SD? Lalu semua orang menampilkan (fotonya). Ini dimanfaatkan, diselipkanlah tantangan seperti apa tanda tanganmu, nama orang tuamu sebelum menikah, dan sebagainya," tutur Firman.
Lembaga Perlu Waspada
Selain masyarakat, Firman mengatakan kewaspadaan juga harus ditingkatkan para lembaga. Pasalnya, banyak penipu yang mengaku sebagai lembaga tertentu saat melancarkan aksinya.
"Misalnya kepolisian. Mereka kirim pesan 'Anda ditilang, ini ada bukti gambar foto penilangan Anda, tolong dibuka aplikasinya.' Instansi itu perlu mengumumkan tidak pernah mengeluarkan penilangan atau undangan pakai APK," kata Firman. "Jadi, stakeholder ini perlu juga melindungi masyarakat dengan mengkomunikasikan hal semacam itu."
Begitu juga dengan para penyedia layanan keuangan. Menurutnya, penyedia layanan keuangan juga harus menyadari penipu tidak hanya mengandalkan kelemahan teknologi tapi juga social engineering.
"Sistem keamanannya perlu dijamin oleh bank. Pihak bank juga perlu mendalami aspek sosial dari teknologi tersebut, kira-kira kelemahan ini ketika dibobol menggunakan aspek sosial seperti apa," tegasnya.
Pilihan Editor: Hati-hati Penipuan Online, Kenali Tanda Berikut
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.