TEMPO.CO, Jakarta - Persiapan khusus sangat penting bagi calon jemaah haji yang memiliki riwayat diabetes untuk memastikan perjalanan ibadah berlangsung lancar tanpa mengganggu kesehatan. Diabetes memerlukan manajemen yang teliti, terutama saat menghadapi perjalanan yang membutuhkan energi tambahan dan penyesuaian pola makan.
Berdasarkan Laporan Penyelenggaraan Kesehatan Haji 2023 dari Kementerian Kesehatan, diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang banyak diderita oleh jemaah haji Indonesia. Pada pelaksanaan ibadah haji 2023, sebanyak 183 jemaah penderita diabetes melitus harus menerima perawatan di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI). Dalam artikel ini, kami akan membahas hal-hal yang boleh dan sebaiknya dihindari bagi calon jemaah haji yang mengidap diabetes.
Salah satu hal yang sering diabaikan jemaah haji penderita diabetes adalah lalai pada kondisi kaki. Ini adalah hal yang sebaiknya tidak Anda lakukan sebagai jemaah yang memiliki riwayat diabetes.
Para calon jemaah haji penderita diabetes perlu memperhatikan kondisi kaki secara berkala selama menjalani ibadah haji. Kondisi kaki menjadi hal yang penting karena sering kali pasien diabetes mengalami masalah seperti melepuh atau luka setelah kembali dari ibadah. Untuk mencegah hal ini, penting bagi mereka untuk memperhatikan kaki mereka dari awal perjalanan menuju Arab Saudi, selama beribadah di Kota Mekkah dan Madinah, hingga perjalanan kembali ke Tanah Air, bahkan saat berada di dalam pesawat.
Duduk dalam waktu yang lama di pesawat dapat menyebabkan masalah sirkulasi darah, oleh karena itu disarankan untuk melakukan stretching setiap dua jam agar peredaran darah tetap lancar. Jemaah haji dengan diabetes juga disarankan untuk sesekali melepas alas kaki agar kaki tidak terlalu lembab dan menggunakan alas kaki yang aman dan nyaman saat berjalan dari satu tempat ke tempat lain.
Ketika berjalan kaki dalam jarak yang cukup jauh, para jemaah haji penderita diabetes diminta untuk sering memeriksa kondisi kaki mereka. Mereka perlu memeriksa apakah terdapat benda asing di sela-sela jari kaki, cedera di telapak kaki, atau perbedaan bentuk antara kaki kanan dan kiri.
Tanda-tanda seperti bengkak, kemerahan, atau hangat perlu diwaspadai sebagai tanda adanya masalah. Selain itu, mereka juga disarankan untuk menggunakan pelembab untuk menjaga kulit tetap lembab dan mencegah kulit pecah-pecah saat beraktivitas di tengah cuaca panas.
Selanjutnya, hal lain yang sering dilakukan namun sebaiknya tidak dilakukan adalah tidak menjaga pola makan. Terdapat beberapa pantangan makanan yang sebaiknya tidak dikonsumsi oleh penderita diabetes. Untuk itu, sebaliknya para calon jemaah haji yang memiliki riwayat diabetes bisa lebih peduli dengan makanan yang mereka konsumsi selama menunaikan ibadah.
Meskipun demikian, ketika berada di Arab Saudi, para jemaah haji Indonesia umumnya mendapatkan jatah makanan setiap hari pada pagi, siang, dan malam hari. Rencana makanan untuk para jemaah haji seharusnya telah disusun dengan cermat untuk memastikan bahwa kebutuhan gizi harian terpenuhi. Penderita diabetes di antara jemaah haji juga harus mengonsumsi makanan yang memiliki kandungan gizi seimbang seperti jemaah haji lainnya.
Jika Anda merasa kebutuhan kalori belum terpenuhi karena berbagai kegiatan ibadah selama di Tanah Suci, Anda juga boleh menambah asupan gizi melalui konsumsi buah dan sayuran. Anda dapat menjelajahi ragam makanan sehat khas Timur Tengah. Sebagai contoh, di depan Masjidil Haram terdapat supermarket yang dapat dimanfaatkan untuk membeli buah atau jus, yang merupakan pilihan baik untuk kesehatan tubuh.
ANTARA
Pilihan editor: Cuaca Madinah Capai 40 Derajat, Jemaah Haji Dilarang Berjalan Kaki Tanpa Alas