TEMPO.CO, Jakarta - Hari Demam Berdarah ASEAN diperingati sejak 15 Juni 2011. Selanjutnya, tiap tahun pada 15 Juni diperingati momentum tersebut. Acara tahunan penting itu memungkinkan anggota ASEAN berkoordinasi dengan Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO untuk mengonsolidasikan tindakan pencegahan dan pengendalian demam berdarah, dikutip Asia Dengue Voice and Action.
Tentang Hari Demam Berdarah ASEAN
Merujuk WHO, negara anggota ASEAN, yaitu Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam melakukan kegiatan simultan meningkatkan informasi tentang demam berdarah. Informasi tentang pencegahan dan pengendalian.
Mengulangi seruan untuk semua sektor masyarakat untuk bersatu dalam pertempuran melawan penyakit demam berdarah. WHO mendesak negara-negara menemukan cara inovatif untuk meningkatkan kerja sama regional.
Pada 2011, konferensi Demam Berdarah ASEAN menyerukan penguatan kerja sama dan kapasitas regional dan kolaborasi antarsektor. Pada Hari Demam Berdarah ASEAN regional pertama, Jakarta Call for Action digagas.
Merujuk Association of Southeast Asia Nation disahkan pada Pertemuan Menteri Kesehatan ASEAN pada 2010. Pertemuan tersebut inisiatif advokasi regional utama untuk melawan deman berdarah yang diperingati setiap 15 Juni oleh semua negara ASEAN.
Pada 1950-an, demam berdarah parah selama epidemi di Filipina dan Thailand. Dengue atau DBD tersebar luas di seluruh ASEAN, selalu ada laporan tentang kasus penyakit itu.
Saat ini dengue parah mempengaruhi sebagain besar negara Asia dan telah menjadi penyebab utama rawat inap dan kematian di antara anak-anak dan orang dewasa. Dengue penyakit virus yang ditularkan oleh nyamuk betina spesies Aedes aegypti yang sudah menyebar secara cepat di sebagian besar negara ASEAN.
Pilihan Editor: Suhu Semakin Panas, Waspada Kasus DBD Bisa Meningkat